Champaca Villa Ubud, Akomodasi Nyaman di Tengah Alam Terbuka
Ubud merupakan destinasi wisata favorit bagi wisatawan yang ingin berjarak dari hiruk pikuk dunia. Di kawasan ini terdapat beragam pilihan akomodasi untuk menginap, tentunya dengan aneka pilihan rupa dan harga. Salah satu akomodasi yang layak direkomendasikan lantaran lokasinya berada di tengah alam tropis yang masih asri adalah Champaca Villa Ubud. Akomodasi yang juga dikenal dengan sebutan Villa Cempaka ini memiliki beragam keunikan lainnya yang dapat membuat tamu merasakan pengalaman menginap yang nyaman dan menyenangkan.
Champaca Villa Ubud berada persis di tengah-tengah area persawahan, tepatnya terletak di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Sejauh mata memandang nampak bagai sebuah pemandangan permadani hijau dengan pohon kelapa berderet di sekitarnya seolah memagari kenampakan alam tersebut. Di waktu petang, vila ini nampak benderang di kejauhan seperti menjadi pelita di tengah gelapnya alam terbuka. Malam semakin syahdu di kala suara-suara dari aneka satwa di persawahan seolah berdendang menyemarakkan suasana.
Pengalaman bermalam tersebut tentunya tidak akan ditemui di akomodasi lainnya yang berada di perkotaan. Champaca Villa Ubud memang dikhususkan bagi para wisatawan yang menginap sembari menikmati keindahan alam Bali yang masih original. Tidak hanya menampilkan pemandangan luar ruangan yang masih alami, bangunan serta penataan interior vila ini juga mengadopsi keindahan gaya arsitektur khas Bali. Salah satunya yang menjadi ciri bangunan ala Bali adalah penggunaan material kayu pada furnitur dan tiang bangunan.
“Kami di sini menggunakan kayu cempaka sebagai bahan pembuatan perabotan maupun jendela dan pintu. Karena itu kami memberi nama vila ini dengan mengambil inspirasi dari keharuman bunga cempaka”, kata pemilik vila yaitu A.A. Gede Raka Ekayana.
Pria yang akrab disapa Gung Eka tersebut menjelaskan bahwa meskipun mengadopsi gaya arsitektur tradisional namun fasilitas villa tersebut tetap modern. Seperti ruangan kamar ber-AC dan jaringan internet WIFI. Semua unit terdiri dari area tempat duduk dengan sofa, ruang makan, dan dapur lengkap dengan berbagai fasilitas memasak, seperti mesin cuci piring, microwave, kulkas, dan oven. Juga dilengkapi dengan kamar mandi pribadi dengan shower, pengering rambut, dan perlengkapan mandi yang lengkap.
Bagi tamu yang ingin bersantai di vila dapat menikmati fasilitas kolam renang yang bersisian langsung dengan area persawahan. Sedangkan para tamu yang ingin merasakan petualangan menikmati keindahan alam Bali dapat memesan layanan outdoor activities seperti tour sekitar Ubud, bersepeda di sekitar persawahan, serta kegiatan wisata lainnya.
Otodidak
Gung Eka menjelaskan dalam bisnisnya tidak lepas dari seorang Ibu Rita sebagai motivasinya untuk selalu belajar bisnis. Untuk ide menekuni usaha di industri pariwisata merupakan saran dari dua orang. Pertama dari tamu Taiwan yang dikenalnya sewaktu menjadi supir pariwisata. Orang Taiwan itu memberi masukan kepada Gung Eka untuk membuka usaha sendiri berupa akomodasi seperti yang dimiliki orang tersebut. Sedangkan orang kedua yang mendorongnya untuk mengelola bisnis akomodasi tersebut adalah ibu kandungnya dan ayahnya yang dulu bergelut di bidang pariwisata.
Sebelum dikenal sebagai pengusaha muda yang ikut meramaikan industri pariwisata di Ubud, Gung Eka lebih dulu menempuh lika-liku perjuangan dalam hidup. Pria kelahiran Denpasar, 21 juni 1987 ini ternyata tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pengalaman dibidang perhotelan. Ia mengaku belajar secara otodidak mengenai seluk beluk bisnis penginapan.
“Saya awalnya minder lantaran tidak terlalu fasih berbahasa Inggris. Padahal ayah sendiri merupakan seorang pendidik yang mengajar bahasa asing tersebut”, ungkap putra pertama dari pasangan AA Gede Putra Widnyana dan I Gusti Made Reni.
Setelah tamat SMA, Gung Eka mengambil program kuliah kelas malam di jurusan ekonomi Universitas Mahasaraswati. Sedangkan di siang hari ia mengisi waktu dengan bekerja sebagai supir di perusahaan garmen. Dua tahun berselang setelah meraih gelar sarjana, ia mencoba melamar di sebuah bank dan akhirnya diterima. Selama bekerja di industri perbankan, kondisi kesehatannya semakin menurun lantaran banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja.
Atas dorongan semangat dari ibunda tercinta, Gung Eka pun akhirnya mau mengundurkan diri dari pekerjaannya dan beralih profesi sebagai wirausahawan. Ia mengawali karier usahanya di bisnis akomodasi tanpa bantuan pegawai. Namun seiring dengan perkembangan usaha, ia mulai dibantu oleh beberapa karyawan.
Suami dari Ni Putu Ayu Fita Dewi ini berharap di situasi pandemi ini terdapat solusi nyata yang bisa dilakukan pemangku kebijakan agar dapat mengembalikan kekuatan pariwisata Bali. Bagaimana pun juga, pariwisata merupakan pilar utama penopang perekonomian Bali. Sehingga harapannya pariwisata kembali digalakkan namun tetap mengikuti prosedur kesehatan yang ada.