GRIYA TAKSU Seimbangkan Spiritualitas dan Tradisi, demi Warisi ke Lintas Generasi Hindu Bali
Terbangkitnya spiritualitas dan passion dalam mengorganisir acara yang juga bersenyawa dengan spiritual, diklaim Ida Ayu Ling-Ling Widja Patni menjadi satu kesatuan yang utuh, mentransformasikan jiwa raganya saat ini. Tentu saja tak lepas dari sosok ayah, Ida Bagus Sumantri atau yang akrab disapa “Gus Aji”, yang telah membuka gerbang bisnis di bidang seni dan pariwisata dalam keluarga. Kabarnya terkini, keduanya kompak membangun pondasi bisnis yang lebih kuat dan berkelanjutan, salah satunya kreativitas di “Griya Taksu Event Space” yang dirintis dari investasi pelajaran masa lalu, untuk masa kini yang harmoni dengan spiritual dan tradisi.
Berakar dari kisah masa kecil Gus Aji yang secara eksplisit diungkapkan, ia bukanlah tipikal anak yang rajin belajar. Memang ia selingi dengan membantu orang tua di sela-sela bermainnya, namun waktu belajarnya kurang mendapat perhatian. Sehingga keinginannya untuk merantau, mengeksplorasi destinasi-destinasi baru, belum bisa dijangkau. Hal ini mendorongnya sebagai orang tua cukup keras dan beraksi ‘greteh’ (cerewet) dalam mendidik anakanak, agar memanfaatkan masa muda yang energik dan produktif untuk menimba ilmu dan pengalaman seluasluasnya.
Meski lahir dari orang tua yang berdisiplin pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ibu sebagai kepala sekolah dasar, mereka tak berekspektasi tinggi agar dirinya selalu mendapatkan peringkat di kelas. Orang tuanya cenderung menitipkan pendidikan karakter dalam keluarga, seperti kesahajaan, kejujuran dan mawas diri. Terlebih sebagai keturunan Sulinggih, tak kalah penting untuk menjaga nama baik keluarga, ucap anak kelima dari delapan bersaudara ini. Ia pun mengisi masa remajanya dengan keseharian yang mengalir apa adanya, belum menemukan ambisi khusus untuk pencapaian tertentu.
Lagi-lagi setelah lulus S1 Fakultas Teknologi Pertanian, Gus Aji diberi kebebasan, tak ada arahan untuk terjun juga sebagai PNS, ia diberi kemerdekaan untuk memilih karier selanjutnya, yakni sebagai pedagang sesuai cita-citanya. Namun, sebelumnya ia dan kakak sempat bekerja di bisnis silver, garmen dan restoran milik ipar, yang membekalinya pengalaman baru yang tak ia temui di lingkungan kampus maupun keluarga. Pengenalannya pada dunia bisnis, semakin menjadi-jadi untuk mengumpulkan modal dengan bekerja di luar negeri, tapi apa daya ia belum berhasil mewujudkannya, demi memproklamirkan hubungan dengan istri, yang saat itu masih berstatus kekasih ke jenjang yang lebih serius di tahun 1994.
Anugerah dan Tantangan Pasca Pernikahan
Pasca pernikahannya yang dilakukan dengan sistem nyentana (pihak laki-laki masuk ke rumah (keluarga) perempuan), Gus Aji dan istri dipercaya untuk mengelola bisnis batik dan juga BPR yang dirintis orang tua istri di Denpasar & Ubud. Journey-nya pun tak mudah dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha tersebut, dari krisis moneter 1998 hingga pandemi yang paling terparah memapar pariwisata. Selain faktor eksternal, ia yang juga merambah ke bisnis jasa pengiriman tenaga kerja ke kapal pesiar, sempat tertipu hampir Rp18 miliar dari partner bisnis. Kejadian tersebut membuatnya memiliki beban berat dan terpikirkan untuk mengakhiri hidup. Bersyukurnya ia dianugerahkan sosok istri yang tak ikut kalut dengan nasib bisnis mereka. Ia mendapat dukungan secara psikis dan perlahan, namun pasti, bangkit dari keterpurukan.
Pria kelahiran 1965 ini, menandai ‘alarm’ kebangkitannya dengan memulai usaha dari minus, berinvestasi di bidang taman yakni Kemenuh Butterfly Park, Kemenuh Orchid Garden, Kemenuh Water Park dan yang terkini; Griya Taksu Event Space di Jl. Ir. Sutami, Br. Medahan, Desa Kemenuh, Kec. Sukawati, Gianyar yang dirilis Maret 2021. Ia yang masih merintis sembari ‘meng-healing’ dari rasa sakitnya terdahulu, berangsur-angsur mulai bisa memaafkan dan mengikhlaskan, bahkan mulai merangkul sanak saudara yang membutuhkan pekerjaan untuk bergabung di deretan bisnisnya.
Selain berbisnis, Gus Aji juga sempat menjadi Kelian Adat dan Kepala Desa di Kemenuh, padahal saat digadang-gadangkan ia sudah menyatakan dirinya adalah orang yang pemalu dan tak berpengalaman dalam memimpin masyarakat. Dalam waktu 6 bulan ia berupaya beradaptasi, sempat stres yang tak terhindarkan. Tantangan tersebut menyadarkannya, bahwa mengenali kapasitas akan kemampuan dirinya sangatlah krusial dalam bidang ini, bila tidak kewajibannya di masyarakat tidak mampu berjalan efisien dan efektif.
