Berdayakan Ilmu dan Pengalaman sebagai PERPANJANGAN TANGAN TUHAN Melayani Pasien secara Optimal
Terlahir sebagai anak petani bukan lagi sebuah dilema, karena sudah tak terhitung kisah yang menguraikan fakta, jerih payah para petani yang tak pernah luntur demi membebaskan generasi mereka dari kemiskinan yang meregenerasi. Salah satu dari sekian kisah tersebut adalah Drs. I Made Warthana, seorang perawat senior di era 1980-an yang kini sukses memiliki perusahaan distributor farmasi “PT Bali Cakra Kusuma” dan masih aktif memanage perusahaan, bersama salah satu anaknya yang memiliki passion di bidang yang sama.
Lahir di Desa Baturiti, Tabanan, 28 Mei 1953. Seperti yang dijelaskan di atas, Warthana merupakan anak petani dengan segala kesederhanaan dan kerja keras, yang sudah menjadi kawan sejati orang tua, termasuk dirinya. Pada usia 12-16 tahun, ia menggembala sapi demi mempertaruhkan pendidikannya. Setelah kakak pertama dan kedua lebih memilih untuk bertani seperti orang tua, ia dibimbing untuk melanjutkan pendidikan agar bisa memberikan contoh kepada adik-adik, sekaligus mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Sebelum melanjutkan ke SMA Keperawatan, sebenarnya Warthana sempat ingin melanjutkan ke STM, karena ketertarikan dengan mesin. Namun orang tua menginginkan ia sekolah yang singkat dan segera mendapatkan pekerjaan. Disarankan kemudian oleh kakak mindonnya untuk menjadi perawat saja, karena saat itu jumlah profesinya masih minim, apalagi di lingkungan desa. Ia pun menyanggupi permintaan tersebut dan melanjutkan sekolah selama tiga tahun.
Hari-harinya menempuh pendidikan ternyata cukup dinikmati oleh Warthana, terlebih momen saat berhasil memberikan pertolongan yang tepat, memberikan kepuasan yang berbeda. Ia pun berangsur-angsur bersemangat untuk melanjutkan pendidikan sarjana pada Ilmu Sosial, Matematika, Seni dan Pendidikan, sembari bekerja perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah pada tahun 1974.
Tamat kuliah tahun 1988, karier Warthana terus berlanjut di RSUP Sanglah. Di tahun tersebut, obatobatan sudah cukup memadai dan pelayanan rumah sakit pun berjalan intensif. Ia pun menceritakan, bila menemukan pasien yang kekurangan biaya, ia tanpa ragu memberikan bantuan. Empatinya tersebut adalah bagian dukungan dan nasihat sang ibu, agar menjadikan profesinya sebagai perpanjangan tangan Tuhan dengan melayani pasien secara optimal.
Perannya di bidang kesehatan, kemudian Warthana kibarkan juga dengan mendirikan “Toko Obat Murah” pada tahun 1984 yang berlokasi di Jl. Diponegoro, dengan mengontrak lokasi tersebut selama lima tahun. Usaha yang kian dikenal, tanpa promosi yang jor-joran, sales-sales dari Jakarta datang bermunculan dengan sendirinya. Masih sambil nyambi di RSUP Sanglah, relasi yang dimiliki pun semakin meluas, menambah antrean perusahaan farmasi ternama lainnya untuk bergabung.
Berselang 10 tahun, pengalaman yang matang bagi Warthana pindah ke lokasi yang lebih memadai mengembangkan usahanya. Tepatnya di alamat saat ini, di Jl. Tukad Banyusari, Gg. XI no. 10 Panjer, Denpasar Selatan. Berlabel “PT Bali Cakra Kusuma”, perusahaan tersebut telah membuka lapangan pekerjaan bagi 28 orang karyawan. Saat pandemi, bersyukurnya mampu melampaui tanpa harus merumahkan, meski sempat terkendala pengiriman tahun 2020, karena beberapa obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari luar negeri. Kemudian kasus kontaminasi obat sirup tahun 2022 ini, yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG). Dengan tegas, Warthana menyampaikan agar menggunakan obat sesuai resep dokter dan apoteker, agar daya sembuhnya optimal. Jika obatnya tergolong obat bebas, minumlah sesuai dengan anjuran yang tertera dalam kemasannya. Jangan sekali-kali mengambil tindakan tanpa pengawasan yang memiliki ilmu dan setifikat di bidang tersebut. Bagi kaum millenial, harap harus aktif dalam menuntut ilmu setinggi-tingginya, karena itu merupakan bekal untuk bisa maju ke depan. Kalau kita picik bahkan tak punya ilmu, maka kita akan sukar dalam bersaing dengan perubahan global termasuk dalam segi teknologi yang terus berkembang pesat. Kita harus banyak-banyak bereksperimen agar kita tak minder dan terus bisa berkembang dengan pesaing-pesaing kita, jangan mundur apalagi sering hura-hura di jalan, itu tentu mengarah ke perbuatan yang negatif dan bahkan bisa ke arah perbuatan kriminal. Warthana pun mengharapkan agar krama kita tidak seperti itu, baik bagi anak muda kaum millenial maupun orang lain.