Cita Rasa Makanan Lezat Harga Terjangkau hanya di Warung Kayana
Mencapai titik kesuksesan tidak bisa serta merta dilihat hanya dari hasilnya saja, banyak usaha dan perjuangan yang menyertai kesuksesan itu. Setiap orang yang mencapai titik kesuksesan pasti pernah menapaki kegagalan, namun perlu disadari bahwa gagal bukan berarti hal yang menakutkan. Tetapi, gagal adalah guru yang mengajarkan seseorang untuk terus bangkit dan memperbaiki kesalahan yang membuat usaha itu gagal. Gagal juga merupakan salah satu proses menuju titik kesuksesan.
‘‘Sejak kecil saya tinggal dan dibesarkan oleh kakek dan nenek’’, ungkap A.A Putu Karyawati atau yang kerap disapa Gung Gek. Tinggal bersama kakek dan nenek di Kedewatan, sementara orangtua tinggal di Singapadu karena permintaan kakek dan nenek yang ingin mengasuh Gung Gek.
Gung Gek adalah wanita pekerja keras kelahiran Kedewatan, 10 Maret 1981. Memiliki kegemaran menari sejak kecil dan terus belajar menari dengan tekun. Sehingga, saat menginjak bangku di kelas empat sekolah dasar Gung Gek sudah bekerja di salah satu hotel dekat tempat tinggalnya. Saat itu Gung Gek bekerja sebagai penari Bali dan juga kerap dijadikan pagar ayu saat menyambut tamu yang datang ke hotel. Saat itu, Gung Gek setiap bulan mendapat bayaran sebesar Rp. 30.000 dari hotel atas kerja kerasnya menari. Baginya penghasilan dari hotel itu sudah mencukupi kebutuhannya.
Bertahun-tahun menari di hotel, membuat orangtua, kakek dan neneknya merasa tidak terbebani oleh Gung Gek. Hingga tiba saatnya, Gung Gek menempuh pendidikan perhotelan di SMK Negeri 4 Denpasar. Di sanalah Gung Gek banyak menimba ilmu dan banyak medapatkan pengalaman yang sangat luar biasa semasa menempuh pendidikan. Tiga tahun Gung Gek mengenyam pendidikan kejuruannya dan berhasil lulus dari SMK Negeri 4 Denpasar.
Lulus dari SMK Negeri 4 Denpasar, Gung Gek diminta untuk berkuliah oleh ibunya. Tetapi, karena Gung Gek tidak ingin memberatkkan orang tua dalam membiayai perkuliahan, Gung Gek memutuskan untuk bekerja saja. Tentu, ibunya tidak tinggal diam karena tidak ingin melihat buah hatinya menjadi pengangguran. Ibunya banyak memiliki kenalan dengan beberapa pemilik resort, maka dari itu Gung Gek dicarikan tempat kerja oleh ibunya di salah satu resort dan Gung Gek diterima menjadi waitress.
Bekerja sebagai waitress di salah satu resort ternama, ternyata membuat Gung Gek merasa nyaman bekerja. Tidak main-main dalam bekerja menjadi seorang waitress, Gung Gek tidak pernah pindah bekerja dan tetap bertahan bekerja menjadi waitress di resort itu selama 13 tahun. Itu membuktikan bahwa Gung Gek adalah sosok yang tekun dan pekerja keras.
Setelah 13 tahun bekerja menjadi seorang waitress dan tiba saatnya Gung Gek harus meninggalkan pekerjaanya atau resign. Berhentinya bekerja disebabkan karena ia menikah. Selain itu, sebagai wanita Bali, berat baginya dalam membagi waktu untuk mengurusi rumah tangga, bekerja dan juga mengikuti kegiatan gotong royong atau yang biasa disebut dengan ngayah di pura dan di rumahrumah keluarga yang sedang menjalankan upacara adat.
Berhenti bekerja menjadi seorang waitress membuat suaminya yang bernama Dewa Gede Satyawan menjadi tulang punggung keluarga. Dewa Gede Satyawan kesehariannya hanya bekerja sebagai sopir. Dewa harus bekerja keras banting tulang agar bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya, terlebih kebutuhan merawat buah hatinya yang saat itu masih bayi.
