Jangan Melihat Cover Luar Pekerjaan, Imani dan Tekuni Pasti akan Mendatangkan Hasil Luar Biasa
Tidak semua memiliki karma yang baik, sukses membisniskan suatu hobi. Putu Ari Wirawan misalnya, logikanya bicara dalam menanggapi realita kehidupan, tak akan semulus hobinya menggoreskan cat warna di atas kanvas. Bersyukurnya ia sejak belia, sudah terbiasa menghadapi para pembeli, di usaha yang dirintis orang tua. Jadi ia memiliki plan cadangan, yang justru kini menjadi motif utamanya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Dari orang tua sebagai pedagang, Putu Ari Wirawan sudah dibiasakan sejak usia belia dihadapkan dengan para pembeli. Orang tua pun memberi support bila pada akhirnya ia bergelut di bidang yang sama. Kendati mendapat dukungan urusan modal, ia dan istri yang semakin fokus berwirausaha saat berkeluarga, berupaya keras dari mereka sendiri untuk mendapatkan pinjaman dari sektor swasta.
Mungkin rezeki materi dari hobi melukis pria kelahiran Gianyar 20 Januari 1991 ini, belum secerah bisnisnya di “MW Adat Bali”. Namun, faktor pendukung dalam membuka rezeki bisnisnya tersebut datang saat kunjungannya ke pameran lukisan. Di sanalah ia bertemu istri, Ni Nyoman Suwidiani yang tak hanya menjadi sosok pendamping seumur hidup, tapi juga partner dalam segala hitam putih berumah tangga dan tentunya berbisnis bersama.
Ari Wirawan dan Suwidiani kemudian bahu membahu merintis usaha mereka yang menjual perlengkapan baju adat Bali, berlokasi di ruang tamu kediaman mereka. Kebetulan adik dari Ari merupakan penjahit, ia pun mulai belajar menjahit, demi menunjang bisnisnya. Suwidiani tak ketinggalan, kompak melakukan hal yang sama, karena sangsi dengan penghasilan sebagai guru honorer, yang satu-satunya diandalkan sebagai sumber pemasukan dapur rumah tangga.
Agar jari jemari tidak kaku, Ari Wirawan dan istri melakukan pemanasan dengan menjual bantal boneka yang memiliki pola sederhana. Setelah itu menjahit untuk kebutuhan sendiri, kemudian merembet ke keluarga dan teman-teman. Tidak hanya itu, beberapa toko-toko butik pakaian adat juga meminati serta menyukai hasil jaritan dan produksi yang sampai saat ini tetap menjalin kerja sama mempercayai produk butiknya kepada MW Adat Bali. Seiring semakin percaya diri mempublikasikan hasil produksi karya sendiri yang semakin meluas, MW Adat Bali yang berlokasi di Gg. Melati, Jl. Raya Silungan, Br. Lodtunduh, Kecamatan Ubud ini, mulai mempekerjakan enam orang karyawan di rumah produksi dan satu toko. Mereka juga siap menerima siswa SMK untuk training di MW Adat Bali.
Di awal hiruk pikuk pandemi, MW Adat Bali mengalami penurunan hingga tutup sementara beberapa bulan. Tak bisa terpaku dengan kondisi terus menerus, setidaknya Ari Wirawan dan istri berupaya tetap terampil dengan memproduksi masker dan tetap membuka lapak, meski masih sepi pembeli. Syukurnya di era new normal sudah bisa produktif lagi, bahkan lebih ramai dibandingkan sebelum pandemi, di mana mereka bisa memproduksi pakaian adat perbulannya kira-kira 50 pises kebaya dan kamen sebanyak 20 pises. Fenomena ini didukung dengan gencarnya promosi via daring di berbagai media sosial dan marketplace menjadikan usaha wiraswasta ini tak bisa dianggap remeh dari cover luarnya saja “tukang jahit”. Apabila diimani dan ditekuni dengan cara yang tak biasa, hasilnya pun akan luar biasa.