Berkomitmen dalam Melayani dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Menjadi saksi perkembangan dunia politik dari masa ke masa, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya tumbuh dan dibesarkan dalam suasana lingkungan keluarga yang aktif dalam kegiatan politik, secara tidak langsung memberi pengaruh besar sepanjang hidupnya. Sejarah panjang perjalanan hidup tokoh masyarakat Bali yang kini menjabat sebagai Bendesa Adat ini, memulai membangun pondasi politik begitu kuat yang telah ditanamkan sejak masa kanak-kanak. Sepak terjangnya dalam dunia politik di Bali, Marhaendra Jaya menjadi sosok yang paling disegani masyarakat dengan kiprahnya dalam panggung politik memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan dan perkembangan desa adat dalam masyarakat.

I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya

Dalam upaya memberikan pelayanan prima berlandaskan dharma, selama masa pandemi Covid-19, Marhaendra Jaya membantuk satgas Covid-19 yang menjabat sebagai penasIhat untuk melayani masyarakat dengan memperhatikan protokol kesehatan dalam masa karantina khususnya bagi masyarakat yang menderita Covid- 19 pada masa itu. Di balik perjuangan dalam sepak terjangnya di panggung politik Bali, sosok Marhaendra Jaya dikenal sebagai pemuda Bali yang lahir dibawah didikan orang tua serta lingkungan keluarga yang begitu lekat akan dunia politik. Selain berprofesi sebagai guru agama Hindu di sekolah dasar yang dulu dikenal sebagai sekolah rakyat, ayah Marhaendra Jaya merupakan seorang politisi pada zamannya. Di masa itu, Marhaendra Jaya berasal dari keluarga yang dihormati oleh masyarakat, di mana sejak kecil, ia diajarkan untuk ikut serta sang kakek membantu dalam pengabdiannya sebagai pendeta. Marhaendra Jaya lahir pada tanggal 6 Juni 1971 putra ketujuh dari sembilan bersaudara.

Bertumbuh sebagai anak kampung yang dibentuk oleh alam dan lingkungan sekitar menanamkan besarnya arti tanggung jawab dalam kehidupan. Kebiasaan mencari sesuatu yang memberinya penghasilan, yang kelak akan menjadi tabungan di hari depan menjadi keseharian Marhaendra Jaya pada masa itu. Dirinya mulai mengenal bekerja mandiri sejak dini mulai dari berdagang pisang goreng, es lilin, hingga memunguti bulir padi yang berjatuhan dilakoninya. Kegiatankegiatan seperti itu memupuk rasa tanggung jawab dalam diri Marhaendra Jaya. Lauk pauk sehari-hari pada masa itu merupakan hasil pancingan ayah serta barter daging dari para pengayah untuk sang kakek saat menjalankan tugasnya sebagai pendeta. Berdasarkan aktivitas keseharian yang dilakukan pada saat itu, ibu Marhaendra Jaya berinisiatif untuk mempelajari berbagai jenis banten dan cara membuatnya. Lambat laun perekonomian keluarga mulai terangkat oleh penghasilan ibu sebagai pedagang banten saat itu.

Masa-masa sekolah Marhaendra Jaya dilewati dengan penuh warna, sebagai anak kampung yang bersekolah ke kota di masa itu. Ia merupakan siswa yang berprestasi dan sering masuk dalam peringkat tiga besar saat duduk di bangku SMP. Prestasi yang diraih dengan penuh perjuangan, mengingat setiap malam Marhaendra Jaya belajar ditemani lampu sentir. Baginya, hal tersebut merupakan masa-masa yang tak terlupakan. Hidup serba kekurangan justru mempererat tali persaudaraan, terutama antar penduduk desa. Di saat keadaan perekonomian keluarga mulai membaik, sang ayah berpulang meninggalkan kesedihan begitu mendalam bagi keluarga, meninggalkan wejangan yang hingga kini masih diingat dalam benak Marhaendra Jaya, yaitu jangan pernah mauu bertanya tentang hal apapun sebelum tersesat. Sebuah kenangan manis sekaligus sedih yang meninggalkan kesan dalam hidup Marhaendra Jaya. Momen itulah yang menjadi pedoman hidupnya tenang, bagaimana memaknai rasa syukur dalam hidup dan semua itu tidak terlepas dari kisah masa lalu.

