Jangan Asal Ikut Tren, Pelajari Risiko Usaha dan Siapkan Siasat di Masa Pandemi
Pandemi 2020 menjadi titik balik langkah Indra & rekannya untuk mendirikan usaha produksi furnitur interior. Bisa dikatakan bukan sekedar langkah berani lagi, tapi nekad saja, apalagi rekannya yang memiliki usaha wedding decor, tak bisa berbuat banyak, selain tutup untuk sementara waktu. Sementara Indra sendiri baru saja di PHK dari tempatnya bekerja sebelumnya. Akhirnya keduanya menemui kesepakatan, yang mau tak mau harus dibayar dengan upaya membuka usaha kembali, karena lowongan pekerjaan pun masih belum siap menerima karyawan baru pada saat itu.
Selain berdarah seni dari ayahnya yang seorang pelukis, pria kelahiran 29 Agustus 1987 ini, belajar mengenal bisnis sejak terkena PHK pada saat awal pandemi tahun 2020 melalui berbagai macam informasi yang didapat dari banyak motivator entrepreneur via daring. Indra pun mengungkapkan sudah cukup percaya diri untuk mendirikan perusahaannya sendiri, terutama berbicara risiko sebagai pemilik bisnis. “Kalau bicara soal risiko, pasti akan selalu ada, tetapi semua itu akan dapat kita kurangi bila dari awal kita mau mempelajari masalah-masalah apa saja yang biasa terjadi saat kita memulai usaha yang kita jalani dan menyiapkan siasat untuk menanggulanginya, seharusnya kita cukup percaya diri untuk memulai”, ucap alumnus dari Jurusan Desain Interior, Kampus ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar ini.
Tahun 2020 tepatnya, Indra membuktikan pilihannya tersebut tak salah, dengan angka penjualan properti di Bali yang cukup tinggi, disebabkan banyak pemilik akomodasi penginapan mengambil upaya banting harga, guna menarik perhatian para investor. Taktik itu pun sekaligus menjadi momen membumbungkan usahanya, karena di masa-masa masih merintis, usahanya pun terbilang cukup cepat mendapat kepercayaan oleh klien perdananya yang merupakan pengusaha ternama dari Jakarta.
Sebagai pebisnis yang memulai tanpa portofolio yang mumpuni, sudah tak dipungkiri, Indra dan rekannya yang saat itu hanya berdua merintis bisnis, sempat dirundung ketakutan tersendiri bila tak bisa mendapatkan klien. Bersyukurnya, apa yang mereka pikirkan, segera mereka alihkan, dengan saling melempar semangat positif dan fokus pada proses strategi marketing bisnis. Seiring waktu berjalan, afirmasi positif mereka pun terwujud nyata, di mana pada bulan Juli-Desember 2020 mereka berhasil mendapatkan omzet hampir 500 juta Rupiah. Awal 2021 Indra & rekannya memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri, selain karena PSBB sudah dilonggarkan sehingga rekannya dapat memulai kembali usaha wedding decor-nya, Indra pun sudah cukup percaya diri untuk bisa menjalani usahanya sendiri, yang kemudian ia beri nama “CV Bali Interior Cabinet”.
CV Bali Interior Cabinet bila dibandingkan dengan bisnis lain, Indra menjawab dengan santai, dalam hal desain tidak ada sesuatu yang membedakan secara signifikan. Indra hanya mengikuti tren yang ada, kemudian mencari berbagai referensi dan mau belajar ilmu-ilmu baru yang bias didapatkan secara gratis di media online, jadi jangan disiasiakan. Selebihnya adalah usaha untuk mau memulai dan terus bergerak, ibaratnya kita mengayuh sepeda, bila kita bergerak, kita akan tetap jalan, bila berhenti, pasti bisa jatuh.Terakhir, yang perlu digaris bawahi bagi pemula, jangan asal mengikuti tren usaha, tapi pilihlah pekerjaan yang “sustain”, yang akan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti contohnya sandang, pangan, papan, yang kemungkinan 10 tahun lagi bahkan lebih masih akan selalu dibutuhkan. Bila usaha kita asal jiplak tren dan tidak memikirkan strategi langkah-langkah jangka panjang, hanya segelintir yang mampu bertahan di tengah persaingan yang sesak ini.