Dukungan Keluarga sebagai Motivasi Utama Meraih Kesuksesan

Perjalanan hidup manusia bagaikan roda yang berputar. Ada masa di mana kita berada di titik terendah, tidak menutup kemungkinan hidup membawa kita berada di titik teratas. Setiap perjalanan hendaknya dimaknai sebagai bagian dari hidup yang selalu mengajarkan kita untuk terus membenahi diri demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Seperti itulah gambaran hidup seorang pengajar sekaligus entrepreneur asal Bangli, Taris Wahyuniati melalui penuturannya yang begitu dalam saat ditemui di sela kesibukannya mengelola Ais Gallery. Jatuh bangun kehidupan Taris Wahyuniati hingga kini berada di puncak kesuksesan mampu memotivasi khususnya generasi muda yang ingin mengawali jalan sebagai entrepreneur.

Taris Wahyuniati & Keluarga

Tumbuh besar di tangan ayah yang berprofesi sebagai guru dan ibu yang merupakan seorang pengusaha secara tidak langsung menanamkan kemandirian serta bibit pengusaha di dalam diri Taris Wahyuniati. Suasana perkampungan yang asri menemani hari-hari Taris Wahyuniati di masa kecil bersama ibu yang kala itu bekerja di sebuah restoran dan menempati sebuah kamar kos. Sulitnya perekonomian pada saat itu membuat Taris Wahyuniati secara tidak langsung turut merasakan kerasnya kehidupan. Hal tersebut tidak serta merta membuat Taris Wahyuniati dan keluarga tidak terlepas dari omongan orang sekitar yang memandang sebelah mata. Namun berkat motivasi dari sang ayah bahwa orang lain boleh memandang kita rendah, namun jiwa kita harus besar merupakan motivasi besar yang hingga kini terus diingat dalam benak Taris Wahyuniati. Kehidupan Taris Wahyuniati mulai berubah ketika ibu memutuskan membawanya pindah menempati sebuah mess di tempat ayahnya bekerja pada saat dirinya duduk di bangku kelas 6 SD. Masa-masa sulit penuh kenangan pahit telah dilewati Taris Wahyuniati meskipun ia masih mengenang bagaimana perjuangannya saat itu, yang mana ia harus berjualan nasi goreng demi membantu perekonomian keluarga kala itu. Kehidupannya setelah menempati mess mulai membaik, hingga tahun 2014 ia memiliki rumah sendiri.

Masa SMP ia habiskan untuk bersekolah dan membantu ibu yang membuka warung makan ikan mujair nyat-nyat hingga dirinya duduk di bangku SMA. Keterlibatan Taris Wahyuniati dalam usaha ibunya secara tidak langsung menanamkan pendidikan wirausaha yang ia pupuk sejak SD. Selain sibuk bersekolah, dirinya kerap mengikuti berbagai kegiatan organisasi seperti aktif dalam kegiatan pramuka hingga meraih beasiswa. Saat itu ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang psikolog, di mana ketertarikan Taris untuk mempelajari kehidupan manusia, tetapi kondisi ekonomi mengharuskannya untuk beralih bidang yang akhirnya ia putuskan untuk mengambil jurusan sosiologi. Namun setelah perenungan panjang, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil jurusan PPKN di Undiksha sebagai tempatnya meneruskan pendidikan.

Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa, Taris Wahyuniati sempat terjun di dunia pariwisata menjadi Tour Guide selama menempuh pendidikan S2 sembari menjadi guru honorer selama 2 tahun. Keputusan untuk memulai bisnis diawali oleh ajakan kakak sepupu untuk membuka usaha frozen food, kemudian dalam waktu singkat Taris Wahyuniati akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha skincare yang diberi nama Ais Gallery, yang menjual berbagai brand skincare seperti Bimbalo Bapalalo, Nenek Moyang 69 dan lain lain. Keberanian Taris Wahyuniati adalah wujud keyakinannya, di mana kegagalan dalam hidup tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerah. Dengan hadirnya orang tua serta suami tercinta menjadi dorongan bagi dirinya untuk terus berkiprah dalam dunia entrepreneur. Usaha serta kerja keras Taris Wahyuniati merupakan gambaran singkat perjuangan manusia dalam meraih kesuksesan. Menjadikan momen kelam di masa lalu sebagai motivasi utama untuk memperjuangan hidup menjadi lebih baik di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!