Jauhkan Ketakutan Anak akan Pemeriksaan Gigi, Harlia Ernestine Ciptakan Lingkungan yang Nyaman dan Menyenangkan

Sebagai anak pertama dalam keluarga, terlebih perempuan, ibunda dari drg. Putu Harlia Ernestine Harta, Sp.KGA atau yang akrab disapa drg. Nia tentu ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Sang ibu pun mendapat didikan yang serupa, dari kakek nenek drg. Nia, yang menjadikan ibunya termanifestasi sebagai satu-satunya dokter dalam keluarga. drg. Nia pun diharapkan bisa berkiprah di karier yang sama, bahkan dirinya melihat peluang membuka praktik spesialis yang masih jarang digeluti oleh para dokter gigi.

Sejak usia drg. Nia satu tahun, ibunya, dr. Amelia Siadja yang merupakan dokter spesialis Otolaringologi (THT) sudah menjadi Kepala Puskesmas di Puskesmas Ubud II. Memasuki usia remaja, ia pun disarankan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran, padahal dalam non-akademis, ia tak kalah memiliki bakat dalam kegiatan seni musik dan lukis. Sampai wanita kelahiran 19 April 1991 ini, sempat mendaftar pada Jurusan Desain Produk Industri dan telah diterima di beberapa kampus ternama seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan di Maranatha.

Setelah menimbang lebih lanjut mengenai profesi dokter yang disarankan sang ibu, ketertarikannya mulai muncul saat diketahui adanya spesialis dokter gigi anak (Sp. KGA). Ia kemudian meminta pendapat ibunya, dan tak keberatan dirinya mengikuti ujian masuk Fakultas Kedokteran Gigi. Di salah satu universitas negeri di Bali, drg. Nia mencoba peruntungannya, namun di luar dugaannya ia yang cukup percaya diri merasa akan lolos, nyatanya sebaliknya. Beralih ke salah satu universitas swasta, tetap saja drg. Nia merasa tak puas, seolah dirinya tidak memiliki kemampuan. Setelah menimbang lebih lanjut, ia mulai mencoba peruntungan di Universitas Airlangga Surabaya dan lolos di Falkutas Kedokteran Gigi terbaik di Indonesia pada saat itu.

Alumnus SMAN 1 Denpasar ini, mampu merampungkan kuliah S1 dan profesi selama 5,5 tahun. Sembari bekerja di Klinik Mitra Medicare Surabaya lima kali seminggu, drg. Nia melanjutkan pendidikan spesialis kedokteran gigi anak di Universitas Airlangga dan mampu lulus dalam 3,5 tahun. Setelah lulus ia kembali ke Bali dan mengabdikan diri di RSUD Sanjiwani Gianyar. Suami yang merupakan dosen dalam bidang Ekonomi dan Bisnis, memiliki gagasan untuknya membuka praktik sekaligus bisnisnya sendiri, karena dokter spesialis yang ia sandang memang masih jarang hadir di Bali. Namun pada bidang bisnis yang berbeda, pelayanan khusus anak sudah cukup banyak, mengingat usia anak-anak juga membutuhkan perhatian dan keterampilan dalam mengelola kecemasan anak-anak, terutama yang paling mereka takutkan saat pergi ke dokter gigi.

Menanggapi masukan suami, ia pun setuju dan mulai merintis bisnisnya dengan nama “Her Kids Dentist”. “Bekerja di instansi pemerintah sangat saya butuhkan untuk membantu berbagai lapisan masyarakat khususnya Bali Timur dan instansi tempat saya bekerja mampu memfasilitasi tindakan-tindakan spesialistik (hospital base) yang tidak dapat dilakukan di klinik,” ujarnya. Berjalannya waktu, selaras dengan peningkatan pengalaman dan kepercayaan pasien, kini Her Kids & Family Dental Care sudah memiliki beberapa dokter gigi yang juga kompeten dan terampil menangani masalah gigi, mulut anak, orang tua, hingga kakek nenek.

Dari yang awalnya hanya buka empat kali seminggu, kini sudah menambah jadwal menjadi enam kali seminggu dan bisa dipercaya banyak pasien yang kadang rela menginap di Denpasar / Bali untuk merawat gigi. “Semoga praktik ini bisa terus progresif, menjadi lingkungan pemeriksaan gigi yang nyaman dan menjauhkan rasa takut anak akan dokter gigi, ditambah dengan komunikasi dalam edukasi yang mudah dipahami anak,” pungkasnya. Harapan ke depannya ia ingin bisa menciptakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang ramah anak, serta menjadi One Stop Solution Dental Care untuk anak dan keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!