Hadapi Tantangan Usaha dari Masa ke Masa

Pada usia 23 tahun, Ketut Suardana sudah mulai berbisnis tepatnya pada tahun 1998, berangkat dari bidang kerajinan lontar di desanya. Puncak kesuksesan usaha tersebut, ia dapatkan di tahun 2008, namun mengalami titik jatuh pada tahun 2010, karena kesulitan melakukan ekspor. Ia pun sempat bekerja di pariwisata, bertindak sebagai driver, hingga akhirnya pelabuhan usahanya tertuju pada toko bangunan, yang di mana barang-barangnya tentu lebih awet, jadi minim kerugian.

Tahun 2010 Ketut Suardana menaikan level usahanya dengan membeli sebuah lokasi di Jl. Raya Bona, Bitera, Kabupaten Gianyar. Pada tahun 2014, toko yang ia beri nama “UD Ria Karya Mandiri” akhirnya sukses ia dirikan, meski material yang disediakan masih dengan jumlah yang terbatas, ia jalani prosesnya secara perlahan dan optimis akan terus berkembang. UD Ria Karya Mandiri yang masih baru dalam pelayanan kebutuhan material bangunan saat itu, diungkapkan Ketut Suardana ia sangat menghargai para konsumennya yang berkenan hanya sekedar untuk mampir melihat-lihat isi dari tokonya. Sembari mulai datangnya permintaan barang tertentu, kemudian ia penuhi hingga selengkap seperti sekarang ini. Tahun 2015 Ketut Suardana dihadapi tantangan menghadapi kondisi bisnis properti yang mengalami penurunan. Upaya-upaya tak lelah ia tunjukkan, sehingga ada saja profit yang didapat.

Berbeda dengan pandemi saat ini yang permasalahannya sudah berada di tingkat global, seolah tak ada celah untuk memikirkan kepentingan diri sendiri, tapi lebih banyak ke kepentingan keselamatan usaha yang masih berhutang kepada salah satu bank. Di masa pandemi ini, UD Ria Karya Mandiri pun terkena imbasnya dengan penurunan profit, hal terbaik yang bisa dilakukan, tetap membuka toko seperti biasa dan mempekerjakan para karyawan, tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Ketut Suardana merupakan anak terakhir dari delapan bersaudara, dari ayah sebagai petani dan ibu bekerja sebagai pedagang acung. Bisa dilihat dari definisi pekerjaan orang tuanya, ia terinspirasi dari ibu yang sebagai pedagang.

Meski tak ada dorongan khusus dari beliau, tapi pengaruh positifnya tanpa tersadar telah ia terima dan mengalir begitu saja. Dari pernah bermimpi bekerja sebagai pegawai negeri sipil, Ketut Suardana belajar menjadi wirausaha yang menanamkan kepercayaan kepada relasi baik itu pihak bank dan konsumen. Kemudian bertanggungjawab atas segala langkah atau kondisi yang terjadi dalam usaha, agar semakin percaya diri menggiring usaha ke depannya. Dalam memilih pemborong atau kerja sama dengan sebuah kontruksi, Ketut Suardana tak mau bodoh mengambil risiko, bila bukan berasal dari pihak yang benar-benar ia kenal, ia tak langsung menyetujui datangnya tawaran kerja sama tersebut. Ia sangat berhati-hati berurusan dengan usahanya terlebih berhubungan transaksi keuangan.

Maka sampai saat ini ia tak sepenuhnya menyerahkan usahanya kepada para karyawannya begitu saja, selain karena ada passion yang besar dalam berbaur dengan customer. Ramah tamah memang menjadi faktor yang tak kalah penting sebagai wirausaha, karena tidak sedikit kita akan menemui karakter pengunjung yang berbeda-beda. Ada yang tidak terlalu peduli bagaimana pelayanan yang diberikan, ada yang tak ragu akan mengirimkan kritiknya ke media sosial, bila kedapatan tidak beruntung mendapatkan pelayanan yang seharusnya di dapat sebagai konsumen. Bersyukurnya hingga di tahun yang ke-11 ini, kebutuhan kualitas pelayanan maupun produk yang dijual, mampu dijawab UD Ria Karya Mandiri. Pencapaian ini tak lepas dari doa dan dukungan keluarga yang menyertai perjalanan usahanya sejak awal hingga melewati tantangan yang berbeda-beda di setiap masa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!