Berkat Warisan Resep Herbal Sukses Menembus Pasar Internasional
Di tengah gempuran produk-produk kecantikan bermerk asal luar negeri, muncul sebuah brand lokal yang mengusung konsep natural berbahan serba alami. Bali Alus, begitulah nama yang tertera pada kemasannya. Hebatnya lagi, produk yang sudah sering diekspor ke luar negeri ini tidak hanya untuk perawatan kulit saja.
Ni Kadek Eka Citrawati, S.T, Sang Pencipta Bali Alus mengaku telah memproduksi sekitar 400 jenis produk, mulai dari perawatan untuk kepala sampai ke ujung kaki. Berkat brand lokal yang saat ini telah mendunia tersebut, Ni Kadek Eka Citrawati meraih berbagai macam penghargaan kewirausahaan, seperti predikat Social Entrepreneur Awards 2015 dari Bank Danamon, Wirausahawan Pilihan Editor Femina untuk Inacraft 2013, Pemenang II PK Berprestasi Sektor Industri Pertanian oleh Pemkot Denpasar pada tahun 2007, dan masih banyak lagi penghargaan lainnya.
Eka, demikian sapaannya, memproduksi berbagai macam produk perawatan kecantikan untuk kaum hawa, seperti lulur, masker, sabun, kompres wajah, kompres mata, lotion, pelembap, sabun tangan, krim pencerah kulit, sampo, kondisioner, ratus, krim creambath, serta berbagai produk aromaterapi dan produk Spa lainnya.
Tidak hanya lengkap, produk-produk tersebut dibandrol dengan cukup murah, yakni pada kisaran harga Rp 10 ribu hingga Rp 300 ribu. Seluruh produk kreasinya benar-benar diolah dari bahan alam yang merupakan hasil kebun para petani lokal.
Semua wawasan mengenai racikan herbal tersebut ia dapatkan dari warisan keluarga secara turun temurun. Masyarakat di kampung halamannya di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, memang secara rutin menggunakan bahan-bahan alami untuk melakukan perawatan tubuh dan rambut. Pun dengan keluarga Eka yang bahkan menghijaukan pekarangan rumah dengan tetumbuhan yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan.
Produk alami hasil buatan tangan yang biasa digunakan adalah boreh yang umumnya berkhasiat untuk menghangatkan dan relaksasi.
Eka pun menjadi akrab dengan produk-produk alami yang digunakan oleh keluarganya.
Eka pun menjadi akrab dengan produk-produk alami yang digunakan oleh keluarganya.
Apalagi dirinya memiliki kulit yang terbilang cukup sensitif. Sehingga tak sembarang produk kecantikan yang ia bisa gunakan. Terutama yang ada campuran zat kimia. Hanya produk yang murni dari tumbuhan saja yang cocok untuk kulitnya.
“Saya beruntung sekali lahir dan tumbuh di lingkungan pedesaan di Bali, karena dengan mudah menjumpai tanaman yang berdaya guna untuk kehidupan sehari-hari. Seperti sampo, hanya tinggal petik saja bahannya di pekarangan rumah. Dengan banyaknya hal-hal yang bersifat natural di sekeliling saya ini lah yang menumbuhkan kecintaan saya akan tanaman,” ujar Eka bangga.
Uniknya, latar belakang pendidikan formal seorang Eka tidak ada hubungannya dengan dunia bisnis. Perempuan kelahiran 18 Agustus 1977 ini justru seorang sarjana teknik arsitektur dan sempat bekerja pula pada perusahaan di bidang desain bangunan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, Eka merasa passionnya tidak berada pada bidang itu. Suaminya, I Putu Katra menyarankan dirinya untuk mengembangkan minatnya pada pengolahan resep berbahan herbal menjadi produk kecantikan. Apalagi pengalaman demi pengalaman telah didapat Eka sejak SMA yang telah mencoba menjual produk buatannya ke beberapa teman sekolah.
Pada tahun 2000, Eka dibantu oleh suaminya pun merealisasikan brand Bali Alus. Bermodalkan passion dan dana 30 juta rupiah, Eka mengawali bisnis UKM-nya tersebut di kediamannya di bilangan Bung Tomo. Awalnya bahan-bahan produknya kebanyakan berasal dari kebun orang tuanya. Namun karena permintaan yang semakin bertambah, ia pun memutuskan untuk bekerja sama dengan petani-petani lainnya di daerah Bongkasa, Petang, Plaga, dan Bedugul. Bahan-bahan yang dibutuhkan tidak hanya rempah-rempah, melainkan juga buah-buahan. Namun tidak semua bahan baku bisa didapatkan di Indonesia, seperti misalnya lavender dan olive. Untuk itu Eka menyiasatinya dengan mengimpor bahan-bahan tersebut.
Melihat potensi yang besar dari konsumen berkewarganegaraan asing, Eka pun tertarik untuk mengekspor produknya. Awalnya pemasaran hanya dominan di kawasan Eropa, karena waktu itu krisis belum mendera benua biru tersebut. Tapi sekarang, ibu dari Putu Kay Kiandra dan Kadek Kesahwa Keano ini lebih banyak ekspor ke negara-negara Asia dan Australia.
Setelah proses penjajakan yang cukup panjang barulah produk Bali Alus ini mulai dikenal masyarakat lokal. Bahkan saat ini cenderung 70 persen untuk lokal dan sisanya baru ekspor. Tak hanya mendominasi di Pulau Bali, Bali Alus sudah berekspansi ke seluruh Indonesia. Terutama daerah Jawa yang menjadi pusat pemasaran yang paling potensial.
Setelah proses penjajakan yang cukup panjang barulah produk Bali Alus ini mulai dikenal masyarakat lokal. Bahkan saat ini cenderung 70 persen untuk lokal dan sisanya baru ekspor. Tak hanya mendominasi di Pulau Bali, Bali Alus sudah berekspansi ke seluruh Indonesia. Terutama daerah Jawa yang menjadi pusat pemasaran yang paling potensial.
Ke depannya, Eka ingin membuat sekolah Spa. “Sekolah ini gratis, karena saya sudah mendapatkan sesuatu yang baik, sehingga saya juga ingin memberikan sesuatu yang baik pula kepada orang lain,” ujar Eka seraya tersenyum.