Berkontribusi Memajukan Pariwisata Di Kampung Sendiri – I Made Astina
Kesuksesan adalah milik siapa saja yang mau menggapai asa lewat kerja keras serta konsistensi. Banyak orang yang mampu berkawan dengan kegigihan demi meraih cita-cita. Namun hanya sedikit yang mau tidak egois berbagi pengalaman dan peluang kepada orang lain. Salah satu dari segelintir orang itu ialah sosok putra daerah bernama I Made Astina. Lewat perjuangannya di industri pariwisata, ia mencoba memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitarnya sekaligus berkontribusi dalam memajukan pariwisata di kampung halamannya sendiri.
Perjuangan hidup yang tidak mudah pernah dilalui oleh Made Astina. Sebelum bisa berdikari lewat kemandirian berwirausaha seperti sekarang ini, ia juga sempat mengecap manis getirnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan milik orang lain. Setelah menamatkan SMA di tahun 1985, Made Astina melanjutkan pendidikan di Bandung. Ia mengambil jurusan Teknik Industri di STTB. Selesai merampungkan kuliahnya, ia segera diterima di PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) selama 15 tahun lamanya.
Berbagai pengalaman didapatnya selama di perantauan, salah satunya mengenai proses adaptasi berbaur dengan lingkungan yang sama sekali baru. Karakteristik masyarakat dan kehidupan sosial di Bandung tentu berbeda dengan yang ada di tanah kelahiran, yaitu Bali. Namun dengan mengenal perbedaan itu justru membuat Made Astina semakin memahami keunikan budaya Bali dan menimbulkan kesadaran untuk melestarikan budaya warisan para leluhur.
Pada awal milenium baru, yaitu di tahun 2000, Made Astina juga mencoba membuka lembaran baru. Ia pulang ke kampung halaman di Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Di sana ia mencoba lagi meniti asa dengan menciptakan karya seni patung. Ia memang mewarisi darah seni dari para leluhurnya yang merupakan seniman patung tersohor pada masanya.
Berwirausaha
Enam bulan pasca kepulangannya ke Bali, Made Astina ternyata mendapatkan peluang bekerja di Amerika. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakannya sebagai upaya meningkatkan taraf perekonomian di tengah lesunya industri kerajinan patung di desanya. Ia pun siap mengawal lembaran baru lain dalam kisah perjuangannya.
Sepuluh tahun berselang, Made Astina kembali ke Bali untuk melanjutkan karir di Pulau Dewata dalam jangka panjang. Demi mengisi waktu sekaligus menghasilkan nafkah untuk keluarga tercinta, ia bekerja sebagai Supir Transportasi yang akan mengantarkan wisatawan menuju tempat-tempat wisata yang telah ditentukan sebelumnya. Dari sinilah pengalaman menyaksikan dinamika industri pariwisata Bali lewat kacamata pelaku industri dimulai.
Selama berprofesi mengantarkan wisatawan berkeliling Bali, diam-diam Made Astina menelaah peluang apa yang sekiranya bisa ia manfaatkan. Jiwa kewirausahaan menyala dalam dirinya, memotivasi Made Astina untuk menciptakan sebuah usaha yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, sebisanya memberikan dampak postitf bagi orang lain.
Selama tujuh tahun ia mengamati, akhirnya ia menemukan peluang menjanjikan dari wisata adventure, khususnya rekreasi naik wahana ATV. Jenis wisata ini memang kian naik daun di saat para turis mulai bosan dengan wisata konvensional yang sudah ada. Tahun 2017, ia resmi membuka Go ATV, sebuah perusahaan jasa wisata adventure.
Berkontribusi
Made Astina menyadari potensi yang ada di desa tempat tinggalnya, sehingga ia memutuskan mendirikan usaha ini di desanya yaitu Singapadu Kaler. Desa Singapadu Kaler tidak hanya menawarkan panorama alam yang masih asri, melainkan juga menyimpan daya tarik wisata budaya yang eksotik. Karena itu, Made Astina menautkan usahanya dengan tagline “Adventure, Culture, Nature” yang berarti wisata berbasis petualangan, budaya, sekaligus menikmati alam.
Setahun sudah Made Astina mengelola wisata petualangan tersebut, namun ia sudah membuktikan keseriusannya dalam memberikan impact kepada masyarakat sekitar. Lewat usahanya itu, ia memberikan ruang bagi para pemuda yang semula tidak memiliki profesi yang pasti untuk bekerja di tempatnya. Selain meningkatkan perekonomian masyarakat lewat penyerapan SDM lokal, Made Astina juga memberikan kontribusi terhadap desa yang dilintasi para penikmat wisata ATV. Diharapkan melalui kontribusinya itu, desa maupun lembaga tradisional seperti subak dapat tetap eksis dan mempertahankan originalitasnya.
Perjuangan Made Astina dalam memperkenalkan potensi pariwisata yang ada di daerahnya tentu masih panjang. Berbagai hal masih menjadi PR dalam pengembangan pariwisata tersebut seperti peningkatan sarana dan pra sarana serta promosi wisata yang berkesinambungan. Diharapkan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang nantinya dapat mendukung gerakan kewirausahaan yang telah dirintis Made Astina maupun pelaku usaha lainnya di Singapadu.