Dilirik Pasar Internasional Berkat Konsisten Mengusung Nilai Kearifan Lokal
Dididik dan dibesarkan oleh seorang seniman, guru, dan tokoh undagi Bali, kehidupan Made Sukarmayasa lekat dengan nilai-nilai kebudayaan dan seni khas Pulau Dewata. Sehingga tidak mengherankan ia pun memiliki keterampilan menampilkan suatu karya bernilai estetika, baik itu dalam media patung maupun kanvas. Bakat di bidang seni itu kemudian dikolaborasikan dengan ilmu menggambar bangunan. Lewat kedua tangannya ia berhasil menggarap beragam desain yang menonjolkan nilai kearifan lokal dan telah diaplikasikan ke berbagai proyek pembangunan, tidak hanya di Bali tapi juga luar negeri.
Made Sukarmayasa merupakan seorang seniman sekaligus arsitek senior yang karyanya telah mendunia. Pria lulusan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana ini telah berkarier di bidang pembuatan desain arsitektur sejak tahun 90-an. Setelah lama berkarier di perusahaan milik orang lain, ia bersama salah satu rekannya sesama karyawan memutuskan resign dan mendirikan biro konsultan arsitektur. Itulah kisah awal kemunculan PT Reka Massa Architect di mana Sukarmayasa selaku founder sekaligus Principal Architect.
“Saya banyak belajar dari arsitek legendaris yaitu Pak Yoka Sara sejak tahun 1989. Kemudian saya dan teman saya bernama Pak Nengah Sarjana memutuskan untuk mendirikan suatu perusahaan, tepatnya di tahun 1994”, ujar Sukarmayasa menceritakan sejarah awal pendidiran PT Reka Massa Architect.
Proses perjuangan merintis usaha yang dilalui Made Sukarmayasa tidaklah mudah. Saat itu ia harus mencari tempat untuk dijadikan kantor sekaligus menerima klien. Memang bisa saja ia menggunakan salah satu ruang di rumahnya untuk bekerja, namun ia berprinsip bahwa rumah pribadi dan kantor harus dipisahkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan citra profesionalisme serta menjaga kualitas kinerja para arsitek.
“Beruntung saya dipinjamkan tempat oleh salah satu teman saya untuk memulai usaha”, kenang Sukarmayasa.
Ia menceritakan salah satu proyek yang dikerjakan di awal berdirinya Reka Massa Architect yaitu pada tahun 1995. Saat itu ia diminta mengerjakan pembuatan proposal masterplan kawasan Pecatu Bali.
Bisa dikatakan itu merupakan pertama kalinya ia menangani proyek masterplan. Atas persetujuan pihak owner ia membuka tender kepada konsultan asing untuk membantu pengerjaan proyek tersebut. Akhirnya didapat tiga konsultan asing dari Amerika dan Australia.
Kesempatan itu sekaligus menjadi sebuah pengalaman bagi Sukarmayasa. Ia banyak belajar mengenai seluk beluk pembuatan masterplan dan melihat langsung bagaimana pengerjaan penataan perkotaan di luar negeri. Berangkat dari pengalaman itu, Sukarmayasa tidak hanya menyediakan jasa konsultasi dan desain arsitektur, namun juga menawarkan jasa pembuatan masterplan. Seiring dengan perkembangan usaha, ia juga membuka divisi interior dengan menggandeng sang istri yang merupakan desainer interior.
Desain Unik dan Tidak Biasa
Seperti halnya arsitek independen lainnya tentunya Made Sukarmayasa pernah mengalami pasang surut usaha. Misalnya saja pada tahun 1998 ketika krisis multi dimensi melanda seluruh dunia. Pada masa itu banyak proyek konstruksi yang terpaksa dihentikan, salah satunya yang ikut melibatkan Reka Massa Architect. Di waktu yang sama Sukarmayasa dan rekannya akhirnya memutuskan untuk mengembangkan usaha masing-masing. Sementara itu Sukarmayasan memilih konsisten mengembangkan Reka Massa Architect.
Setelah krisis dunia mulai pulih, Sukarmayasa pun kembali perlahan menggeliatkan usahanya ditandai dengan masuknya permintaan desain dari berbagai kalangan. Terhitung sudah lebih dari 70 proyek vilIa, private house, resort, condotel dan residential yang terbangun dari desain hasil karyanya. Tidak hanya mengerjakan permintaan desain dari perusahaan yang ada di dalam negeri, ia juga menangani proyek di beberapa negara seperti India, Sri Lanka dan Malaysia.
Salah satu nilai keunggulan yang ditawarkan Made Sukarmayasa sehingga mampu dilirik klien berbagai negara adalah kemampuan menonjolkan local genius atau kearifan lokal pada setiap desain yang ia buat.
Seperti pengalamannya membuat desain A’lankaa Resort, Srilanka, di mana ia menyisipkan unsur epos Ramayana yang merupakan kisah klasik yang populer di negeri tersebut. Begitu pula saat menangani proyek di Toraja ia juga menyisipkan unsur kearifan lokal di daerah tersebut ke dalam desain yang ia buat.
“Melalui motto Reka Massa Architect yaitu Unusual, Natural, and Unique, tim kami berusaha mengolaborasikan kekuatan nilai local genius pada setiap daerah tempat desain tersebut akan dibangun dengan fungsi-fungsi kekinian”, tuturnya. Selain itu dalam setiap proses kreatifnya, Made Sukarmayasa berusaha untuk tidak kontras dengan alam. Ia berupaya membuat desain bangunan yang nampak serasi dengan lingkungan sekitarnya. Sukarmayasa yang merupakan putra dari seorang undagi Bali ini juga sosok arsitek serba bisa. Ia selalu menerima tantangan yang ditawarkan kepadanya dengan sikap optimis. Misalnya saja saat mendapat tawaran pembuatan masterplan galangan kapal di Karimun Jawa.
Juga ketika dipercaya mendesain rumah sakit dan berhasil mengubah paradigma tampilan rumah sakit yang “menyeramkan” menjadi fasilitas kesehatan yang nyaman. Proyek desain rumah sakit swasta Denpasar yang pernah ia kerjakan tersebut menghantarkannya pada penghargaan Bronze Medal IAI Award pada 2016 silam.
Made Sukarmayasa bersyukur hingga saat ini masih terus dapat berkarya di dunia arsitektur. Meskipun krisis terulang lagi akibat badai pandemi Covid-19, namun ia optimis dunia akan kembali bangkit. Ia mantap akan terus menekuni bidang yang telah ia kuasai selama 30 tahun belakangan ini tanpa ada keinginan berpindah haluan. Bahkan putranya saat ini juga mengikuti jejaknya menjadi arsitek dan sering pula terlibat dalam proyek-proyek yang ia kerjakan.