BARISHI.ID, “Benang Merah” dari Memperluas Pengalaman dan Membangun Relasi

Lahir dari orang tua sebagai entrepreneur, secara tidak langsung Wahyu Mahendra menyaksikan bagaimana kedua orang tuanya membangun usaha dari nol, sampai menembus lokasi strategis bisnis di Bandara International Ngurah Rai, tepatnya bisnis money changer, kemudian merambah bisnis kuliner. Ia yang awalnya hanya sebagai saksi bisu pun mulai tertarik berkarier di jalur yang sama, meski orang tua sempat menyarankan masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Fakultas Kedokteran. Berdasarkan alasan orang tua, agar ia cari aman saja, dari bisnis yang sifatnya naik turun.

Awal perhatian Wahyu Mahendra sejak duduk di bangku SMA kelas 1, justru jatuh pada ilmu desain dan fotografi, hingga ia meminta hadiah kamera atas prestasi belajarnya di sekolah. Lulus SMA, Wahyu Mahendra sempat melanjutkan Institut Teknologi Bandung (ITB), mencoba menggali potensi lain dalam dirinya selain fotografi, namun ternyata tak mudah baginya, yang hanya bertahan selama setahun. Ia memutuskan kembali ke Bali dan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) dan kembali pada minatnya, dengan mengambil Program Studi Fotografi. Selama 4 tahun kuliah, dari sekian objek fotografi yang pernah ia ditugaskan dari kampus, seperti foto pre-wedding, produk makanan dan jurnalis, landscape adalah yang paling menjadi favoritnya. Karena sembari memotret, ia bisa sekaligus travelling dan menyatu dengan alam yang luas.

Setelah lulus kuliah, Wahyu Mahendra sempat disarankan untuk mengikuti seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau menjadi dokter. Pria yang sama sekali tak memiliki minat di salah satu bidang tersebut, semakin memperluas jangkauannya dalam hal memotret, dengan mulai membentuk komunitas di aplikasi Instagram, terlibat dalam proyek “Indonesia Travel” dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, hingga memiliki networking teman-teman sesama fotografer yang semakin luas dan berskala nasional. Di tahun 2015, Wahyu Mahendra membuktikan kemandirian finansialnya dalam memotret, dengan banyak menerima jasa fotografi yang dominan datang dari pemilik usaha brand lokal. Tanggapan orang tua saat itu cukup menerima apa yang ia kerjakan, karena melihat ia sudah mampu menghasilkan rupiah sendiri dari fotografi. Namun seiring bertambahnya usia, alumnus SMAN 1 Denpasar ini mulai berpikir realistis, tak bisa hanya mengandalkan satu bidang saja dalam mewujudkan kemapanan dalam finansial, ditambah situasi pandemi, pariwisata ditutup, ia pun mengalami sepi job. Wahyu Mahendra kemudian merambah ke bisnis kuliner dengan mendirikan “Barishi.id” yang berlokasi di Jl. Mertanadi No.63 Kerobokan, Badung.

Barishi.id yang menawarkan Japanese Food ini, berawal dari idenya sendiri yang dilanjutkan dengan brainstorming ke adik sepupu yang sekaligus suka memasak makanan Jepang. Awalnya karena masih situasi pandemi, hanya berupa bisnis rumahan dan melayani pemesanan secara online yang berjalan selama 6 bulan. Masih dalam suasana rumahan, Wahyu Mahendra pun menemukan fakta bahwa budaya masyarakat Bali soal makanan, berbeda dengan masyarakat yang ada di Pulau Jawa. “Kalau disini, makanannya itu-itu aja, belum ada variasi, karena bagi mereka, makanan itu untuk hidup. Kebiasan ngemil juga tak banyak disukai orang Bali, jadi cemilan Bali paling hanya ada jajanan tradisional Bali,“ ucapnya. Kesadaran inilah yang kemudian memutuskannya untuk membangun Barishi.id, yang berasal dari kata “Bali” dan “Sushi” ini di daerah pariwisata, dengan target pasar customer menengah ke atas untuk lokal dan customer dari luar Bali.

Pemikiran lain yang diterapkan Wahyu Mahendra, bagaimana membuat customer datang ke restorannya tak hanya sekali datang apalagi karena hanya daya tarik promo harga. Terlepas dari dekorasi yang ditata di sebuah bisnis kuliner, baginya yang terpenting membuat customer nyaman dan memberikan pengalaman bersantap pertama kali yang mengundang mereka untuk berkali-kali mendatangi Barishi. id. Pastinya mereka tanpa terencana, merekomendasikan Barishi.id ke kolega bisnis dan circle pertemanan. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadinya, ia mengungkapkan Barishi.id ini merupakan “Benang merah” dari pengalamannya melawan sisi introvert yang ada dalam diri, dengan membangun relasi hingga di rantauan. Terutama saat melakukan grand opening pada Juli 2021, dukungan positif diberikan kepadanya dari rekan-rekan ITB, ISI, komunitas fotografi dan lain-lain. Jadi tak ada yang namanya sia-sia di dunia ini, selagi kita sudah mempersembahkan versi terbaik dari diri kita dan yakinlah pasti meninggalkan pengalaman berharga, yang menjadi salah satu bentuk kesiapan menatap masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!