Jejak Emas Ali Muksin Kilauan Inspirasi dari Desa Pulo Menuju Puncak Bisnis Emas di Bali

Ali Muksin dilahirkan di Desa Pulo, Lumajang, di tengah-tengah pesona sebuah komunitas pengrajin emas dan perak yang hidup di sana. Pada masa itu, karya-karya mereka dihargai dan didistribusikan ke daerah Celuk, Gianyar yang kini dikenal sebagai surganya artshop. Sejak kecil, Ali Muksin dan para anak petani desa itu wajib menguasai seni pengrajin emas dan perak tersebut. Setiap hari setelah pulang sekolah, mereka terus melatih keterampilan tersebut hingga senja menjelang. Namun, takdir membawa Ali Muksin ke jalan yang berbeda ketika ia memasuki jenjang SMP. Orang tuanya dengan penuh kepedulian memutuskan untuk menghentikan latihan pengrajinannya dan meminta Ali Muksin fokus pada pendidikan formal. Mereka ingin putra mereka memiliki peluang lebih besar dalam mencapai kesuksesan di masa depan. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak pernah padam, Ali Muksin melangkah maju menuju jenjang perguruan tinggi. Dan pada akhirnya, dia berhasil mendapatkan tiket emas untuk melanjutkan studinya di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG). Di sana, ia memilih untuk menekuni ilmu ekonomi di Fakultas Ekonomi.

Ali Muksin, sebagai anak bungsu dan satu-satunya putra, awalnya diharapkan menjadi pegawai negeri sipil. Namun setelah lulus, Ali tidak tertarik mengikuti tes CPNS dan lebih bermimpi menjadi pegawai bank karena terpesona dengan penampilan mereka. Meskipun telah mengirim lamaran ke beberapa bank terkemuka, Ali belum berhasil diterima. Pada tahun 1991, ia pergi ke Bali atas ajakan pamannya yang memiliki toko emas di sana. Ali diterima bekerja di BPR Pekutatan sebagai Collector. Setelah menikah, ia menyadari bahwa ia perlu mencari peluang lain di luar pekerjaan pokoknya. Akhirnya, ia diterima di sebuah perusahaan valuta asing di Denpasar sebagai Pialang. Namun meski berhasil menarik satu investor, Ali kesulitan mencari investor baru setelah saham investor tersebut ditarik. Akhirnya, ia memutuskan keluar dari perusahaan tersebut.

Pengrajin Memproses Perhiasan Emas dengan berbagai alat pengelolaan Emas

Ali Muksin pulang ke kampung halaman dan berhasil diterima di sebuah perusahaan kredit elektronik sebagai Analis Kredit selama dua tahun hingga tahun 1998. Saat terjadi krisis moneter, ia ditawari posisi mengelola cabang perusahaan di Bali, namun ia menolaknya. Sambil mencari pekerjaan, Ali bertani selama setahun dan sukses panen, mendapatkan untung sebesar Rp3 juta. Di tengah krisis permintaan emas meningkat, termasuk dari Ali sendiri. Ia membeli 30 gr emas dengan harga Rp67 ribu/gr dan memproduksi perhiasan dengan mempekerjakan tukang emas. Setelah berhasil menjual hasil produksinya kepada pamannya, Ali menggunakan uang tersebut untuk membeli lebih banyak emas dan mendapatkan pesanan yang lebih banyak pula. Dengan kolaborasi bersama temantemannya di Desa Pulo, mereka menghasilkan lebih banyak perhiasan dan berhasil menjualnya tidak hanya di Bali, tetapi juga hingga ke Lombok.

Ali Muksin menjalani rutinitas bolak-balik antara Jawa, Bali dan Lombok sejak tahun 1998 hingga 2003, mengandalkan transaksi pribadi sebagai penggeraknya. Pada suatu saat, ia ditawari toko emas yang sedang dalam kondisi over kontrak. Peluang ini ditawarkan kepadanya dan inilah awal dari berdirinya “Toko Emas Restu Jaya”. Yang menarik, nama Restu Jaya sendiri diambil dari pemilik yang sebelumnya mengontrak toko tersebut kepada dirinya, meskipun pada awalnya Ali sempat menolak tawaran tersebut karena modal yang terbatas, toko akhirnya dikontrakkan kepada orang lain. Namun, orang tersebut ternyata tidak jujur dan kemudian kesempatan itu kembali ditawarkan kepada ia dengan bonus pinjaman berupa rak toko dan lemari besi. Tanpa ragu ia setuju dan memulai usaha toko emas dengan modal 3 ons emas. Selama delapan tahun, ia mengembangkan toko tersebut hingga memutuskan untuk memindahkannya ke Bali. Toko Emas Restu Jaya kemudian berpindah ke Jl. Raya Komplek Pertokoan Pasar No. 8 di Mengwi, Badung. Kesuksesannya juga terlihat dari pembukaan cabang di dalam Pasar Tabanan. Sementara menjalankan toko, Ali tetap meluangkan waktu untuk melakukan penjualan door to door ke berbagai daerah di Bali, termasuk Karangasem. Ini merupakan upaya aktifnya dalam memperluas jangkauan bisnis dan menjalin hubungan dengan pelanggan di seluruh Bali.

Ali Muksin menghadapi beberapa tantangan dalam mengelola bisnis toko emasnya di masa pandemi, termasuk penurunan kunjungan ke toko fisik, pemenuhan biaya operasional dan fluktuasi harga emas akibat volatilitas pasar keuangan dan ketidakpastian ekonomi. Perubahan harga ini berdampak negatif pada margin keuntungan toko emas, keputusan pembelian pelanggan, serta volume penjualan dan pendapatan. Meskipun demikian, keunikan produk emas menjadi faktor penting dalam bisnis toko emas Ali. Kemampuan untuk melebur dan memurnikan emas memberikan beberapa keuntungan di masa pandemi. Melalui layanan melebur dan memurnikan emas, Toko Emas Restu Jaya dapat membantu pelanggan mengubah perhiasan menjadi emas murni yang dapat diperdagangkan atau dijual kembali. Selain itu, fleksibilitas dalam mengatur stok emas menjadi kunci dalam menghadapi situasi ketidakpastian dan fluktuasi harga emas. Permintaan akan emas murni juga meningkat selama masa ketidakpastian ekonomi, karena emas murni dianggap sebagai aset yang aman dan memiliki nilai jangka panjang.

Akhirnya pasca pandemi, Ali Muksin dan Toko Emas Restu Jaya berhasil mengatasi tantangan ini dengan strategi yang bijaksana. Mereka terus menyediakan produk emas berkualitas kepada pelanggan dan mempertahankan reputasi sebagai toko emas terpercaya di masa sulit ini. Melalui kreativitas, ketahanan dan adaptasi, mereka membuktikan bahwa bisnis emas dapat bertahan dan bahkan tumbuh di tengah tantangan yang signifikan akibat pandemi. Ali Muksin berharap dapat terus mengembangkan bisnis emasnya terutama di Bali.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!