Berjaya Berkat Peluang Bisnis Besi Tua
Ada banyak jalan menuju kesuksesan. Salah satunya adalah dengan cara mencoba peluang baru yang selama ini jarang dilirik oleh orang lain. Salah satu contoh kejelian melirik peluang usaha bisa didapat dari kisah inspiratif seorang pria paruh baya yang berhasil meraup keuntungan besar tiap bulannya hanya dengan menekuni bisnis besi tua. Pria bernama Totok Subagio tersebut membuktikan bahwa dengan kreativitas kita bisa mengubah material usang menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.
Tak banyak memang yang menyangka di balik karat dan kumuhnya tumpukan besi tua tak terpakai, tersimpan peluang bisnis menjanjikan dengan peluang menggiurkan. Inilah yang justru mengantarkan seorang Totok Subagio sebagai pengusaha sukses. Meski pria yang biasa disapa Giok itu memulai usahanya dengan segala macam rintangan. Ia merintis usaha sudah sejak tahun 90-an, bukan perjalanan yang instan memang bagi Giok untuk mampu mencetak sukses seperti sekarang.
Perjuangan
Jiwa besar untuk menghadapi segala macam resiko dan tantangan usaha, didapatkan Giok berkat penempaan hidup yang dilaluinya sejak masa belia. Pria asal Jember ini tanpa sungkan mengakui kondisi masa lalunya, di mana orangtua mengalami perpisahan. Menurutnya, seberapapun buruknya pengalaman yang dilalui di masa lampau, tetap saja hal itu menjadi bagian hidup yang tidak dapat kita pisahkan dari masa kini dan masa depan. Seharusnya pengalaman tersebut dijadikan cambuk pelecut semangat untuk bisa mengubah nasib kehidupan di masa yang akan datang.
Setelah berpisah, Giok beserta kakak dan adik bungsunya ikut bersama Sang Ibu. Namun masa kecil mereka banyak dihabiskan dengan menerima kasih sayang nenek lantaran ibu mereka harus berjuang menyambung hidup dengan bekerja. Meski tanpa kasih sayang penuh dari kedua orangtua, Giok tetap tumbuh menjadi anak yang berbudi pekerti baik. Ia memiliki jiwa optimistik yaitu yakin dapat meningkatkan taraf kehidupannya nanti. Salah satu strategi yang ia yakini adalah menempuh pendidikan setinggi-tingginya agar dapat membuka pintu kesempatan sebanyak-banyaknya.
“ Saya sempat dilema antara melanjutkan sekolah atau tidak. Akhirnya waktu itu saya menyadari, jika saya memilih untuk putus sekolah, paling-paling nanti saya hanya mampu mendapat pekerjaan sebagai kuli,” kenang Giok mengingat masa-masa sekolahnya dulu.
Setamat dari pendidikan SMP di Jember, Giok akhirnya melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan memilih jurusan bangunan. Setelah lulus ia langsung bekerja. Hanya saja setelah beberapa waktu bekerja, pikiran terhadap nasib masa depan mengusiknya. Menurutnya jika ia terus menerus bekerja dengan orang lain, ia tidak akan dapat kesempatan meningkatkan kesejahteraan dengan signifikan. Bagi Giok, jika ingin meraih pencapaian yang lebih tinggi, ia harus bekerja secara mandiri lewat jalan berwirausaha.
Keinginan untuk mengikuti naluri bisnis tersebut, mendorong Giok untuk merantau lagi ke daerah yang lebih timur. Pulau Dewata menjadi tujuannya melabuhkan asa karena pada tahun 80-an tersebut, pariwisata tengah menjadi indutri primadona bagi setiap investor dan pengusaha. Bisnis pertama yang ditekuni Giok ternyata bukanlah besi tua. Ia memutuskan untuk berjualan kain dan kosmetik dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya.
Bisa dikatakan perjuangan Giok di permulaan cukup berat lantaran pada waktu itu kendaraan umum masih jarang ditemui. Ia harus berjalan kaki menempuh jarak puluhan kilometer untuk menjangkau para pembelinya. Ia berkisah bahwa pemebelinya saat itu tersebar di pelosok Bali. Bahkan ia juga pernah menyambangi konsumennya yang ada di Pulau Bali.
Melirik Peluang
Selang beberapa tahun, Giok akhirnya melihat peluang dari usaha penjualan sepeda motor. Kendaraan roda dua tersbut tengah naik daun dan di masa itu belum ada perusahaan leasing yang menawarkan pilihan pemebelian secara kredit. Di situlah Giok dengan cermat mengeksekusi peluang yang ada. Dari penjualan beberapa unit sepeda motor ia telah mendapatkan profit yang lumayan besar.
Seperti layaknya pebisnis pada umumnya, tentu pernah mengalami problematika baik itu dalam skala kecil maupun skala besar. Begitu pun Giok yang sempat menemui hambatan usaha. Saat itu ia mempercayakan modal kepada kenalannya untuk membesarkan usaha penjualan sepeda motor. Sayangnya rekan usahanya itu tidak bertanggung jawab, ada yang melarikan uang usaha ada pula yang mengaku selalu mengalami kerugian meski kenyataan tidak seperti itu.
Di tengah konflik batin yang berkecamuk setelah beberapa kali mengalami kerugian, justru Giok menemukan sebuah peluang usaha baru yang kelak mengantarkannya pada kesuksesan. Ia melihat adanya peluang dari bisnis besi tua yang memang saat itu belum banyak diketahui orang. Sedikit demi sedikit ia mengumpulkan material besi yang usang kemudian menjualnya kepada para pengepul. Lambat laun usaha yang modalnya tidak begitu besar itu ternyata mendatangkan keuntungan yang berlipat-lipat.
Sampai sekarang, Giok masih tetap fokus mengembangkan usaha besi tua meskipun saat ini kompetitor usaha dapat dikatakan semakin menjamur. Namun suami dari perempuan bernama Siti tersebut tetap optimis mampu bertahan dalam segala tantangan dan persaingan bermodalkan sikap kejujuran. Selain itu ayah dari tiga anak ini berusaha menjadikan segala usahanya diberkahi oleh Sang Maha Kuasa dengan cara berbagai kepada sesama yang membutuhkan.
Berbagai terhadap sesama, tidaklah memandang dari suku maupun agama orang tersebut. Apa pun latar belakangnya, Giok siap membantu. Sebab menurutnya ia telah menjadi penyambung tangan Sang Pencipta di dunia lewat anugrah rejeki yang telah dilimpahkan kepadanya.