Jika Gagal Teruslah Mencoba dan Perbaiki Kesalahan

Dalam proses mencapai titik kesuksesan banyak usaha dan perjuangan yang dibutuhkan. Berani mencoba dan terus bangkit adalah langkah awal untuk mencapai titik kesuksesan. Akan banyak cobaan dan rintangan yang menyertai usaha yang dijalani.

Ketut Gde Udrayana Paundra atau yang akrab dipanggil Tut De adalah pria pekerja keras yang lahir di Gianyar, 18 Februari 1984. Tut De adalah anak ke-8 dari 9 bersaudara. Terlahir dari keluarga yang cukup dari sisi perekonomian keluarga. I Wayan Gingsir dan Ni Wayan Suastini (ayah dan ibu) yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang sembako di pasar. Tut De tidak mendapat tempaan yang teralu berat saat kecil oleh orang tuanya. Hanya saja, sebagai seorang anak Tut De ingin menujukkan rasa baktinya kepada kedua orang tua dengan cara berinisiatif membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah dan tak jarang ikut membantu orang tua berjualan di pasar.

Masa sekolah di sekolah dasar Tut De belum terlalu menonjol dari sisi akademik. Namun, saat menginjak masa SMP mulai tumbuh jiwa bangkit untuk berprestasi, hingga berhasil masuk 3 besar selama SMP. Saat menginjak masa putih abu, Tut De mulai memikirkan atau menggantung cita-citanya menjadi seorang dokter. Cita-cita menjadi seorang dokter itu terinspirasi dari dokter yang menangani Tut De saat tangannya patah. Merasa penasaran dan tertantang, di sanalah Tut De mulai tertarik menjadi seorang dokter. Hingga tahun 2002 saat lulus masa putih abu di SMA Negeri 1 Gianyar, Tut De mengikuti tes masuk perguruan tinggi kedokteran di Universitas Airlangga. Namun Tuhan belum memberikan kesempatan tersebut karena tidak lulus tes.

Gagal tes kedokteran tersebut, membuat Tut De memanfaatkan kesempatan bimbel untuk bisa mengikuti tes masuk perguruan tinggi tahun depan. Tahun 2003 Tut De kembali mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Universitas Airlangga, tetapi tidak mengambil jurusan kedokteran karena takut gagal lagi, melainkan memilih jurusan farmasi. Ternyata, strategi Tut De berhasil meloloskan dirinya di Universitas Airlangga di tahun 2003. Setelah lulus kuliah farmasi di Universitas Airlangga, membuat Tut De terpacu membuka apotek sendiri. Banyak mendapat pertimbangan dan saran dari keluarga saat awal membuka apotek. Apotek yang dibuka oleh Tut De diberi nama “Apotek Suasti”.

Suasti dan Perbaiki Kesalahan dipakai karena merupakan bagian nama dari ibunya yang bernama Suastini. Awal dibukanya Apotek Suasti sering mendapat komplain dari customer yang membandingkan harga jual obat di Apotek Suasti dengan apotek lainnya. Namun, dari komplain tersebut membuat Tut De belajar dalam menetapkan harga jual. Hingga akhirnya, Apotek Suasti kembali merebut hati customer hingga saat ini. Tidak lepas dari peran istri yang selalu mendukung bahkan ikut terjun di apotek ketika awal buka. Pelayanan yang terbaik adalah prioritas utama dari Apotek Suasti. Tut De sangat menjamin pelayanan apoteknya karena ia dan istrinya ikut turun langsung mengawasi apoteknya. Sehingga, Tut De selalu berupaya agar pelayanan terbaik dari Apotek Suasti selalu terjaga serta dengan harga obat yang terjangkau.

Harapan Tut De ke depannya yaitu agar bisa mengembangkan Apotek Suasti dengan membuka klinik di apoteknya. Selain itu, Tut De berharap kedepannya bisa membuka cabang baru Apotek Suasti di beberapa tempat agar bisa lebih berkembang pesat. “Jangan pernah takut mencoba sesuatu hal yang baru. Jika gagal, bangkitlah dan perbaiki kesalahan yang membuat gagal. Yakinlah, gagal itu pasti akan terkalahkan dengan usaha dan semangat pantang menyerah,” pesan Tut De kepada generasi muda.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!