Dayu : Tak Hanya Berbisnis, tapi juga ‘Terbangkitkan’ secara Spiritual
Jelas berbeda nasib dibandingkan dengan masa belia sang ayah, Ida Ayu Ling-Ling Widja Patni yang lahir tahun 1995 ini, mendapatkan kemapanan dari segi materi. Kendati demikian, ia dibimbing untuk tumbuh tidak arogan, mandiri dan meningkatkan kualitas diri dalam keluarga dan hidup bermasyarakat. Ia pun disekolahkan di sekolah international dari tingkat TK hingga SMA, demi visi misi orang tua kepadanya untuk mengembangkan pola pikir yang mengglobal. Lulus SMA, ia pun melanjutkan kuliah ke Australia lalu ke Leeuwarden, Belanda.
Terpantau banyak terpapar dengan budaya barat, Dayu diwanti-wanti untuk tetap mengingat ‘benihnya’ sebagai orang Bali. Salah satunya dengan menyertakan dirinya dalam segala kegiatan di Griya Taksu Event Space yang tak hanya menyediakan lokasi untuk event formal, tapi juga segala jenis Manusa Yadnya seperti Megedong-gedongan, 3 Bulanan, Otonan, Bayuh Oton, Menek Kelih, Metatah, Pawiwahan, Bayuh Sapuh Leger, Bayuh Melik dll. Ia menjadi lebih mengenal dekat budaya Hindu Bali dan berinteraksi langsung dengan orang lokal.
Setelah menjadi bagian dari bisnis ini, sebagai Marketing Director, Customer Relations Officer, Wedding Planner dan Wedding Organizer sejak Februari 2022, Dayu mendapat bonus lain selain sekedar mengenal rentetan kewajiban umat Hindu untuk menjalankan upacara sejak terbentuk jasmani dalam kandungan sampai akhir manusia tersebut. Pemahamannya soal pusat dari hati sebagai penghubung ke hadapan Sang Pencipta atau spiritual, kian terbangun. Tidak sengaja mencari pengetahuan tersebut, kesadaran dari dalam diri Dayu muncul dengan berjalannya waktu dan menemukan kedamaian hati yakni lebih mengenali kebutuhan jiwanya, hingga kian terkoneksi secara batin dan mengasihi Sang Pencipta.
Ide yang Tertunda Tujuh Tahun Lalu
Ide untuk merintis Griya Taksu Event Space sudah mengendap di pikiran Gus Aji sejak 7 tahun lalu. Ia dan keluarga kemudian berdiskusi, apakah ide ini cocok bila direalisasikan dalam model bisnis. Lebih lengkapnya lagi ia memperkuat alasannya, bahwa sebelum di lokasi Griya Taksu sekarang adalah sebuah Griya yang pemiliknya adalah orang sakti. Banyak masyarakat datang untuk memohon pertolongan untuk berobat. Ia pun ingin melanjutkan tradisi itu dan melestarikan ke lintas generasi. Setelah mendapat lampu hijau, ia mencari hari baik untuk mengadakan upacara Melaspas (upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau ditempati lagi) yang jatuh pada 28 Maret 2021.
Gus Aji tak membantah ada saja perdebatan yang terjadi antara dirinya dengan anak-anak, terutama Dayu. Misalnya soal dekorasi adat Bali, bila ia menginginkan dekorasi yang full colour dan meriah, anak-anak lebih ke desain yang simple namun tak bosan dipandang. Baginya itu merupakan ‘pemanis’ dalam mengarungi bisnis bersama keluarga, hanya saja harus dicegah supaya tidak sampai berkepanjangan, harus ada yang mau mendengarkan, mengalah demi memperoleh jalan tengah. Griya Taksu Event Space kini selain mempekerjakan manajemen yang andal dalam event modern, juga memiliki tujuh kelompok pembuat banten (Serati) untuk upacara tradisional, yang terdiri atas masing-masing 10 orang. Dalam pelaksanaannya, sebut saja salah satu Upacara Pawiwahan (pernikahan) dengan upakara (banten) Pekoleman yang dibandrol dengan harga Rp30 juta untuk sesi 07.00 – 14.00 dan Rp37 juta sesi 16.00 – 22.00 meliputi di antaranya Serati Banten full team dengan keorisinalitasan menggunakan janur Bali, jadi tidak mengurangi makna dan tujuan sesuai dengan sastra Hindu Bali yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selengkapnya untuk kebutuhan upacara lain bisa disimak di situs website-nya : https://www.griyataksu.com
Bila ditanya kembali, mengapa ia bisa sanggup dan percaya diri untuk membuka bisnis di masa pandemi, secara logika Gus Aji pun sampai saat ini masih tak habis pikir dengan yang sudah ia kerjakan. Syukurnya semua berjalan tanpa meleset dari rencana, hal-hal mustahil bagi pemikiran manusia biasa, menjadi sangat mungkin, bila Tuhan dan Semesta sudah memberikan restu-Nya. Yang lebih membanggakan lagi, ia bisa ber-yadnya melayani umat dan sekaligus melibatkan Serati untuk terlibat dalam bisnis ini dalam nilai ekonomi. Terakhir, harapan Gus Aji dan Dayu yaitu semoga Griya Taksu ini tak beralih fungsi, tetap sesuai dengan visi misi di awal dan ajeg membantu masyarakat Bali khususnya, untuk menuntaskan kewajiban mereka termanifestasi kebersihan secara lahir batin.