Ditempa menjadi Profesional Lewat Pengalaman
Majalah Bali | Dalam menapaki jalan setapak kehidupan, tak jarang Ida Komang Astika senantiasa menemui kerikil rintangan. Namun ia berprinsip sudah kadung mantap mengukuhkan cita-cita, maka tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Meski terik dan hujan harus dihadapi setiap saat, bahkan pernah tidur beralaskan kardus saja. Pada akhirnya dengan kekuatan tekad dibarengi untaian doa-doa yang tulus, kejujuran dan kerja yang ulet, ia berhasil mengubah taraf kehidupan lewat usaha jasa arsitek dan konstruksi.
Ida Komang Astika membuktikan bahwa kesuksesan bukanlah privilege bagi orang tertentu saja. Siapapun memiliki kesempatan menuai kesuksesan dalam hidup, terlepas dari background sosial, ekonomi, kondisi fisik maupun pendidikan, asalkan mau bekerja keras mengupayakannya. Tak terkecuali bagi Ida Komang Astika yang hanya merupakan lulusan SMA. Nyatanya ia berhasil mengembangkan usaha yang bergerak di industri jasa konstruksi dan interior yang diberi nama CV Wina Graha Aestetika.
Ia pun mampu bersaing dengan arsitek dan pengusaha konstruksi lainnya yang berlatar belakang pendidikan arsitek maupun teknik sipil. Terbukti dari sudah banyak karya arsitektur yang ia hasilkan, baik rumah tinggal maupun bangunan komersil. Keahlian yang ia miliki di bidang konstruksi didapat dari pengalaman kerja selama beberapa tahun, dibarengi dengan kemampuan manajemen usaha yang dipelajari secara otodidak.
Dalam menangani proyek konstruksi, Ida Komang Astika bersama tim kerja di CV Wina Graha Aestetika senantiasa berorientasi pada kepuasan klien dengan konsisten memberikan layanan jasa berkualitas tinggi. Hal itu diupayakan dengan selalu melaksanakan quality control baik saat dalam proses pelaksanaan hingga saat sebelum serah terima hasil kepada klien. Upaya ini dilakukan guna meminimalisir kesalahan sehingga klien menerima hasil yang sesuai dengan brief sebelumnya.
Kepuasan dari klien itu terkadang menjadi umpan yang jitu untuk menarik klien-klien potensial lainnya. Memang banyak dari kliennya merekomendasi keahliannya kepada orang lain sehingga pemasaran yang terjadi cenderung dari mulut ke mulut. Hingga akhirnya CV Wina Graha Aestetika lebih dikenal masyarakat khususnya di seputaran wilayah Kota Denpasar.
Gemar Berwirausaha
Ida Komang Astika terlahir di lingkungan keluarga sederhana, tepatnya di Desa Dencarik, Banjar, Buleleng. Pria kelahiran tahun 1977 ini merupakan putra dari seorang nelayan. Sehari-harinya ia dan keluarga hidup dari hasil tangkapan laut yang tak menentu jumlahnya. Demi ikut membantu menopang perekonomian keluarga, sang ibu ikut bekerja dengan berdagang. Begitu pun Ida Komang Astika yang tergerak hatinya membantu orangtua dengan berjualan es lilin sejak duduk di bangku sekolah dasar.
“Melihat kondisi keluarga yang hidup serba kekurangan, saya bertekad ingin melakukan sesuatu untuk memajukan taraf kehidupan kami”, ujar anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Walaupun sehari-harinya ia disibukkan dengan rutinitas berjualan es lilin, namun Ida Komang Astika tak pernah berniat meninggalkan sekolahnya. Ia masih bersemangat menimba ilmu meski jarak yang ditempuh ke sekolah sangatlah jauh. Menurutnya pendidikan merupakan jalan keluar yang akan membawanya pada kesempatan meraih kerja yang layak di masa depan. Maka dengan segala keterbatasan ia tetap berjuang menempuh pendidikan.
