Ekspektasi Ingin Keluar dari Zona Kampung, Justru Traveling ke Luar Negeri Demi Jadi Tuan Rumah di Tanah Sendiri

Demi keluar dari zona kampung halaman, Ketut Indra Arindra bergelut di pariwisata yang tengah di masa kejayaannya. Tak hanya khusyuk berkarier di perhotelan, ia berkesempatan membuka cakrawala khususnya di bidang pariwisata lewat kesempatan bepergian ke beberapa negara yang siap ia implementasikan dalam bisnisnya, demi menjadi tuan rumah di tanah kelahiran sendiri.

Pria kelahiran Baturiti 16 September 1974 ini, notabenenya lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai guru dan nyambi berjualan di koperasi. Arindra pun tak luput membantu orang tua dengan menjualkan dagangan mereka di kantin sekolah. Dibalik kesederhanaan tersebut ia ungkapkan sangat menikmati masa kecilnya, salah satu pengalaman tak terlupakan lainnya ialah ia pernah menjadi kernet saat SD, kemudian naik level sebagai sopir mikrolet milik ayahnya, demi menambah sumbangsih ekonomi dalam keluarga.

Cita-cita Arindra di masa pencarian jati diri kariernya, hanya ingin keluar dari zona kampung dengan bekerja di perusahaan pariwisata. Tahun 1993 tamat SMA, ia melanjutkan ke BPLP (Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata Bali) sekarang STP Nusa Dua, pada Jurusan Tourism Management. Alumnus SMAN 2 Tabanan ini kemudian masuk ke tahap training, memperkenalkan dirinya secara langsung pada wisatawan mancanegara yang paling berkesan saat ia berinteraksi secara intens dengan tamu VIP asal Toronto, Kanada. Ia mendapat undangan untuk datang ke Ramada Hotel tempat turis itu menginap, hingga diperkenalkan ke General Manager.

Arindra pun mendapat tawaran untuk bekerja di sana selepas dari kuliah. Benar saja di tahun 1996, ia menapaki kariernya sebagai Bellboy dalam jangka waktu 10 tahun lamanya. Terlalu nyaman di sana, Arindra sebenarnya masih penasaran untuk mencapai posisi Front Office, terlebih ambisinya untuk menjadi Butler dalam memberikan pelayanan individu ke tamu VIP. Tak hanya dari segi komisi, ia bisa lebih dekat dengan relasi dan banyak belajar dari berbagai sudut pandang mereka.

Total 24 tahun di Ramada Hotel, perusahaan memberikannya kebijakan untuk rolling di posisi yang ia ingin pelajari. Kesempatannya untuk belajar dari tamu mancanegara pun terealisasi, kendati belum sampai di posisi Butler. Ia banyak mendapatkan masukan bahwa selain sebagai posisi tersebut, akan lebih baiknya bila ia menyambangi langsung negara-negara yang memiliki berbeda budaya dengan Indonesia. Singkat cerita, semenjak ia pensiun muda dan memutuskan untuk berbisnis dengan mendirikan Arindra Villa, ia memiliki dana khusus untuk traveling ke Thailand, Hongkong, Kamboja, Australia, Jepang dan terakhir ke Turki.

Sebagai pelaku pariwisata yang telah traveling ke beberapa negara, perhatian Arindra semakin pakem pada konsep budaya Bali, khususnya pada bisnis penginapan dan kuliner yang ia jalankan. Karena sejauh ia mengunjungi negara-negara maju, belum ada yang seunik adat istiadat pulau dewata. India pun yang sebagian warga negaranya juga menganut agama Hindu, tak sama dengan Hindu di Bali. Kekayaan ini tak sedikit orang asing yang cemburu ingin tinggal di Bali, bahkan menjadi pengusaha, padahal mereka tidak mengetahui seluk beluk budaya Bali yang makin lama bisa tergerus. “Dalam hal ini, generasi penerus patut mensyukuri atas warisan dari leluhur dan ciptaan Sang Pencipta, dengan berhenti menjadi penonton di tanah sendiri, mulailah menjadi garda terdepan dalam konteks kreatif berwirausaha,” pungkas Arindra.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!