Bersiap Jadi Ikon Wisata Bangli, Toya Devasya Menuju One Stop Tourist Destination
BANGLI – Sejumlah wisatawan mancanegara tampak menikmati kolam air panas di Toya Devasya Natural Hot Spring & Ayurvedic Spa di Toya Bungkah, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (11/3/2017) lalu.
Beberapa di antaranya membiarkan kepalanya seolah “dipijat” kucuran air hangat dari pancuran di kolam renang tersebut.
Di kolam terpisah, para wisatawan domestik juga menikmati kolam air hangat.
Di bagian lain, sejumlah pekerja sedang memperbaiki kolam dan membenahi berbagai fasilitas lainnya.
Toya Devasya sejak tahun lalu gencar melakukan pembangunan dan pembenahan fasilitas, di antaranya untuk menyambut tamu menjelang libur Hari Nyepi, Galungan, Kuningan, dan liburan lainnya.
“Menyambut Nyepi ini saya melakukan pembenahan pool, melebarkan, dan ke depan akan ada semacam sliding (peluncuran). Jadi nanti bisa menjadi water park,” ujar owner Toya Devasya, Dr I Ketut Mardjana.
Kolam air panas yang ada terus dikembangkan. Saat ini sudah ada 7 kolam.
Targetnya sampai akhir tahun ini Toya Devasya punya 8 kolam yang besar. Ini menjadi core business-nya.
“Tapi kalau itu saja, kan kurang menarik. Jadi kami harus bikin strategi agar orang berkali-kali datang. Oleh karena itu kami kembangkan lini bisnis yang lain, misalnya kuliner, new spot pool, lalu akomodasi,” kata dia.
Ketut Mardjana yang terpilih sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bangli ini mengatakan, akomodasi yang disediakan ada dua jenis, yakni vila dan tenda.
Vila Ayu relatif mewah dan eksklusif karena ada hot spring private pool di dalamnya.
Ada juga akomodasi tenda. Ada tiga jenis tenda yang dikembangkan.
Regular tent yang biasa saja dengan fasilitas matras.
Ada pula executive tent yang fasilitasnya meningkat dari reguler karena ada matras, table lamp, hanya saja kamar mandinya tetap di luar.
Juga tersedia glamping (glamour camping). Kemewahannya sama dengan hotel, ada kamar mandi di dalam, tapi berupa tenda. Glamping ini akan dibangun enam unit di dekat vila.
“Juga di sini kami kembangkan wisata alam dan spiritual. Adventure kita juga menjadi andalan. Misalnya yang di darat, ada bersepeda, treking, down hill, jalan-jalan untuk mengenal alam. Treking itu ada yang melintasi Gunung Batur, juga three mountain view di balik gunung, sebelah timurnya Danau Batur yang disebut kaldera. Juga Gunung Abang. Dari three mountain view itu juga bisa melihat blue ocean. Bahkan kalau pagi hari bisa melihat Gunung Rinjani saat cuaca cerah. Sunrise-nya luar biasa,” kata Mardjana.Ketut Mardjana
Pihaknya juga membuat down hill ke dua tempat yaitu Payang Down Hill itu sampai sunrise, lalu turun.
Atau bisa ikut Black Lava Side Seeing. Juga temple visit ke beberapa pura.
Sarana yang digunakan di antaranya sepeda, truk, atau VW safari, atau 4WD.
Ada juga Buahan Down Hill. Turun dari gunung lalu untuk nyambung untuk kembali ke lokasi Toya Devasya dengan naik kano. Ada juga La Trunyan Tour.
“Banyak sekali yang bisa kami kembangkan dan eksplore sehingga ke depan diharapkan betul-betul menjadi one stop tourist destination. Sekarang saja sudah ada trend bahwa Toya Devasya menjadi tujuan wisata di Kintamani,” ujarnya.
“Dengan adanya berbagai infrastruktur pariwisata, diharapkan Toya Devasya bisa menjadi ikon-nya Bangli. Jadi nanti orang akan bilang, Anda belum ke Kintamani kalau belum ke Toya Devasya. Itu yang akan saya ciptakan. Bahkan lebih jauh lagi, Anda belum dikatakan ke Bali kalau belum ke Toya Devasya. Di luar negeri, teman-teman saya juga di Facebook dan di web-web traveling mereka mengatakan slogan, wajib Anda ke Toya Dewasya kalau berlibur ke Bali. Don’t miss it,” papar Mardjana.
Mardjana mengatakan, pihaknya berencana membangun hotel bujet di tempat tersebut.
Alasannya, hampir tiap hari ada wisatawan yang mendaki Gunung Batur minimal 200 orang, bahkan bisa 800 orang per hari.
Mereka menginap ada yang di Nusa Dua atau di Ubud.
“Jadi wisman itu harus bangun jam 01.00 untuk berangkat ke sini. Jadi kalau kita bisa menyediakan tempat menginap di sini akan memberi kenyamanan bagi mereka. Rencananya dibangun pada 2018,” katanya.
Pengelukatan Hingga Ayurvedic Spa
Toya Devasya Natural Hot Spring & Ayurvedic Spa juga mengembangkan Ayurvedic Spa.
Spa itu berupa terapi yang dilandaskan pada ajaran Ayurweda dan sekarang sudah mulai beroperasi.
“Walaupun masih soft opening sekitar empat bulan lalu, tapi sudah banyak peminatnya. Kami ingin mengembangkan spa ini. Spa kan basic-nya air. Nah air panas alami ini menjadi terapi yang luar biasa. Juga ramuan-ramuan dan bahan terapinya itu menggunakan herbal yang menyehatkan dan menyembuhkan,” ujar I Ketut Mardjana didampingi Direktur Toya Devasya, Ayu Saraswati SE MBus dan Manager Sales and Marketing, Ni Putu Onik Dianila.
Menurut Ketut Mardjana, saat ini spa tersebut masih dikelola sendiri.
Rencananya itu akan dikerjasamakan dengan orang lain sambil melatih dan memberdayakan pihak lain.
“Selain itu karena di sini terkenal sebagai daerah spiritual, kami juga mengembangkan Panca Tirta untuk tempat pengelukatan. Targetnya awalnya adalah orang-orang Bali. Tapi ternyata orang-orang Tionghoa juga banyak yang tertarik ketika mereka mendengar bahwa ada holy water. Mereka juga ingin melakukan ‘pengelukatan’ itu,” kata Mardjana.
Ayu mengatakan, kolam air panas alami di Toya Devasya adalah yang terpanjang di Indonesia, bahkan di dunia.
Air panas alami memiliki khasiat untuk relaksasi, juga memiliki kandungan mineral yang berguna untuk melemaskan otot, juga untuk kecantikan.
“Kelebihan air panas alami di sini, tidak berbau dan tidak berwarna karena disaring oleh black lava rock, dan mengandung banyak mineral,” ujar Ayu.