Berani Hadapi Tantangan, Bangkit Demi Kesuksesan
Berangkat dari Desa Bengkalis, sebuah desa kecil di Sumatera Utara, merantau ke Ibukota Jakarta hingga menginjakan kaki di Bali, sebuah perjalanan panjang kehidupan Toni Hartono yang mengantarkannya hingga menjadi pengusaha sukses. Batu Alam Denpasar menjadi bukti keberhasilannya untuk bangkit dari kegagalan yang berulang kali ia rasakan sepanjang hidup. Keberanian untuk bangkit disertai semangat untuk terus berjuang demi kehidupan yang lebih baik menjadi inspirasi bagi siapapun yang berjuang di tengah persaingan hidup zaman modern seperti saat ini. Dalam perjalanannya, berproses menjadi seorang pengusaha dibutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan zaman salah satunya adalah berani dalam kreasi dan inovasi. Di tengah masa-masa sulit menjalankan usaha batu alam dalam kondisi pandemi yang telah berlangsung selama 3 tahun tidak membuatnya goyah. Melainkan dirinya terus berupaya untuk mempertahankan usahanya agar mampu bertahan, di mana usahanya tersebut berkaitan dengan pariwisata. Dengan jumlah permintaan batu alam semakin menurun akibat banyaknya hotel dan vila yang tutup, Toni memutuskan untuk meluncurkan berbagai produk baru dan memperluas pasar.
Proses menuju titik ini bukan hal yang mudah bagi Toni. Dirinya menuturkan kisah hidupnya yang lahir tumbuh besar di sebuah desa kecil di Sumatera Utara, Desa Bengkalis yang mana rata-rata masyarakat di sana berprofesi sebagai nelayan. Toni memiliki seorang ayah pelaut berprofesi sebagai pengusaha terasi di masa itu. Toni menghabiskan masa kecilnya di Riau sampai umur 6 tahun hingga akhirnya Toni sekeluarga pindah ke Jakarta. Meskipun berasal dari keluarga pengusaha, di masa itu tidak luput dari kondisi perekonomian yang tak menentu. Untuk itu, Toni bersama orang tua dan saudaranya saling membantu dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Sejak di Jakarta, ayah toni memutuskan untuk melaut menjadi nakhoda kapal, yang mana saat itu banyak pengelola yang bergerak dalam industri perikanan dan kelautan. Beradaptasi dengan lingkungan Jakarta yang mengharuskan Toni untuk berbahasa Indonesia, cukup sulit dilakukan mengingat Toni berasal dari daerah, hingga akhirnya Toni berhasil beradaptasi ketika duduk di bangku SD. Pribadinya yang gampang bergaul tidak sulit bagi Toni untuk memperoleh teman di masa itu. Kebebasan yang diberikan ibu pada saat itu mempermudah Toni untuk mengembangkan diri.
Kehidupan Toni mulai menyentuh titik terendah kala Toni duduk di bangku SMP, di mana pasang surut pendapatan orang tua mulai terasa. Untuk itu, Toni berinisiatif bekerja untuk memperoleh penghasilan tambahan membantu perekonomian keluarga terutama dalam membayar uang saku dan uang sekolah bulanan. Toni bekerja sama dengan salah satu dagang nasi bungkus, kemudian ia jual ke teman-temannya di sekolah, hasil yang ia dapat dari penjualan tersebut ia tabung untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Menginjak masa remaja di SMA, Toni masih terus berjualan dengan berjualan Gas Tabung 12 kg demi menyambung hidup bersama keluarga. Lulus SMA, Toni memutuskan untuk pergi ke Bandung melanjutkan studi bersama teman-temannya. Sesampainya di Bandung, Toni hanya mengikuti uji coba selama sebulan. Setelah itu, Toni memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan memperoleh beasiswa S1 kuliah di salah satu kampus swasta di Ancol, dengan mengambil jurusan komputerisasi, karena ia melihat komputer memiliki masa depan yang menjanjikan. Selama kuliah berlangsung, Toni bekerja di sebuah instansi kampus bagian marketing.
Lulus kuliah, Toni mengabdi di departemen yang sama selama 2 tahun untuk memenuhi perjanjian beasiswa. Setelah itu, Toni memutuskan untuk ke Bali dan bekerja dengan saudara yang memiliki bisnis bergerak di bidang usaha batu alam selama 4 tahun. Dalam pekerjaannya tersebut, secara otodidak Toni belajar banyak hal terkait bisnis batu alam. Di masa itu, Toni memetik berbagai pelajaran kehidupan, yakni hidup merupakan serangkaian proses belajar seumur hidup, menuntut kita untuk tidak pernah berhenti mencoba dan jangan takut akan kegagalan. Sehingga, dari kegagalan tersebut diperoleh banyak pelajaran baru yang akan berguna di masa yang akan datang. Sempat menemui kegagalan saat membuka bisnis di Lombok yang diakibatkan karena kesalahan strategi dalam menetapkan pangsa pasar, Toni memetik pelajaran dari peristiwa tersebut di mana hal itu membantunya untuk membenahi diri saat membuka bisnisnya kembali di Bali. Perkembangan bisnis mulai terlihat ketika menjalankan bisnis baru di Bali dengan sederet inovasi. Toni menekankan bahwa pengalaman mengajarkannya untuk berani menghadapi kegagalan dan bangkit kembali berproses adalah keputusan yang paling berani diambil seorang pengusaha. Untuk itu pentingnya ketangguhan, keberanian dalam menghadapi tantangan dengan bangkit dari sebuah kegagalan.