Berani untuk Terus Meyakini Keajaiban Tuhan akan Selalu Ada
Majalah Bali | Di balik kebijaksanaan Dr. Yoshua Prabowo, ia telah melalui masa kecil yang tidak mudah. Ayahnya yang bekerja sebagai pedagang buku bekas dan ibu seorang petani, meninggal dunia karena sakit. Ia pun ditempatkan di panti asuhan, saat usia empat tahun. Namun meski telah melalui jalan hidup yang demikian sulitnya, kini ia tak pernah henti belajar untuk mengucapkan syukur,karena mungkin tanpa jalan Tuhan yang telah ditakdirkan kepadanya, ia tidak akan mejadi sosok seperti sekarang ini.
Awalnya ada pemberontakan dari Yoshua Prabowo kecil, saat ia harus tinggal di panti asuhan. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai tersadar dengan kondisinya saat itu, bahwa tak ada hal terbaik yang bisa ia perbuat, selain menerima keadaan dengan keikhlasan hati.
Seperti anak ayam kehilangan induknya, Yoshua Prabowo mengumpamakan situasinya setelah lulus STM di tahun 1991 yang sempat kebingungan ke mana ia harus melangkah. Ia sempat bekerja dari Surabaya kemudian ke Jakarta, hingga Tuhan mempertemukannya dengan sosok penolong, sekaligus orangtua angkatnya asal Amerika, bernama Dr. Arny Humble yang bertempat tinggal di Yogyakarta.
Seolah menjadi pengganti sosok orangtua, kehadiran Dr. Arny Humble dalam hidup Yoshua Prabowo memberikan sebuah motivasi kepadanya, agar ia memiliki semangat dan optimisme dalam menjalani hidup. Dukungan tersebut pun diberikan oleh ayah angkatnya, dengan membiayai kuliah S1 di Yogyakarta, sekaligus melanjutkan pendidikan S2 di Bandung.
Setelah lulus, Yoshua Prabowo bekerja di Yayasan Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII), sembari mempersiapkan pernikahannya dengan calon istri. Dengan hanya bermodalkan menjual sepeda motor yang ia miliki, pada bulan April tahun 2002, ia kemudian melangsungkan pernikahan di Bali yang disaksikan oleh anak kandung dari ayah angkatnya.
Meski dapat dikatakan penghasilan istri lebih matang dibandingkan penghasilannya, namun keuletan dan pengabdian Yoshua Prabowo pada yayasan, membawa ia kepada jalan karier yang lebih cerah. Selain sebagai dosen dan pendeta yang melakukan pelayanan memberitakan Firman Tuhan, ia sekaligus dipercaya dan ditunjuk sebagai Ketua STTII Bali yang berlokasi di Jl. Raya Dalung No.16 Dalung, Kuta Utara, Badung.
Pertolongan dan Keajaiban
Saat pendiri yayasan, Ir. Hendra Dinata, M.Th. menempatkan Yoshua Prabowo sebagai Ketua STTII Bali, diakui olehnya perjuangannya cukup berat saat itu, di mana beberapa tuntutan peraturan pemerintah harus dipenuhi demi tetap melangsungkan proses mengajar. Peraturan tersebut meliputi penetapan status treakreditasi untuk seluruh program studi perguruan tinggi dan masing-masing prodi minimal harus memiliki lima dosen yang terakreditasi.
Perjuangan STTII Bali pun tidak berhenti sampai di sana, pihak kampus kemudian harus memenuhi tuntutan selanjutnya yakni memenuhi tenaga pengajar sebanyak 10 dosen bergelar S-3 (doktor), sedangkan di STTII Bali, baru tiga dosen yang memenuhi syarat tersebut. Sebagai manusia biasa, Yoshua Prabowo tak luput dari rasa kekhawatiran, apakah STTII mampu mengisi tujuh dosen lagi, sedangkan proses perkuliahan telah berjalan, bahkan ada yang telah siap untuk di wisuda. Dalam situasi tersebut, berupaya sekeras mungkin untuk mencari segera solusi dari permasalahan tersebut, hingga ia menghubungi rekan-rekannya hampir dari seluruh Indonesia yang memiliki latar belakang pekerjaan yang sama.
Setelah memberikan upaya yang terbaik, Yoshua Prabowo berdoa dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Karena ia meyakini, saat manusia berserah, Tuhan akan membukakan jalannya. Benar saja, keajaiban tersebut nyata diperoleh olehnya, saat satu-persatu pertolongan datang dari rekan-rekan dosen yang menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan STTII Bali. Dan dalam kurun waktu tiga tahun, permasalahan tersebut pun mampu teratasi.
Masa pandemi pun turut dirasakan Yoshua Prabowo sebagai tantangan luar biasa dalam dunia pendidikan. Selain tantangan mengubah pola mengajar secara online, sebagai ketua yayasan, ia juga mengajak seluruh keluarga besar STTII Bali untuk memberikan rasa kepedulian kepada masyarakat melalui bakti sosial, tak terkecuali para mahasiswanya yang telah kehilangan pekerjaan karena pandemi. Ajaibnya pertolongan berupa sembako juga datang dari anak-anak panti asuhan yang diberikan secara kontinu.
Harapan ke depan, Yoshua Prabowo akan membawa STTII Bali menjadi perguruan tinggi yang semakin bergengsi, dengan membuka program studi doktoral dan peningkatan akreditasi perguruan tinggi. Tentu sembari tak pernah henti untuk beribadah kepada Tuhan, sebagai bentuk syukur atas pencapaian hingga saat ini dan mengingat banyak pengalaman-pengalaman sulit yang telah mampu ia lalui.
Sudah tidak perlu diragukan lagi, Yoshua Prabowo meyakini ada tangan Tuhan yang selalu menyertainya. Begitu juga keberanian untuk terus percaya pada keajaiban Tuhan, hingga telah terbukti keajaiban tersebut benar-benar menjadi bagian dari proses perjalanan hidupnya. Hal ini memberikannya sebuah pelajaran penting, bahwa kita sebagai manusia, hanyalah mahluk Tuhan yang kecil, yang harus selalu rendah hati. Karena apa yang kita miliki di dunia dan yang kita banggakan dalam hidup kita, semuanya adalah bersumber dari Tuhan.