Dari Rasa Hampa ke Kilau Kesuksesan Fitri Anisa Bangkit dari Latar Belakang Broken Home

Fitri Anisa lahir di tengah keluarga yang tidak harmonis seperti keluarga pada umumnya. Ayahnya memiliki kebiasaan berjudi yang sering menyebabkan pertengkaran dengan ibunya dan usaha ayahnya yang seharusnya sukses pun mengalami kebangkrutan. Akibat keadaan tersebut, orang tua memboyong Fitri Anisa yang saat itu berusia tujuh tahun, untuk pindah ke Bali pada tahun 2002.

Fitri Anisa

Tantangan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga Fitri Anisa, ditambah dengan kondisi broken home, telah membuatnya menjadi pribadi yang mandiri sejak kecil. Meskipun mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tua, Fitri berhasil membuktikan bahwa dia tetap bisa berprestasi sebagai atlet silat. Namun ironisnya, meskipun Fitri menunjukkan prestasinya di bidang olahraga, ia tidak mendapatkan dukungan atau kehadiran dari orang tuanya dalam setiap turnamen yang ia ikuti. Alih-alih orang tuanya menunjukkan perhatian lebih, mereka justru absen dari acara-acara tersebut.

Fitri mulai mengalami perubahan ketika ia memasuki masa remaja. Ia menolak perlakuan yang tidak pantas dari orang tuanya dan memutuskan untuk mengambil kendali atas hidupnya sendiri. Dengan tekad yang kuat, ia bekerja keras untuk mencari uang sendiri demi bisa meninggalkan rumah. Maka sejak masih bersekolah di SMP hingga SMA, Fitri telah bekerja dalam berbagai sektor perusahaan sebagai sumber penghasilan. Namun ia sempat terjebak dalam pergaulan yang tidak sehat. Saat tiba masanya melanjutkan kuliah, ia mulai menyadari bahwa pergaulan yang ia alami sebelumnya tidak benar dan tidak sejalan dengan nilai-nilai yang ingin ia anut. Ia mulai mengarahkan perhatiannya pada dirinya sendiri dan memutuskan untuk fokus pada pendidikan. Fitri mendaftar di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa dan melanjutkan perjalanan dalam mengejar cita-citanya.

Setelah menyelesaikan kuliah, Fitri memulai karier di industri perhotelan di Jakarta dan bekerja di beberapa hotel bintang lima di Bali, termasuk salah satunya di Potato Head Seminyak, dengan posisi sebagai Guest Relations Officer (GO). Selain fokus pada kariernya, Fitri juga mulai aktif terlibat dalam beberapa organisasi, di antaranya organisasi Moeldoko Center dan juga menjadi anggota partai politik PSI. Keikutsertaannya dalam organisasi-organisasi tersebut didorong oleh keinginannya untuk mencari lingkungan pertemanan yang dekat, yang lebih dari sekedar bersenang-senang. Ternyata keberadaan dan kontribusi Fitri dalam salah satu organisasi mendapatkan pengakuan yang sebelumnya tak pernah ia dapatkan di lingkungan keluarganya. Ia diangkat dan ditunjuk sebagai Seksi Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak dalam organisasi tersebut. Pengakuan ini menunjukkan apresiasi terhadap dedikasi dan kemampuan Fitri dalam memperjuangkan hak-hak perempuan serta perlindungan anak-anak dan kemungkinan adanya pengalaman dari latar belakang keluarga broken home yang membuat wanita kelahiran 28 Maret 1994 ini, terlibat dalam kegiatan sosial tersebut.

Selama pandemi Fitri bekerja di perusahaan properti, namun merasa tidak puas dengan gaji yang tidak sebanding dengan risiko pekerjaannya. Setelah tiga bulan, ia mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dan mengejar impian serta ambisinya sendiri. Dengan modal sebesar Rp2 juta yang diperoleh melalui pinjaman online, Fitri memulai perjalanan merintis usaha layanan keimigrasian dengan nama “Easy Access Indonesia”. Dalam usaha mempromosikan bisnisnya, ia menggunakan media sosial dan memanfaatkan jaringan hubungannya tanpa biaya tambahan. Selama proses perintisan ini, Fitri sangat bersyukur karena mendapatkan dukungan tidak hanya dari rekannya yang memperkenalkan bisnis tersebut, tetapi juga suaminya yang berperan penting dalam kariernya. Suaminya bukan hanya menjadi sosok pendukung, tetapi juga menjadi teman diskusi yang selalu siap memberikan pendapat saat Fitri membutuhkannya. Suaminya telah mengisi kekosongan peran seorang ayah dalam kehidupannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Bagi Fitri, bisnis yang sedang dirintisnya saat ini hanya merupakan sebagian kecil dari impian-impian besarnya. Ia memiliki ambisi yang jauh lebih besar dan tidak pernah merasa puas dengan prestasi yang telah dicapai. Melalui perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan kesulitan, Fitri telah berkomitmen untuk menjadi sosok yang sukses dan memberikan manfaat yang besar bagi keluarga, staf dan juga lingkungan sekitarnya. Ia merasa sangat bangga dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadinya yang telah membentuknya menjadi individu yang matang dan penuh kepercayaan diri seperti sekarang ini. Fitri dengan sungguh-sungguh berjanji untuk terus mengembangkan diri dan menjadi pribadi yang lebih baik, serta menyebarkan energi positif kepada orang-orang di sekitarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!