Seiring perjalanan waktu, Dewa mulai mengarahkan pikirannya ke depan. Menurutnya bekerja sebagai sopir tidak akan menjanjikan diusia tuanya nanti. Semakin ke depan, beban juga akan semakin berat dipikulnya, itulah yang dipikirkan oleh Dewa dan juga Gung Gek. Oleh sebab itu, Dewa berdiskusi bersama Gung Gek berencana merintis sebuah usaha. Dalam diskusi tersebut, Dewa menyarankan agar membuka usaha toko bangunan, tetapi setelah dipikir-pikirkan lagi sepertinya toko bangunan dirasa kurang cocok.
Banyak ide usaha yang terbesit dalam diskusi tersebut saat itu, namun usaha yang dirasa cocok untuk dirintis yaitu usaha warung makan. Karena telah memutuskan akan membuka usaha warung makan, kemudian Gung Gek dan suaminya belajar meracik resep makanan yang akan mereka jual. Mereka berdua mempelajari hal itu secara otodidak di rumah. Butuh waktu agar mendapatkan resep racikan yang benar-benar pas dan mantap. Tidak main-main, Gung Gek dan suaminya terus mencoba membuat resep racikan setiap hari. Hal itu terus dilakukan selama tiga bulan sebelum warungnya dibuka.
Akhirnya setelah tiga bulan mecoba membuat resep racikan, Gung Gek dan suami mencoba mengundang masyarakat di sekitar untuk mencicipi makanan mereka. Ternyata, olahan makanan mereka mendapat respons positif dari masyarakat. Itu menandakan bahwa Gung Gek dan suami berhasil mendapatkan resep olahan makanan dengan cita rasa yang sangat enak dan benar-benar khas. Usaha warung makan yang mereka rintis itu diberi nama ‘‘Warung Kayana’’.
Warung Kayana resmi dibuka pada bulan Desember tahun 2013 silam yang berlokasi di Jl. Raya Kedewatan, Kedewatan, Ubud, Gianyar, Bali. Warung Kayana menyediakan berbagai macam makanan olahan Bali dan juga western food. Menu makanan yang disediakan di Warung Kayana di antaranya Iga Bakar, Ayam Bakar, Bebek Goreng, Bebek Panggang, Sate Babi, Tenderloin Steak, Sausage Bakar/Goreng, Jus Semangka, Jus Alpokat, Milk Shake Vanilla, Milk Shake Chocolate, dan masih banyak lagi menu yang disediakan di Warung Kayana ini.
Warung Kayana terkenal dengan cita rasa makanan yang tak pernah berubah rasanya. Itu dikarenakan Gung Gek dan Dewa selalu meracik sendiri bumbu menu makanan yang akan mereka jual, sangat tidak diperkenankan apabila karyawan Warung Kayana yang meracik bumbu menu olahan yang dijual di Warung Kayana. Maka tidak heran, cita rasa makanan di Warung Kayana tidak pernah berubah dan rasanya lezat sekali. Selain itu, hanya di Warung Kayana olahan makanan yang lezat dengan harga yang sangat terjangkau.
Awal dibukanya Warung Kayana masih sangat sepi sekali, sampai-sampai Gung Gek sempat ingin menutup Warung Kayana. Namun, karena Dewa tetap bersikeras meminta agar Warung Kayana tetap dibuka karena yakin suatu saat usaha warung makannya pasti akan ramai pengunjung yang datang untuk mencicipi makanan lezat yang disediakan Warung Kayana. Benar saja, setelah 4 tahun dibukanya warung makan ini, orang mengantre beramai-ramai untuk mencicipi makanan lezat dengan harga yang sangat terjangkau di Warung Kayana.
Namun selain dilihat dari sisi puncak ramainya Warung Kayana, ternyata terdapat masa-masa sulit yang dialami Warung Kayana. Masa sulit itu pada saat 4 bulan pertama pandemi Covid-19 yang menyebabkan Warung Kayana kembali sepi pembeli, karena karena pariwisata ditutup.
Setelah 4 bulan itu, Warung Kayana kembali ramai lagi karena masyarakat lokal mulai membeli makanan lagi di Warung Kayana. Sudah tentu orang yang pernah membeli makanan di Warung Kayana pasti akan kembali untuk membeli lagi, itu disebabkan karena cita rasa olahan Warung Kayana yang lezat dan harga yang terjangkau.
Dewa dan Gung Gek berharap Warung Kayana bisa lebih maju lagi dan tetap bisa eksis di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, ke depannya mereka bisa membuka cabang di beberapa tempat. Gung Gek berpesan kepada generasi muda agar selalu tekun, kerja keras, konsisten dan selalu berinovasi serta rendah hati dalam memulai usaha agar mencapai hasil yang maksimal sesuai harapan.