Diduga Akun Atas Nama Senator Bungkam Kritik Dengan Blokir
Denpasar | Dalam sebuah diskusi publik yang di publish dalam media social facebook tengah heboh membicarakan terkait akun dengan nama Dr. Arya Wedakarna yang memblokir dan menghapus komentar seorang netizen bernama Wachyu Donald yang tengah mengomentari terkait permasalahan terbunuhnya seorang polisi dalam upaya penangkapan terhadap seorang warga Negara Prancis bernama Amokrane Sabet yang diketahui sering membuat onar di Bali.
Dalam kolom komentar Wachyu Donald mengkritik akun Dr. Arya Wedakarna yang dianggap hanya mencari sensasi terkait hangatnya pemberitaan tersebut. Dalam kolom komentar ia menulis “ kenapa saat sebelum dia mati anda tidak ada komentar, dan sedangkan disaat beritanya hot anda baru keluar, ?. Alih-alih mendapat jawaban ternyata komentarnya tersebut hilang dan akun atas namanya di blokir. Sebagai bentuk kekecewaannya ia kemudian memposting ulang dengan menulis “cuman pengen tau aja , Kenapa saya komen , anda harusnya balas dengan sopan santun , tapi malah di blokir dan komentar saya di hapus , saya cuman ngomong Kenapa saat selebelum dia mati anda tidak ada komenter , dan sedangkan di saat beritanya hot anda baru keluar ,
Cuman komen seperti itu saya sampe di blokir ,?
Ini dah tidak mau menerima masukan rakyat namanya .
Berbagai tanggapan pun muncul”.
Cuitan dari Wachyu Donald tersebut mendapat komentar beragam dari netizen, ada yang mendukung bahkan ada yang mencemooh pernyataan tersebut. Namun bila benar tersebut merupakan akun resmi dari Dr. Arya Wedakarna yang notabene merupakan senator DPD utusan Bali, banyak dari netizen yang menggap tindakan menghapus komentar dianggap perilaku anti kritik pemimpin.
Seperti yang ditulis Lee Abdul di facebook menanggapi postingan Wachyu Donald: “Wakil rakyat harus bs menampung aspirasi dan pendapat rakyat nya, bukan memblokir dan menghapus komentar dan pendapat dr rakyat nya. Apalagi di sosial media, hrus bisa menampung aspirasi baik dalam bentuk komentar, pendapat maupun kritikan. Masih butuh Aqua pak AWK ???”
Ada juga dari Ign Nyoman Juniartha yang menulis pendapatnya dengan nada geram: “Biasa raja pesu di aman aman ne raja buduh alias BBD”.
Bali dalam masa mendatang memerlukan pemimpin yang peka terhadap berbagai permasalahan sosial dan tidak membungkam kritik masyarakat, akun atas nama tersebut di atas seolah menggambarkan langkah mudah membungkam kritik dengan blokir.
Banyak permasalahan Bali yang hingga kini belum menemukan titik temu karena kurangnya kepekaan pemimpin dalam menanggapi berbagai masukan dari masyarakat. Di tengah kemajuan teknologi saat ini tak jarang masyarakat meluapkan kritik di media sosial sebagai bentuk rasa kekecewaan terhadap para pimpinan yang dianggap keliru karena tidak mengakomodasi kepentingan publik.
Sejatinya, kritik merupakan inti dari demokrasi. Kehadirannya tidak boleh dinafikan begitu saja karena ia menjadi pengingat yang secara alamiah memberikan keseimbangan. Sepahit apa pun kritikan, ia tetaplah obat yang tidak saja berjasa secara cepat menunjukkan kekeliruan, tetapi sekaligus secara cepat pula menuntun kita menemukan arah yang benar. Jadi kritik sejatinya bukanlah musuh yang layak dijauhi.