Bergabung di LPK Solusi Ingin Bekerja di Luar Negeri dan Bergaji Tinggi
Sebagai masyarakat Bali yang termasyur karena destinasi pariwisatanya, bekerja sebagai pemandu wisata pun sempat diincar I Nengah Suarbawa, karena peluang ranah tersebut tengah gemilang-gemilangnya. Sebelum menyandang resmi sebagai guide, ia sudah mengisi masa mudanya dengan memanfaatkan sepeda motor miliknya untuk berkeliling mencari wisatawan di daerah Ubud, yang mau menerima jasa panduannya. Penghasilannya yang ia dapat per harinya antara Rp20.000 – Rp25.000, sangat cukup bagi pelajar sepertinya. Tak menutup diri di pariwisata saja, ia juga mencoba kesempatan bekerja di peternakan ayam, kemudian beralih ke koperasi sebagai collector selama 2 tahun. Hingga timbul keinginan kuatnya untuk bekerja di luar negeri.
Difasilitasi oleh Yayasan Dwipahara, berlokasi di Tembuku, Bangli, Suarbawa mengungkapkan keinginannya untuk berangkat ke luar negeri, untuk menambah pengalaman kerja. Bersyukur ia memiliki orang tua yang memiliki pola pikir terbuka dan menanggapi keinginannya dengan langsung mendapatkan persetujuan dari orang tua. Berangkatlah ia ke Jepang pada tahun 2007, bekerja di bagian kontruksi bangunan Jepang yang terkenal dengan ketahanannya pada gempa. Selama 3 tahun di Negeri Sakura, diungkapkan olehnya, suasana bekerja di sana tak hanya berkoordinasi dengan sesama pekerja dari asal yang sama, tapi dalam satu tim terdiri atas 2 orang Jepang dan 1 orang Bali yang setiap harinya bisa berganti-ganti anggota. Ia sebagai pekerja pun dituntut untuk mandiri dan sembari menguji mental karena menemui berbagai macam karakter orang yang berbeda-beda. Suarbawa pun harus pintar-pintar memposisikan diri, karena ia tak hanya ditempatkan di lokasi pekerjaan yang sama, namun bisa berpindah-pindah tempat, di hari yang sama.
Jepang yang identik dengan budaya disiplinnya sempat dirasakan Suarbawa tak hanya dalam ruang lingkup pekerjaannya, tapi dari berbagai aspek, seperti kebersihan, ketepatan waktu dan lain-lain. Pengalaman berharga dalam rentang waktu 3 tahunnya di Jepang, mempengaruhi penerapan etos kerja dalam diri Suarbawa, terbawa hingga ia kembali ke Bali di tahun 2010. Namun sayangnya tak mudah dalam pengaplikasiannya secara sempurna, jika di daerah sendiri belum siap menerapkan kedisplinan tersebut. Butuh penanaman karakter sejak dini, oleh para orang tua kepada anak-anak, sebagai sosok panutan dalam keluarga.
Di Bali, Suarbawa sempat bekerja sebagai buruh bangunan, sebelum akhirnya secara otodidak tergerak mengedukasi generasi muda sebagai instruktur bahasa Jepang. Semakin terasah dengan pengalaman demi pengalaman, ia dipercaya oleh sebuah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) di Tabanan untuk bergabung, penawaran tersebut ia sanggupi selama 2 tahun. Merasa dirinya sudah cukup mampu berdiri sendiri dengan skill yang ia miliki, ia kemudian bekerja sama dengan LPK Duta Sahaya Tabanan, untuk memimpin lembaganya sendiri “LPK Cahaya Mitra Bali”. Saat itu, siswa dari LPK Cahaya Mitra Bali dikirim ke LPK Duta Sahaya hingga pada akhirnya bubar. Tak patah arang, Suarbawa membangun lagi LPK yang baru yang diberi nama “LPK Mitra Duta Bali” yang hingga sekarang berjalan baik dan menjalin kerja sama yang baik pula dengan LPK Duta Sahaya.
Lalu bagaimana nasib LPK Mitra Duta Bali yang kemarin hampir 2 tahun lebih terganggu akibat adanya pandemi. Penerapan metode pembelajaran daring diakui kurang efisien dan keberangkatan tenaga kerja juga tertunda. Jadi diakui Suarbawa, kelas sempat vakum. Akhirnya, seiring masyarakat yang ikut andil besar dalam mempersempit kasus pandemi ini, dengan mengikuti peraturan pemerintah seperti menerapkan protokol kesehatan dan mendukung program vaksinasi secara serentak, pandemi mulai bisa terkendali, aturan-aturan mulai dilonggarkan, bahkan penerapan kebijakan melonggarkan penggunaan masker di ruangan terbuka, sejak terhitung sejak 17 Mei 2022. Kabar positif ini tentu disambut hangat banyak pihak, apalagi LPK swasta.
Menyambut era endemi ini, LPK Mitra Duta Bali sudah mulai melakukan perekrutan calon-calon tenaga kerja, yang sudah berjalan proses pelatihannya berjumlah 40 orang, bekerja sama dengan agen-agen ketenagakerjaan. Langkah ini sebagai bentuk konsistensi dan pertanggungjawaban visi misi dari LPK Mitra Duta Bali di tengah masyarakat. Ia mengungkapkan, senang dan bangga bisa bangkit kembali setelah pandemi, ia juga optimis apapun tantangan ke depannya, LPK Mitra Duta Bali dapat terus memberikan mutu pelatihan terbaik, demi menghasilkan masa depan calon tenaga kerja yang lebih kompeten dan berinovasi, menyambut ‘angin segar’ di dunia kerja internasional.