Pada saat SMA ia sempat tinggal bersama sang paman yang mau membantu biaya sekolahnya. Pamannya memiliki usaha ternak sehingga sebagai balas budi, Ida Komang Astika juga membantu usaha pamannya itu. Selain itu, ia juga masih melanjutkan kegemarannya yaitu berwirausaha yaitu dengan menjual kerupuk dengan sistem titip. Dengan menaiki sepeda pemberian kakak, ia berkeliling ke warung-warung untuk menitipkan dagangannya sebelum berangkat sekolah.
Tiba di tahun 1996, tak terasa Ida Komang Astika lulus SMA. Momen ini ia tunggu-tunggu karena ia dapat mencari pekerjaan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Sayangnya sebagai lulusan SMA ia tidak bisa langsung mendapatkan posisi yang bagus di perusahaan. Tawaran kerja dari kakak sepupunya yang bekerja di konstruksi ia terima. Saat itu pekerjaannya adalah menjaga keamanan peralatan dan perlengkapan proyek yang mengharuskannya untuk tinggal di site proyek selama 24 jam.
Awal masa kariernya bisa dikatakan cukup menguras tenaga dan mental. Selain memiliki tanggung jawab besar atas keamanan alat-alat proyek yang mahal, ia juga harus rela tinggal di bedeng sederhana dan tidur beralaskan kardus. Pernah juga ia mengalami kehausan sedangkan di site tidak ada air minum yang bersih. Semua itu ia anggap sebagai bagian dari proses belajar, walau berat tapi harus dilalui demi menjadi pribadi yang tangguh.
Ketekunan seorang Ida Komang Astika mulai berbuah manis tatkala ia mulai diberi kepercayaan untuk belajar menangani pekerjaan di konstruksi. Itulah saat-saat berharga bagi Ida Komang Astika dalam menyerap ilmu dari para profesional di bidang konstruksi secara langsung. Ia belajar segalanya yang biasanya diserap di perguruan tinggi, seperti ilmu ukur, desain arsitektur, hingga manajemen jasa konstruksi. Ia juga belajar skill berkomunikasi dengan para klien yang menjadi modal berharga kelak pada saat merintis usaha.
Mandiri
Setelah beberapa tahun bekerja bersama orang lain, muncul keinginan dalam pribadi Ida Komang Astika untuk bisa membuka usaha sendiri. Apalagi selama ia bekerja, dirasakan bahwa penghasilan yang didapat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Dirinya yang telah menikah dengan anak dari pamannya itu ingin memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga dengan berusaha secara mandiri.
Ida Komang Astika mengatakan bahwa nama CV Wina Graha Aestetika dipilih sebagai nama perusahaan merupakan bentuk doa dan harapan agar usaha tersebut dapat memberikan keberkahan untuk anak-anaknya. Nama Wina diambil dari nama putra keduanya yang menyimpan kisah haru pada saat proses kelahiran anaknya tersebut. Sang buah hati sempat sakit dan pada saat itu Ida Komang Astika bertekad pantang menyerah untuk bekerja keras demi mengupayakan masa depan cemerlang untuk para putra tercinta.
Ayah empat orang putra ini pun berhasil memenuhi impiannya tersebut seiring dengan pertumbuhan usaha yang terus menjulang. Bahkan saat ini ia mampu berekspansi ke berbagai bidang usaha lain seperti kos-kosan, dan dekorasi. Ia meyakini dengan membangun aset di beberapa tempat sama halnya dengan menyimpan telur di beberapa keranjang. Di saat telur di salah satu keranjang habis maka masih ada beberapa lagi di tempat yang lain. Prinsip investasi ini pun cukup membantu di saat adanya tren penurunan usaha di masa pandemi ini.
Sebagai salah satu pengusaha yang telah mencicipi manisnya buah ketekunan, Ida Komang Astika tak lupa mengajak pada generasi muda untuk memaksimalkan peluang usaha yang ada di sekitar. Lewat berwirausaha dapat berkontribusi dalam membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Jika banyaknya usaha yang bertumbuh di suatu daerah, maka ekonomi akan semakin maju dan kuat. Bila ekonomi masyarakat bergerak hal ini akan diikuti dengan kemajuan di bidang lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.