Hobi Berjualan, Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Berbisnis di Komoditas Kain, Waralaba, Fragrance hingga Rafting

Berdarah asli Ubud, Ni Kadek Laena Arniti dilahirkan di tengah keluarga yang berkarya di bidang seni, yang mana ibu merupakan pedagang barang-barang hasta karya dan ayah sebagai pelukis. Tak salah, peribahasa yang berbunyi “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, ia pun memulai bisnisnya, tak jauh-jauh berangkat dari seni orangtua, ialah pada industri kerajinan. Namun kepiawaiannya dalam berbisnis, tak sampai di bidang seni, ia pun semakin ekspansi beberapa sektor bisnis yang berbeda.

Sejak usia 10 tahun, Lena sudah terbiasa ikut ibunya berjualan, ia bertugas mempersiapkan barangbarang yang siap dijual di pasar. Meski ibunya sudah mempekerjakan satu orang karyawan, ia mengaku senang dan tetap melakoninya, karena di pemikiran saat itu, ia merasakan mendapatkan uang secara cepat hanya dari berjualan. Alhasil tak hanya ibunya yang mendapatkan bantuan darinya, ia juga pernah membantu guru berjualan di sekolah dan bibi yang menjual souvenir di pameran.

Berlanjut ke komoditas usaha ibunya, salah satu pengenalan produk yang dijual berupa kain sutra yang masa itu masih seharga Rp. 100 ribu. Tumbuh di daerah wisata, kain tersebut pun laris manis oleh wisatawan asing. Seiring pertumbuhan usaha yang semakin layak dalam segi ekonomi, wanita kelahiran 15 Oktober 1991 ini, kini memilih meneruskan usaha dengan gaya lebih modern dan fresh dengan nama “Busana Antique Bali” yang menawarkan jenis kain antik, diantaranya Kain Tenun Palembang, Sutra ATBM dan Sutra Baron.

Sebelum fokus pada mobilitas di bisnis tersebut, Lena menjalankan pendidikannya sebagaimana seharusnya seperti remaja-remaja seusianya, sembari menekuni bisnis online. Tiba masuk ke perguruan tinggi, atas saran ibunya, ia diminta untuk melanjutkan di ilmu Ekonomi Akuntansi. Namun karena tergiur euporia di tahun 2010, masuk ke sekolah keperawatan, ditambah desakan temannya, ia melepaskan kesempatan tersebut dan beralih ke D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Denpasar. Namun, akibat hanya termakan tren, tanpa ada passion akan berkarya di profesi tersebut, Laena sama sekali tak melanjutkan, malah akhirnya kembali lagi berjualan online.

Bersama kakak, Lena juga memompa semangatnya dengan pertama kali mengelola toko souvenir di Jl. Karna, Ubud. Meski sempat melakukan renovasi dan tak diduga akan bertemu pandemi, bersyukurnya toko tersebut masih produktif sampai saat ini melayani customer. Begitu juga dengan usaha lainnya, kepiawaian ibu dari tiga orang anak ini, tak hanya sampai disana mengelola bisnis. Semenjak ia menikah, ia semakin jengah berbisnis, terlebih suami pun memiliki passion yang sama di bidang jasa, yaitu Manggala Bali Villa Management. Ia dan suami kompak berbagi tanggung jawab untuk membeli bisnis waralaba “ACK Fried Chicken” pada tahun 2018 area Ubud dan merintis usaha rafting di daerah Ubud, bersama temantemannya. Dan di masa pandemi, ia kembali membeli produk waralaba golongan dessert yang memiliki dua outlet di Klungkung dan Jimbaran. Ternyata beberapa bisnisnya tersebut yang harapannya bisa diandalkan mengatasi krisis pandemi, tak berjalan mulus. Lena tak menyerah, ia kemudian memilih berkolaborasi dengan temannya untuk membuat sebuah brand yang memproduksi produk fragrance.

Keberanian Lena berbisnis di beberapa sektor yang berbeda, terutama bisnis waralaba, bagi alumni SMAN 1 Ubud ini memiiki sensasi tersendiri. Apalagi di masa pandemi, tak ada alasan untuk kita mengurangi takaran dari rahasia dapur sebuah perusahaan yang sudah kita beli, demi alasan krisis ekonomi. Khawatirnya dari kualitas yang menurun di satu outlet saja, masyarakat bisa mencap seluruh outlet lainnya memiliki kualitas yang demikian. Jadi bila terkendala modal, dari kita yang harus mencari solusi untuk mengatasi tantangan tersebut.

Untuk segmen penjualan kain di Busana Antique Bali, berbeda lagi, harus memegang kuat pondasi kejujuran dalam melayani customer, apalagi kain yang ia jual terbagi menjadi beberapa tingkatan kualitas atau grade. Bagi customer yang masih bingung, Lena dengan sigap mengedukasi perbedaan kain-kain tersebut, agar tak terjadi kekeliruan, apalagi sampai mengundang complain yang salah sasaran. Jadi menjaga kepercayaan customer itu, baik pelanggan maupun customer baru, sangat krusial. Justru kesan pertama itu yang harus dihindari dari rasa kecewa, karena sulit untuk membawa mereka kembali lagi. Kesimpulannya, sebagai pebisnis, kita wajib memelihara hubungan yang baik dengan pelanggan, begitu juga tak meremehkan customer baru untuk memberikan pelayanan yang tak kalah memuaskan, demi membangun kepercayaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!