D Wan Tea Mountain Side Villa – Percaya Adanya ENERGI POSITIF dari ALAM SEMESTA
Penat dengan hiruk pikuk Kuta, menjadi alasan utama Wawan Setiawan memilih bermigrasi dari tempat tinggalnya. Berhubung pada saat itu rekannya memiliki sebidang tanah di desa Jatiluwih, ia pun putuskan untuk pindah dan menetap di daerah tersebut pada tahun 1999. Namun apa yang terjadi, selain menemukan rumah, ia pun merasakan ada peluang bisnis yang terbuka lebar untuknya di daerah sejuk tersebut.
Wawan Setiawan tinggal di Kuta sejak tahun 1979 dan ia begitu bahagia dapat menemukan alam yang indah untuk ditinggali dengan nyaman. Terlebih Wawan Setiawan yang akrab disapa Wawan ini, melihat eloknya Gunung Batukaru dibalik pepohonan yang rimbun semakin memanjakan mata siapa saja yang memandang.
Sebelum membangun rumah, tentu Wawan memohon ijin kepada kepala desa setempat, apakah ia dapat membangun di daerah tersebut. Setelah diajukan beberapa persyaratan oleh kepala desa, ia pun memenuhi persyaratan tersebut sebagaimana mestinya. Proses pembangunan pun berjalan lancar, sekaligus sebagai pendatang, ia dapat membina kerukunan dengan masyarakat desa.
Keinginan Wawan Setiawan untuk memiliki rumah akhirnya terwujud, ia dapat menikmati masa pensiunnya dalam kehangatan alam Bali yang selama ini ia rindukan. Karena kelebihan kamar dan kurangnya penginapan di daerah tersebut, ia pun menyewakan 5 kamarnya yang tersisa kepada wisatawan. Mulai menjadi daya tarik wisatawan luar negeri, Wawan kemudian melengkapinya dengan dengan fasilitas seperti kamar mandi, Wi-Fi gratis, kolam renang, taman dan teras. Berlokasi di Desa Jatiluwih, D Wan Tea Mountain Side Villa, begitu Wawan memberi nama penginapannya yang menawarkan hunian yang nyaman dengan panorama alam yang tidak perlu diragukan lagi keindahannya.
Disekitar penginapannya yang masih kosong, Wawan Setiawan memiliki ide menarik untuk mengembangkan kebun teh. Ia merupakan orang pertama dalam sejarah yang memiliki ide untuk menanam tanaman teh di Bali. Dimulai dengan menanam 125 bibit teh pada Januari tahun 2011 dan kini tidak hanya menanam tehnya sendiri, ia pun mulai belajar dan bereksperimen agar minuman ini siap dipasarkan kepada para wisatawan. Nantinya ia berharap kebun tehnya dapat berkembang menjadi agro wisata yang mengedukasi, dimana teh yang memiliki bahasa Latin Camellia sinensis merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi orang-orang dari seluruh dunia. Wawan Setiawan pun mengungkapkan ia ingin mengajak masyarakat yang memiliki lahan kosong, untuk ikut menanam teh, karena teh asli Bali memiliki kesan dan rasa yang berbeda dari tempat lain dan teh yang ditanamnya termasuk teh biodynamic (teh organik + spiritual) yang ia beri label “Wans teh Bali”.
Melihat tingginya antusias wisatawan, pria berusia 61 tahun ini pun menambahkan targetnya suatu saat nanti, ia dapat mengembangkan kebun tehnya seluas 5 ha.
Selain menyajikan teh yang di tanam sendiri oleh D Wan, wisatawan juga akan disajikan kuliner rumahan khas Indonesia yang lezat, sangat cocok dinikmati setelah anda menghabiskan waktu berjalan-jalan mengunjungi obyek wisata persawahan Jatiluwih.
Tidak hanya obyek wisata tersebut, lokasi D Wan juga dekat dengan obyek wisata lainnya yaitu Pemandian Air Panas Angseri berjarak 4,7 km, Pura Batukaru 1,92 km, Air Terjun Blemantung 8,95 km dan Bali Botanical Garden 10,26 km. Menjadikan D Wan Tea Mountan Side Villa semakin menjadi pilihan wisatawan untuk berlibur, khususnya wisatawan Eropa yang hampir selalu mengisi setiap kamar di D Wan.
Berawal dari Menjual Celana Jeans
Lulus SMA Wawan mengajak teman-temannya untuk pergi berlibur ke Bali. Sesampai disana, siapa yang mengira ia menemukan sebuah kesempatan emas untuk memulai sebuah usaha.
Dari sebuah celana berbahan jeans yang ia kenakan saat itu dimana sangat jarang ditemukan di Bali, menarik perhatian masyarakat lokal. Sepulang dari Bali, ia mengunjungi sebuah pabrik jeans di Bandung, ia mengutarakan keinginannya untuk menjalin kerjasama bisnis. Setelah tawarannya disetujui, ia kembali ke Bali
dan membawa beberapa buah jeans untuk dijual. Tidak hanya produk berbahan jeans, bisnisnya pun semakin berkembang dengan menjual produk berbahan kulit asli. Dalam bisnis kulit inilah, ia mendapatkan untung yang begitu besar, sehingga bisnis ini semakin serius ia geluti di tahun 1981 hingga memiliki perusahaan besar yang menghasilkan produk berbahan dasar kulit.
Sisi lain pria kelahiran 27 Oktober 1957 ini, memiliki kepekaan tersendiri terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga menjadikan ia sosok yang cerdas secara spiritual. Hal tersebut terlihat dari bagaimana ia menceritakan energi yang ia rasakan sejak menginjakkan kaki pertama kali di tempat tersebut. Ia percaya energi yang berasal dari alam dapat memberikan pengaruh positif dalam kehidupannya terlebih bagi bisnis yang ia bangun di daerah tersebut.
Setiap harinya ada kurang lebih 1000 wisatawan berkunjung ke Jatiluwih dan rata-rata mereka membayar karcis 40 ribu/orang dewasa, jadi pemasukan untuk desa ini lumayan banyak, sudah selayaknya Jatiluwih dapat memberikan yang terbaik untuk pariwisata Bali, khususnya Desa Jatiluwih. Apalagi melihat kondisi jalan-jalan desa yang sempit dan sebagian jalan masih rusak, khususnya dari daerah Mangesta menuju Pura Petali yang sehari-harinya dilalui oleh wisatawan dan setiap 6 bulan sekali masyarakat desa melakukan persembahyangan di Pura Petali atau Pura Bujangga, dengan menyusuri jalan ini. Hal ini tentu bukan hanya menjadi harapan Wawan Setiawan, tapi juga masyarakat desa Jatiluwih. Tidak hanya kondisi jalan yang masih kurang, Wawan Setiawan pun meyayangkan para pelajar yang masih di bawah usia 17 tahun sudah mengendarai sepeda motor untuk berangkat sekolah, karena tidak adanya kendaraan umum.
Terlepas dari permasalahan-permasahan tersebut, bagi Wawan Setiawan, apapun tantangannya, asal ada ketekunan dan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, pasti ada sebuah kemajuan dari sebuah perubahan. “Dengan tetap setia mengikuti perintahNYA, maka Tuhan akan segera menyelesaikan segala urusan pengikutnya yang setia” ucapnya seraya mengakhiri wawancara.