From Beach to Business: Dari Anak Nelayan Sukses kemudian Mendirikan Bisnis Outsourcing

Sebagai anak seorang nelayan, I Ketut Sono sudah harus mengenal dunia kerja sejak usia yang lebih muda dari yang seharusnya. Bersama kakaknya, mereka lompat dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain, demi membangun sebuah rumah yang lebih layak. Di antaranya, ia yang saat itu masih kelas II SD, ikut kakaknya yang bekerja mengacungkan dagangan kepada masyarakat setempat, sebelum pariwisata di Bali mulai berkembang. Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut kemudian dibagi dengan si pemilik barang.

Seiring bertambahnya usia, Ketut Sono dan kakaknya berangsur-angsur mendapatkan pekerjaan dengan tingkat penghasilan yang lebih baik. Saat SMP, ia bertindak sebagai jasa pengantar tamu, hingga bergabung dalam manajemen kerja yang lebih resmi di sebuah hotel pada tahun 1991, kemudian bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta tahun 1992-1994. Tahun 1995 ia yang berencana berangkat ke Australia, namun gagal karena bertepatan dengan upacara pernikahan kakaknya sekaligus prosesi potong gigi yang dirinya terlibat langsung didalamnya.

Kendati gagal, kesempatan untuk menapaki karier yang lebih cemerlang tetap ia dapatkan dengan merintis bisnis bersama rekannya di bidang watersport di dekat Hotel Nikko Bali. Bersamaan dengan itu, ia juga dipercaya menggantikan posisi kakaknya sebagai Ketua Nelayan Pantai Mengiat, Nusa Dua. Pergaulan yang luas dan terlibat dalam komunitas yang kuat dan berpengaruh di Desa Adat Bualu, membuat Ketut Sono memiliki banyak kenalan dari berbagai latar belakang. Salah satu sahabatnya yang berasal dari puri di Denpasar, yang menyarankannya untuk mengurangi kegiatan hiburan berlebihan yang bisa mengikis uang, dengan menyibukkan diri mendirikan sebuah usaha. Mendengar saran tersebut, awalnya ia merasa ragu, karena kebiasaan bebas lepas di pantai, kemudian ia harus membentuk manajemen usaha, rasanya sulit dibayangkan.

Menghargai saran sahabatnya, Ketut Sono akhirnya memulai langkah awal merintis bisnis di tahun 2009, termasuk mengurus perizinan dengan instansi terkait. Ia kemudian memperkenalkan perusahaannya kepada orang-orang di sekitarnya. Beberapa perusahaan tertarik bergabung, seperti dari BTDC Nusa Dua (Bali Tourism Development Corporation), yang menyiapkan empat kuota security untuknya. Namun ada juga yang merespons negatif dengan mengatakan “Saya mencari satpam, bukan preman, Tut,” ucap rekannya.

PT Sonadhe, yang berlokasi di Jl. Perum Puri Nusa Dua, Gg. VIII No.63D, Benoa, Kuta Selatan, merupakan perusahaan outsourcing yang bergerak di bidang jasa pengamanan. Perusahaan ini selalu mengikuti perubahan aturan dan standar keamanan yang ditetapkan oleh program Linmas (Lindungan Masyarakat) dan Kepolisian Daerah (Polda) Bali. Untuk memastikan keterampilan dan pengetahuan para karyawan, PT Sonadhe secara rutin melakukan peningkatan dan pelatihan karyawan, termasuk Satpam, Garden, Cleaning service dan Steward, sesuai dengan perubahan standar yang terjadi setiap tahunnya. PT Sonadhe juga siap mengikuti update terbaru yang akan diberlakukan, termasuk dalam hal perubahan seragam yang dikenakan. Sampai saat ini, PT Sonadhe telah memberikan jasa pengamanan di berbagai hotel berbintang lima di wilayah Nusa Dua, Bali.

Sebagai pendukung jasa keamanan, Ketut Sono memiliki harapan besar untuk dapat turut memajukan Desa Bualu. Selain menjadi tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga keamanan serta kenyamanan di Bali, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk menjaga nama baik pariwisata Bali. Dengan kondisi desa yang aman dan nyaman, para wisatawan akan merasa lebih terjamin dan tentu saja akan tetap menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang tak terlupakan. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan ialah memelihara toleransi dan menjaga taksu (nilai keagamaan) di tanah Bali. Ini menjadi sangat penting untuk mempertahankan keunikan dan keindahan budaya yang tak ditemukan di belahan dunia manapun.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!