Dari Kemandirian Anak Kecil Hingga Bos Konstruksi

Kemandirian yang sudah dipupuk sejak usia dini dari lingkungan keluarga, membuat I Wayan Suryasa menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri sepanjang hidupnya. Proses pembentukan kemandirian ini dimulai sejak masa kecilnya, di mana ia diajarkan untuk mengatasi berbagai tantangan dan tanggung jawab secara mandiri. Hal ini memungkinkan Suryasa untuk tumbuh sebagai individu yang kuat dan percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi.

Sejak darah keturunan kakek Suryasa yang bekerja sebagai tukang bangunan dan pemborong kecil-kecilan dikampungnya, Karangasem, Suryasa terlibat dalam dunia pekerjaan tersebut sejak usia sangat muda, tepatnya sejak kelas III SD. Setiap kali pulang sekolah, Suryasa tidak hanya menyaksikan kakeknya bekerja, tetapi juga aktif terlibat dalam prosesnya. Pada usia tersebut, ia sudah mampu membantu mengaduk pasir dan semen menggunakan cangkul. Pendidikan keras ini telah membentuk Suryasa menjadi pribadi yang sangat mandiri, terutama dalam hal keuangan. Bahkan hingga mencapai usia SMA, Suryasa telah memiliki ketrampilan dalam instalasi listrik dan mampu membiayai kebutuhan pribadinya dengan hasil kerjanya sendiri.

Suryasa, demi memudahkan pekerjaannya nekat mengambil kredit motor meskipun orang tuanya tak berani berutang. Untungnya, ia mendapat bantuan dari semeton Griya Taman yang bersedia menjadi penjamin karena hubungan dekat keluarganya dengan semeton tersebut. Dengan motor baru, Suryasa mulai mencari pekerjaan freelance di bidang instalasi listrik. Ia tidak memiliki tarif tetap, yang penting baginya adalah mendapatkan peluang dan penghasilan. Namun hal ini menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan pekerja instalasi lainnya. Maka setelah lulus SMA, Suryasa memutuskan merantau ke Denpasar karena peluang pekerjaan yang lebih baik. Griya Taman kembali memberikan bantuan dengan memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan dari menantu mereka yang bekerja di kontraktor, bahkan juga menyediakan tempat tinggal di Griya Taman tersebut.

Dengan mendapatkan upah harian sekitar Rp75–100 ribu, Suryasa ditempatkan pada pelaksanaan proyek, meskipun ia lebih bersemangat di bidang instalasi listrik. Setelah beberapa waktu, ia ingin menukar posisinya untuk bekerja langsung di proyek, daripada hanya mengawasi. Ia pun diberi izin dan kesempatan selama satu hingga dua bulan untuk menjadi subkontraktor elektrikal, ia juga mulai menjadi pemborong pada tahun 2010. Suryasa membentuk tim yang terdiri atas 10 orang dan berjalannya waktu, ia mulai memiliki kliennya sendiri. Namun sayang, keberhasilan yang diraihnya hanya bertahan dalam waktu singkat, proyeknya sempat tidak dibayar, dan pada tahun 2015, ia mengalami kebangkrutan.

Akibat kesalahan sebelumnya, Suryasa harus memulai karier sebagai pemborong elektrikal dari awal, ditambah ia ingin segera menikahi kekasihnya. Ia pun memotivasi diri dengan mengambil banyak proyek dan berhasil menghasilkan Rp75 juta dalam sebulan. Setelah menikah, ia semakin sadar bahwa ia adalah kepala rumah tangga dan bertanggung jawab untuk menyokong keluarganya. Ini membuatnya semakin fokus pada pekerjaannya. Namun tantangan baru muncul ketika ia ditipu dalam jumlah besar, dan karena ia belum memiliki badan hukum, ia tidak bisa mengejar tindakan hukum terhadap penipu tersebut. Untuk menghindari kejadian serupa di masa depan, ia memutuskan untuk belajar dari rekan-rekan di bidang arsitek dan teknik sipil serta dari mereka yang terkait dengan industri konstruksi.

Dari pembelajaran tersebut, pada tahun 2017, Suryasa bertransformasi menjadi pemborong bangunan. Proyek pertamanya berlokasi di Klungkung berupa rumah pribadi. Hasil akhir proyek tersebut sangat memuaskan klien, hingga kini klien tersebut masih berlangganan jasa Suryasa dengan nama bisnisnya CV Suntree Bali. Untuk mempertahankan kepercayaan para klien, Suryasa menjalani prinsip-prinsip seperti membangun bisnisnya yakni berdoa, fokus dan menjunjung tinggi kejujuran dalam menghadapi segala masalah. Tak ketinggalan motto motivasinya adalah “Lihatlah ke atas agar kita bisa mencapai puncak, dan setelah berada di puncak, teruslah melihat ke atas, jangan pernah melihat ke belakang.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!