Masa remaja penuh gejolak dilewatinya tanpa sosok ayah yang selama ini mengayomi keluarga. Hal itu membuat semangat Marhaendra Jaya dalam menempuh pendidikan sempat menurun. Hingga suatu ketika kakak memutuskan untuk mendaftarkannya bersekolah hingga tamat. Marhaendra Jaya menuturkan masa remajanya tidak begitu banyak memiliki kenangan. Hidupnya mengikuti arus dan membiarkannya mengalir seperti seharusnya. Setelah lulus SMA, Marhaendra Jaya melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa dan berkuliah hingga semester 3. Saat itu, derasnya keuntungan hasil dari jual beli mobil menaik perhatian Marhaendra Jaya sehingga ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan fokus mengembangkan bisnisnya tersebut. Saat ini, ia memiliki showroom mobil sendiri. Kegiatan mendampingi kakek sebagai pendeta yang dikenal dengan sebutan pengayah masih dilakukannya hingga masa itu. Namun pada tahun 2013, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Dwijendra dengan dorongan dari sang ibu yang begitu menginginkan kesuksesannya kelak.

Tidak pernah terbesit dalam benak Marhaendra Jaya terpilih menjadi Bendesa Adat. Dorongan murni untuk mengabdi kepada masyarakat lewat ngayah mendampingi kakek serta mengajegkan awig-awig dewata adat dan budaya yang telah menggerakannya untuk terjun ke masyarakat. Marhaendra Jaya mengakui dirinya lebih suka bekerja di balik layar, membantu masyarakat dengan tulus, ikhlas dan tanpa pamrih. Sebelumnya ia sempat menolak untuk menjadi Bendesa Adat, namun mengingat kegiatannya selama menjadi pengayah, secara tidak langsung mengajarkannya tentang adat istiadat, tatanan, kehidupan masyarakat Bali, serta kegiatan keagamaan seperti prosesi odalan dan upacara adat. Dirinya kerap ditunjuk untuk mengatur berbagai kegiatan adat di banjar. Untuk itu, masyarakat mempercayainya mengemban tugas sebagai Bendesa Adat.

Menjelang pemilu 2024 yang serentak diadakan di seluruh Indonesia, Marhaendra Jaya maju mencalonkan diri sebagai calon legislatif anggota DPRD Provinsi Bali. Jika melihat sejarah dibalik pencalonan Marhaendra Jaya, kehidupannya sejak dini tidak terlepas dari suasana politik, di mulai dari sang ayah yang getol dengan politik secara otomatis menanamkan pendidikan dunia perpolitikan sejak dini. Saat usianya menginjak 11 tahun, Marhaendra Jaya kerap mengikuti ayah untuk ikut berkampanye di tengah kerasnya politik pada zaman itu. Ia menggambarkan betapa besar semangat yang mengalir dalam tubuh seorang anak kecil, yang mana saat itu ia merasa bukan seorang anak kecil pada umumnya. Sebagai bagian dari partai besar, dirinya siap tidak siap harus mempersiapkan diri jika diminta untuk maju menjadi bagian dari pemerintahan sesuai dengan arahan pimpinan partai. Marhaendra Jaya mengakui kehidupannya bertolak belakang dengan dunia politik yang mana kini dirinya diminta untuk turun langsung menjadi wakil rakyat berkat kepercayaan serta tanggung jawab yang selama ini ia lakukan baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Komitmen Marhaendra Jaya dalam melakukan tugas berdasarkan amanat serta dedikasi penuh terhadap masyarakat dan partai yang menaunginya kini begitu kuat dan menjadi faktor yang mendorong Marhaendra Jaya semakin yakin maju dalam pemilu 2024 sebagai calon legislatif DPRD Provinsi Bali. Kiprahnya dalam menjalankan tugas sebagai Bendesa Adat menjadi bukti nyata pengalamannya selama memimpin masyarakat dalam menjalankan tugas mengatur tatanan kehidupan khususnya dalam adat dan budaya. Pengabdian selama ini menjadi visi dan misi utama baginya untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dalam memajukan serta menyejahterakan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!