Dari Asap Rokok Elektrik, Beralih Menjaga Taksu Bali Lewat Produksi Dupa Ajeg Bali

Kedua orang tua dari pasangan Nyoman Tiya Martini & Bapak Indra Parmadika, yang sama-sama berlatar belakang di pendidikan. Keduanya pun sempat diharapkan untuk berkarier di bidang yang serupa, namun dalam waktu yang cukup lama, Tiya tak memperoleh pekerjaan, akhirnya diputuskan untuk membuka usaha online yang tengah viral kala itu bersama Indra, yakni likuid rokok elektrik atau yang akrab disebut vape. Berawal modal minim, omzet yang didapat keduanya pun sukses bisa mencapai 80 juta/ bulan. Namun suatu ketika, sadar akan penjualan vape hanya bersifat musiman, mereka kemudian beralih ke produksi dupa, yang lebih banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu Bali khususnya.

Saat masih berpacaran, Tiya dan Indra yang memiliki visi misi sama ingin merintis usaha, diawali dengan membuka online shop penjualan liquid vape. Usaha tersebut langsung memperoleh omzet luar biasa, sekaligus kemudian mereka jadikan modal untuk beralih ke usaha selanjutnya, yakni produksi dupa yang mereka namai “Dupa Ajeg Bali”. Selain bersifat musiman, adanya pemberlakukan pungutan bea cukai sebesar 57% pada liquid vape tahun 2018, pun menjadi alasan keduanya akhirnya terpaksa meninggalkan usaha tersebut. Di mana modal yang dibutuhkan minimal 40 juta, belum tentu juga usaha ini bisa terus seeksis di awal-awal kehadirannya.

Di sebuah bangunan bambu, Tiya dan Indra belajar memproduksi dupa selama satu tahun melalui kanal Youtube dan para senior dalam bisnis ini. Dengan mengandalkan satu mesin produksi yang mereka beli di Negara, proses pengerjaan diawali dupa seharga 1.000 rupiah dikerjakan oleh keduanya dan pemasaran dilakukan ke pelosok desa, yang terkadang diberikan secara cuma-cuma atau berbentuk hampers. Seiring berjalannya waktu, datanglah banyak permintaan agar memproduksi dupa dalam bentuk kiloan dan juga versi dupa ekonomis dan premium. Tiya juga juga tak kalah eksis mempromosikan Dupa Ajeg Bali di halaman Facebook, mulailah permintaan datang dari berbagai kota, terutama dari Denpasar, tak hanya untuk kepentingan upacara, ada juga wisatawan asing yang suka melakukan yoga dan meditasi, memfavoritkan wangi dari Dupa Ajeg Bali ini yang memberikan sensasi menenangkan hati dan pikiran.

Perbedaan mendasar dari Dupa Ajeg Bali, dibandingkan dengan dupa lainnya ialah ada pada wanginya yang lebih lembut, jadi nyaman bila terhirup, kemudian tidak berabu panas, tidak menimbulkan perih di mata, terlebih di ruangan tertutup. Selain memproduksi merek dupa, Tiya dan Indra juga menyediakan bahan baku Dupa Ajeg Bali yang tak lain diambil dari alam sekitar, di daerah lokasi usaha ini, di Sambangan, Sukasada, Buleleng, agar taksu Balinya terjaga.

Bersyukurnya masa pandemi yang tak terduga, tak membawa penurunan yang signifikan pada produksi Dupa Ajeg Bali, omzet yang didapat berjalan stabil, hingga mengalami peningkatan saat adanya beberapa surat edaran dari Pemerintah Provinsi Bali untuk membuat sesajen atau banten sebagai wujud permohonan perlindungan kepada Sang Pencipta di masa pandemi. Namun akibat perang Rusia dan Ukraina, yang mencatat kenaikan harga minyak mentah, berpengaruh dengan harga minyak esensial dupa yang mengalami kenaikan harga hingga tiga kali lipat.

Berbicara soal persaingan, Tiya tak mau overthinking, baginya masing pemilik usaha ini, khususnya di Buleleng, sudah ada rezeki dan peminatnya masing-masing. Bahkan karena membludaknya pesanan, ia pernah menjalin kerja sama dengan usaha produksi dupa lainnya untuk memenuhi permintaan customer. Selain itu dengan nama merek yang semakin mendapat hati di masyarakat, tak membuat Tiya dan Indra melambungkan harga Dupa Ajeg Bali, mereka berkomitmen tetap menjual dupa mereka dengan harga yang sesuai dengan kejujuran dari kualitas yang mereka tawarkan. “Dupa ini kan salah satu sarana suci persembahyangan, jadi sudah sepatutnya sejak awal diproduksi hingga sampai di tangan customer, dijaga tak hanya kualitasnya, tapi kami pemilik usaha juga harus jujur dalam melayani customer”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!