Gesit Beradaptasi Hadapi Dinamika Usaha Di Tengah Pandemi

Hampir semua lapisan masyarakat merasakan dampak dari badai pandemi sejak awal tahun 2020 lalu. Tak terkecuali kalangan pengusaha lokal di Bali. Berbagai macam respon dilakukan guna mampu bertahan di tengah terpaan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi. Mulai dari mengurangi jumlah karyawan hingga yang paling berat menutup usaha. Namun tidak bagi Nyoman Gede Sujana yang memilih untuk beradaptasi dan berinovasi agar tetap eksis di dunia usaha.

Bagi Gede Sujana yang telah menjadi entrepreneur sejak tahun 2013 lalu, pasang surut di dunia usaha merupakan suatu hal yang wajar. Tantangan usaha kadang menghampiri dan bagi seorang pengusaha sejati menanggapi hal itu sebagai sebuah batu loncatan untuk mencapai level yang lebih tinggi. Seperti halnya pada saat pandemi melanda seluruh dunia, memaksa sejumlah pengusaha, termasuk Gede Sujana untuk menyesuaikan startegi bisnisnya. Hal itu merupakan bentuk adaptasi dalam dunia bisnis yang harus dilakukan guna mempertahankan eksistensi usaha.

Jika sebelumnya Gede Sujana dikenal sebagai pengusaha di bidang jasa konstruksi umum dan konstruksi baja, pada awal masa pandemi ia mengambil langkah strategi yaitu menawarkan barang dan jasa yang berbeda. Tentunya sebelum “banting setir”, ia sudah mengawali langkahnya itu melakukan riset konsumen. Hal ini dilakukan untuk mendapat informasi apakah produk atau jasa yang akan ditawarkan relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini.

“Pada saat awal masa pandemi, saya melihat banyak yang beralih ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM. Dari sana saya berpikir untuk membuat suatu produk yang dapat mendukung para UMKM berdasarkan disiplin ilmu yang saya miliki yaitu Teknik Mesin. Jadilah sebuah inovasi produk penggulingan daging otomatis yang saya tawarkan ke teman-teman UMKM,” ungkap Gede Sujana.

Produk hasil garapan di bengkel Gede Sujana tersebut sangat cocok diaplikasikan pada proses pemanggangan daging dengan cara diguling. Proses pemanggangan berlangsung otomatis sehingga efisien dari segi waktu dan tenaga. Melalui inovasi produk tersebut ia telah membantu para pengusaha UMKM untuk mendongkrak kapasitas produksi. Seperti dugaannya, alat ini pun cukup diminati di pasaran.

Ada pula produk inovasi lainnya dari tangan terampil Gede Sujana yaitu tempat cuci tangan portabel. Ia menciptakan produk tersebut guna menjawab kebutuhan industri dan rumah tangga. Saat itu sedang gencar-gencarnya edukasi masyarakat untuk rajin mencuci tangan sehingga muncul permintaan tempat mencuci tangan yang praktis dan lebih murah. “Ternyata antusiasme masyarakat terhadap produk wastafel portabel tersebut sangat besar. Dalam satu minggu saya dapat memenuhi sekitar 30 pesanan dari berbagai lapisan masyarakat,” ujarnya.

Setelah situasi pandemi berlangsung selama beberapa bulan, barulah Gede Sujana mampu lebih bernapas. Ditambah dengan kebijakan dari pemerintah yang melonggarkan kegiatan pada industri konstruksi. Dari sana Gede Sujana menata ulang bisnisnya dan menyiapkan sejumlah strategi yang lebih jitu. Pelan-pelan ia kembali menawarkan jasa konstruksi, mulai dari relasi terdekatnya. Akhirnya lima bulan setelah belajar dan beradaptasi terhadap keadaan ia mulai mendapatkan kembali klien-klien atas jasa konstruksinya.

Merintis Usaha

Gesit mencari jalan keluar di saat badai permasalahan menerpa memang sudah kerap dilakukan Gede Sujana. Ia merupakan pribadi yang lebih cenderung mencari solusi ketimbang sibuk menyalahkan keadaan. Karakter ini merupakan hasil penempaan hidup sedari dini di mana ia sendiri sudah terbiasa memecahkan masalah secara mandiri. Contohnya pada saat di masa remajanya, ia memilih tidak membebani orangtua dengan meminta uang saku berlebih. Justru yang ia lakukan adalah mengasah jiwa entrepreneur dengan cara berjualan produk fashion kepada teman-temannya.

Pada saat resmi menyandang gelar sarjana Teknik Mesin di tahun 2010, Gede Sujana mengikuti saran orangtua untuk melanjutkan ke jenjang magister. Sembari menyelesaikan kuliah Strata 2, ia membantu usaha Sang Ayah di bidang konstruksi sipil. Sejak itulah ia mulai bergelut dalam berbagai kegiatan pembangunan baik proyek dari pemerintahan maupun swasta.

Baru kemudian pada tahun 2013, Gede Sujana mengibarkan bendera usaha CV. Surya Buwana. Bila awalnya ia menyediakan jasa kontraktor umum, lambat laun ia juga menawarkan jasa dan produk konstruksi baja. Hal ini dilakukannya untuk menangkap target market dengan segmentasi UMKM dan rumah tangga. Konstruksi baja yang ditawarkan meliputi baja berat dan baja ringan. Permintaan terus meningkat lantaran konstruksi baja semakin lumrah diaplikasikan pada pembangunan rumah tinggal maupun bangunan komersial lainnya.

Banyak sekali manfaat yang didapat dari penggunaan baja sebagai material konstruksi. Keunggulan baja antara lain ramah lingkungan dan bobotnya lebih ringan dari konstruksi kayu. Konstruksi baja juga lebih stabil dan kompak. Beban mati pada konstruksi baja terbilang kecil, hal ini membuat baja mampu menopang dirinya sendiri pada bangunan yang tinggi atau luas. Selain itu gampang dibentuk dan disambungkan, proses instalasi konstruksi baja juga hanya perlu waktu yang relatif singkat.

Ke depannya, Gede Sujana ingin memperkuat sistem usahanya yang sudah menggunakan media sosial Instagram (@cvsuryabuwana). Diharapkan melalui sistem manajemen yang lebih solid, nantinya usaha ini dapat diwariskan kepada sang buah hati. Namun ia sendiri tidak memaksakan anaknya untuk mengikuti jejak karir serupa, ia membebaskan sang anak untuk memilih passion untuk ditekuni.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!