Bukan Sekedar Ikut-Ikutan tapi Berani Mengambil Keputusan – Ida Bagus Ari Rahma

Minimalis modern yang dipadukan dengan tropical, merupakan ide dari Ida Bagus Ari Rahma, sang pemilik dari akomodasi penginapan Griya Tunjung Sari. Meski terkesan modern, namun penginapan ini tidak lupa dengan budaya sendiri, salah satunya penempatan tempat pemujaan Siwa Budha sebagai wujud salah satu keramahan Bali dan sekaligus penganut keyakinan dari keluarga Ida Bagus Ari Rahma.

Penginapan yang berlokasi, di Jalan Sekar Tunjung II No. 11 Kesiman ini, udah berjalan sekaligus survive selama enam tahun, hal itu tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Pria asal Sanur ini, mengisahkan perjuangannya yang tidak mudah.

Berawal dari kenyamanan dalam bekerja, dari gaji yang diperoleh setiap bulannya dan menikmati perilaku konsumtifnya, yang ia akui itu sesuatu yang menyenangkan. Namun berkat bimbingan dari orangtua dan timbul kesadaran dalam diri, ia tidak ingin terjebak dalam kenyamanan tersebut.

Setelah tamat kuliah di Yogyakarta, Ida Bagus Ari Rahma wara-wiri mencari pekerjaan, hingga pernah tertipu oleh salah satu perusahaan, di mana ia mengajukan diri pada posisi sales product. Ia kemudian memutuskan untuk berhenti, dan melamar di sebuah perusahaan perbankan posisi marketing. Setelah tiga bulan bekerja, ia diberi kesempatan dan dipercaya untuk membangun usaha restaurant & bar di sebuah lokasi di daerah Sanur.

Namun karena peristiwa bom Bali II, pariwisata sempat mengalami penurunan. Sehingga usaha kuliner dan entertainment yang sudah berjalan dua tahun, terpaksa ditutup. Berharap setelah kejadian tersebut, akan muncul peluang yang lebih terbuka kedepannya.

Masih bekerja di perbankan, ia semakin dipercaya dalam pekerjaannya sebagai pemegang dana para nasabah. Namun siapa yang tahu bagaimana nasib sebagai karyawan kedepannya, Ida Bagus Ari Rahma mulai mengambil strategi, dengan membuat sebuah karya yang terinspirasi dari orangtua.

Ida Bagus Ari Rahma yang didampingi oleh ayahanda yang telah berkecimpung dalam akomodasi perhotelan terlebih dahulu. Sang ayah yang telah memberikan banyak inspirasi dan wejangan untuknya dalam membangun usaha. Kerja keras beliau untuk mensejahterakan keluarga, dimulai dari masa muda yang sulit, hingga menggadaikan barang-barang seperti vespa untuk memperoleh modal membangun usaha, hingga terwujud akomodasi penginapan yang masih exist hingga saat ini. Bagi beliau kerja keras itu penting, namun juga diimbangi dengan kecerdasan spiritual, jauh lebih penting yang dapat membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh dan menerapkan nilai-nilai positif.

Ida Bagus Ari Rahma kemudian mengumpulkan penghasilannya untuk membangun usaha akomodasi penginapan bernama “Griya Tanjung Sari”, di atas tanah warisan orangtua. Bentuk tanggung jawab pun harus dipegang teguh olehnya karena dana sepenuhnya berasal dari penghasilannya. Demi menghemat biaya, kadang menggunakan material yang terbuang digunakan sebagai bahan bangunan. Ia juga diberi saran apakah usaha-usaha penyewaan sebelumnya ada yang sudah jatuh tempo, agar dapat digunakan sebagai modal membangun usaha.

Seiring dengan waktu perkembangan akomodasi yang semakin banyak peminat maka beliau mencoba untuk memasarkan akomodasi pada bisnis online dengan tarif yang sesuai dan terjangkau untuk para tamu yang menginap harian dan saat ini menjadi pilihan guest house yang apik dan bisa bersanding dengan akomodasi yang lebih dulu berdiri di Denpasar, dengan harga 250-300 ribu/hari sudah termasuk breakfast, dengan fasilitas yang dilengkapi dengan TV layar datar dengan saluran kabel, free WiFi, ketel, shower, perlengkapan mandi gratis, dan meja. Semua kamar memiliki AC, dan kamar-kamar tertentu dilengkapi dengan balkon.

Di sekitar lokasi, terdapat fasilitas-fasilitas umum diantaranya 4 km dari Museum Bali, 5 km dari Terminal Ubung, 5 km dari Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Sanglah dan Rumah Sakit Surya Husada Denpasar, masing-masing dapat dicapai dalam jarak 6 km.

Terlepas dari sukses membangun akomodasi, Ida Bagus Ari Rahma selaku masyarakat Sanur, juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat, agar tetap mengajegkan budaya turun temurun yang telah diwariskan oleh leluhur. Dan bagi mereka yang ingin berbisnis dengan cara ingin keluar dari zona nyaman mereka, harus bisa berkreatifitas dan mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. “Bisnis bagi saya bukan sesuatu yang ikut-ikutan, tapi berani di setiap mengambil keputusan”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!