Jangan Pernah Berhenti Bermimpi, Sekalipun Saat Berada di Titik Terendah

Keadaan ekonomi keluarga yang awalnya baik-baik saja, masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, kian hari kian memburuk akibat dari Bom Bali II di tahun 2005. Membuat sebagian besar pebisnis Bali mengalami penurunan penghasilan daripada sebelumnya. Itulah yang dirasakan oleh keluarga dari pria yang bernama I Wayan Arik Suwitra atau yang kerap disapa Arik.

Arik adalah pria kelahiran Gianyar 19 April 1989 yang merupakan anak pertama dari pasangan Ketut Astika dan Made Wedani yang memiliki 3 buah hati. Terlahir dari background orang tua yang bekerja sebagai pengrajin perak di Gianyar. Namun, akibat dari Bom Bali 2 membuat pariwisata mengalami penurunan, sehingga usaha kerajinan perak orang tuanya harus ditutup.

Orang tua Arik mulai beralih profesi dari menjadi pengrajin perak berujung menjadi seorang petani. Memanfaatkan lahan seluas 30 are milik orang tuanya untuk dijadikan lahan pertanian. Namun, hasil pertanian orang tuanya tidak begitu memuaskan, dapat dikatakan tidak sesuai ekspektasi.

Saat itu Arik menginjak masa putih abu di SMA Negeri 1 Sukawati dan akan segera lulus. Ayahnya mengatakan bahwa tidak mampu lagi membiayai pendidikan Arik nantinya apabila ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Arik merasa terketuk pintu hatinya mendengar ucapan tersebut, ditambah lagi melihat keadaan ekonomi keluarganya. Hanya satu harapannya yaitu agar kedua adik-adiknya tetap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Lulus dari SMA Negeri 1 Sukawati Arik bekerja di Sukawati Komputer, di sana banyak ilmu yang didapatnya terkhusus ilmu komputer. Cukup lama bekerja di sana, kemudian Arik ditawari untuk mengelola koperasi banjar. Penghasilannya digunakan untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Meski, teman seangkatannya sudah semua sarjana, namun hanya dirinya yang baru kuliah. Arik berkuliah di UNHI (Universitas Negeri Hindu Indonesia) jurusan S1 Ekonomi. Awalnya perkuliahannya masih amanaman saja dari awal. Tetapi, di tahun 2013 Arik menikah dengan istrinya yang bernama Ni Wayan Pramita.

Setelah sah menjadi pasutri dan dikaruniai buah hati, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi yang membuat Arik kehabisan uang. Di semester akhir kuliahnya, Arik hampir tidak bisa meluluskan pendidikan S1-nya karena terbentur biaya. Maka dari itu, biaya kuliahnya bantu oleh mertuanya hingga berhasil wisuda.

 

Pasca wisuda, Arik ingin membuka koperasi simpan pinjam dan mengajak beberapa temannya untuk bekerja sama. Hingga mendapatkan 20 orang dan masing-masing harus mengumpulkan uang sebesar 1 juta rupiah setiap orangnya. Karena semua sepakat, maka berhasilah dibukanya koperasi simpan pinjam yang diberi nama “Koperasi Agung Mandiri”.

Koperasi Agung Mandiri awalnya hanya terbuka untuk masyarakat Gianyar saja. Namun setelah dikeluarkannya badan hukum koperasi, maka Koperasi Agung Mandiri kini terbuka untuk seluruh masyarakat Bali. Konsep dibentuknya koperasi ini yaitu mengutamakan asas kebersamaan dan kekeluargaan sesama tim dan nasabah.

Seiring waktu, Koperasi Agung Mandiri berkembang sangat pesat dan mangalami kemajuan. Di masa pandemi ini Arik berhasil memunculkan transaksi digital dalam koperasinya untuk menerapkan social distancing sesuai imbauan pemerintah. Bahkan, Koperasi Agung Mandiri adalah koperasi pertama yang menciptakan transaksi digital dari seluruh koperasi yang ada di Bali.

Menapaki masa suksesnya, ternyata Arik tetap memegang teguh konsep Tri Hita Karana yang sangat kental di Bali. Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu merupakan filosofi mengenai tiga hubungan keharmonisan yang meliputi hubungan dengan sesama manusia (pawongan), hubungan manusia dengan alam sekitar (palemahan), dan hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan) yang saling berkaitan satu sama lain.

Arik mengimplementasikan pawongan dengan jalan membantu sesama dan memiliki program akan memberikan bantuan kepada staff jika menikah, sakit dan meninggal dunia. Palemahan diimplementasikan dengan cara ia tidak mencemari lingkungan dan kedepannya akan melakukan penanaman pohon di lingkungan sekitar. Parhyangan diimplementasikan dengan cara Tirtha Yatra atau sengaja mengunjungi beberapa pura untuk melakukan ibadah. Itu menandakan Arik selalu bersyukur karena telah berada di titik saat ini.

Harapan Arik kedepannya yaitu agar bisa menyejahterakan staf Koperasi Agung Mandiri dan masyarakat, serta ia berharap kedepannya memiliki unit bisnis baru yang bersifat auto-pilot atau usaha yang tetap berjalan sendiri tanpa harus selalu ada pemilik bisnis itu di dalamnya. “Teruslah berkreativitas, jangan pernah menunda segala hal dan jangan pernah berhenti mencoba dalam melakukan segala hal. Jika gagal, bangkitlah dan perbaiki kesalahan yang membuat gagal. Yakinlah, gagal itu pasti akan terkalahkan dengan usaha dan semangat pantang menyerah”, pesan Arik kepada generasi muda.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!