Dari Bali Timur Tingkatkan Daya Saing SDM di Bidang Pariwisata
Perkembangan ekonomi Kabupaten Karangasem tak terlepas dari keberadaan sumber daya alam dari letusan Gunung Agung sehingga dikenal dengan sebutan Gumi Lahar. Ternyata memiliki Sumber Daya Manusia yang tak kalah potensial dari daerah lainnya. Itulah yang mendorong seorang praktisi pariwisata bernama I Nengah Putu, SE dalam membangun suatu lembaga pendidikan di bidang pariwisata dari wilayah Bali paling timur itu. Ia memiliki visi memajukan kualitas SDM di Bali Timur melalui pendidikan agar dapat berdaya saing secara global di industri pariwisata.
Bali tidak hanya populer sebagai ikon pariwisata dunia lewat keindahan alam dan budaya masyarakatnya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki juga dikenal cakap dan terampil khususnya dalam hal hospitality atau keramahtamahan. Hal itu menjadikan banyaknya tenaga kerja asal Bali yang terserap di industri pariwisata, bahkan di luar negeri.
Demi meningkatkan kecakapan dan keterampilan SDM pariwisata Bali, sekolah atau kampus berbasis pendidikan pariwisata kian bermunculan. Hanya saja pertumbuhan lembaga pendidikan sejenis itu lebih banyak di Bali Selatan seperti daerah Denpasar dan Badung. Masyarakat di pelosok lainnya pun harus merantau ke Bali Selatan guna melanjutkan pendidikan pariwisata.
Melihat adanya ketidakmerataan pembangunan pendidikan pariwisata di Bali, I Nengah Putu termotivasi mengembangkan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta World Training Center di Karangasem, tepatnya berlokasi di Jl. Cempaka No. 1, Paya, Amlapura, World Training Center didirikan di bawah naungan Yayasan Marina Duta Mandiri. Bertujuan untuk mempersiapkan dan meningkatkan keterampilan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja di tingkat global. Sehubungan dengan kebutuhan tenaga kerja di luar negeri sangat tinggi, diharapkan para lulusan World Training Center dapat terserap di indutri pariwisata mancanegara.
“LPKS World Training Center juga sebagai wadah bagi masyarakat lokal untuk menyerap ilmu yang mengacu pada pengembangan wawasan dan keterampilan praktisi sehingga dapat bersaing di dunia kerja khususnya pariwisata,” ujar I Nengah Putu selaku founder LPKS World Training Center.
Sejarah dan Perkembangan Keberadaan LPKS World Training Center yang lebih dikenal dengan sebutan WTC ini selama hampir 8 tahun hadir di tengah masyarakat Karangasem. Sebagai salah satu penyalur tenaga kerja ke kapal pesiar dan juga tempat pelatihan untuk jenjang D1 Perhotelan dan kapal pesiar. Melalui program pelatihan satu tahun, LPKS WTC mencetak tenaga profesional yang berpengetahuan dan terampil dalam berbagai pilihan profesi pariwisata. Mulai dari karier di bidang Food and Beverage, Housekeeping, Front Office dan lainnya.
“WTC merupakan lembaga pelatihaan kerja berakreditasi. Selain itu kami sebagai pengelola sangat menjunjung tinggi standar kualitas, integritas, dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhaan pasar kerja internasional. Serta didukung oleh instruktur berpengalaman di setiap bidang untuk menciptakan tenaga kerja yang siap bersaing dalam standar kompetensi internasional baik di hotel dalam negeri, kapal pesiar, maupun hotel luar negeri,” imbuh Nengah Putu.
Lebih lanjut Nengah Putu menjelaskan, bahwa cikal bakal LPKS WTC ini ternyata dimulai dari sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Dirinya memang sudah memiliki cita-cita membangun suatu lembaga pendidikan guna memajukan kualitas SDM yang ada di tanah kelahiran. Hanya saja keterbatasan modal material membuatnya memilih untuk mewujudkan impiannya secara bertahap.
Lembaga kursus yang ia dirikan bernama Colombus International Course, awalnya hanya memiliki satu orang tenaga pengajar saja. Pada masa merintis usaha ia hanya memiliki sedikit modal untuk meminjam tempat serta membuat brosur sebagai media promosi. Pria lulusan S1 Universitas Mahasaraswati ini dengan tekun membagikan brosur ke sekolah dasar yang ada di sekitar Kota Amlapura demi mendapatkan peserta didik. Bersyukur kerja kerasnya tersebut berbuah manis dengan mulai banyaknya siswa yang mendaftar untuk belajar bahasa Inggris di tempatnya.
Setelah tiga tahun berjalan, tepatnya di tahun 2013 ia mendirikan LPKS WTC di mana awalnya dibuat untuk mengakomodir tenaga magang ke Jepang. Nengah Putu menyewa tempat di Jl. Cempaka No.6 Amlapura kemudian menggandeng beberapa rekan untuk menjadi instruktur. Barulah pada tahun 2015, ia dapat membeli lahan seluas 20 are yang kini menjadi tempat berdirinya gedung baru LPKS WTC. Lokasi ini sangat strategis, di mana sangat dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Karangasem, juga sangat nyaman karena lingkungan dan suasana kampus sangat rindang.
Perkembangan LPKS World Training Center yang luar biasa dan cukup pesat tak terlepas dari perjuangan jatuh bangun Nengah Putu sejak tahun 2010. Berangkat dari harapan besar memajukan kualitas SDM di Karangasem melalui pendidikan, Nengah Putu mengatakan banyak kendala yang ia temui dalam perjalanan usahanya. Namun ia tak pernah menyerah menghadapi tantangan demi mewujudkan misi mulianya. Hal ini ada kaitannya dengan pengalaman hidup yang telah membuktikan bahwa pendidikan mampu membawa seseorang untuk meraih banyak kesempatan. Melalui pendidikan juga seseorang dapat memajukan taraf kehidupan dan terbebas dari kesulitan ekonomi.
Pria kelahiran 6 Juni 1968 berkisah bahwa dirinya terlahir dari keluarga petani dengan tingkat ekonomi yang rendah. Ketiadaan biaya membuat Nengah Putu dan keluarganya harus membiasakan diri makan nasi gaplek yaitu panganan dari perpaduan nasi dan ubi atau ketela, tanpa lauk dari protein hewan. Meski demikian semangat hidup Nengah Putu sangat tinggi. Selain bersekolah, aktivitas sehari-harinya diisi dengan bekerja memelihara hewan ternak. Rutinitas itu terus ia lakoni hingga lulus SMA karena memilih merantau ke Denpasar untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Mahasaraswati.
Nengah Putu yang memiliki keahlian berbahasa Jerman dan Spanyol ini mengatakan bahwa kunci kesuksesan ada tiga yaitu kejujuran, doa dan kerja keras. Selain itu harus diimbangi dengan prinsip berbagi kepada sesama. Ia mengatakan memiliki semangat membantu masyarakat karena terinspirasi dari kisah Mahabharata, yaitu pada saat para Pandawa memiliki keikhlasan menghaturkan makanan kepada Maha Rsi walaupun hanya memiliki sebutir nasi.
Ia juga berpesan kepada generasi muda untuk tetap semangat menjalani proses perjuangan merah cita-cita. Dirinya yakin dengan prinsip selama masih diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan, maka akan selalu ada jalan untuk meraih keberhasilan.