Bahagiakan Orang-Orang Sekitar dengan Tidak Berhenti Berbagi

Dibalik memiliki usaha toko handphone terlengkap di Tabanan, terselip sebuah pengalaman jatuh bangun Ni Luh Gede Agustini bersama suami, I Made Karyana (Alm) sebelum mencapai kesuksesan. Namun bukan hidup namanya, bila tantangan-tantangan itu tidak ada, Luhde begitu sapaan akrabnya pun meyakini, ia pasti mampu melewati hal-hal yang menguji kesabarannya, dengan hidup berdampingan bersama sang suami

Luhde lahir di Denpasar, 7 Agustus 1980 dari orangtua yang luar biasa, Ibu bekerja sebagai pedagang di Pasar Badung, sedangkan ayahnya, I Made Suara sebagai sopir bemo yang memiliki kisah hidup yang sama dengan suaminya. Ayahnya meninggal di usia muda, yakni 35 tahun dan sama halnya seperti ibunya, Ni Made Samiasih yang juga memutuskan untuk tidak menikah sejak ditinggalkan suami di usia 27 tahun hingga saat ini.

Masa menempuh pendidikan, Luhde harus berpuas diri hanya sampai duduk di bangku SMA. Alumni SMAN 5 Denpasar ini, kemudian bekerja di restoran, hingga ia bertemu dengan Pak George pemilik Grahadi, yang banyak berjasa memberi kesempatan dirinya untuk mengembangkan diri dan karir.

Menikah di Usia Muda

Memutuskan untuk menikah di usia muda, bukanlah hal yang mudah, sama halnya dengan tanggapan orangtua Luhde saat mendengar putrinya akan menikah di usia 20 tahun dengan seorang pria yang dapat dikatakan penghasilannya masih belum seberapa. Namun Luhde memiliki keyakinan, pintu rezeki akan terbuka untuk suami, dan anak-anaknya kelak.

Meski keluarga sempat keberatan, akhirnya pernikahan tersebut berlangsung pada tahun 1998, di mana pada tahun itu, masih jelas dalam ingatan peristiwa krisis moneter yang mempengaruhi perekonomian negara. Sang suami pun terkena imbasnya, dengan bangkrutnya usaha yang dimiliki. Namun pasangan jiwa tersebut tidak berputus asa, mereka bangkit kembali membangun pundi-pundi rupiah.

Di tengah mengandung putri pertama, Luhde dan suami menjual mobil hingga asset lain untuk usaha selanjutnya. Berlokasi di Kediri, Tabanan, atas bantuan dari Bapak George, mereka berhasil membangun usaha toko handphone, pulsa, accessories dan multichip, bernama Pinny Cell yang berlokasi di Jalan Dr. Ir. Soekarno No.8 Tabanan.

Keyakinan akan mampu menata hidup kembali pun membuahkan hasil, meski awalnya hanya berkaryawankan ia, suami dan keponakannnya. Namun sosok suami yang pekerja keras telah berhasil membangun sebuah rumah seluas 12 are, yang tidak hanya diperuntukkan untuk keluarga. Tapi juga orang-orang dilingkungan sekitarnya yang membutuhkan tempat tinggal.

Dengan penuh rasa bangga dan cinta kepada suaminya tersebut, Luhde menceritakan kembali bagaimana sang suami juga memiliki rasa sosial yang tinggi, yang juga menyekolahan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu. Karakteristik ini menurun pada putrinya yang merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran di Surabaya. Tak hanya dalam pendidikan, keterampilan sebagai wanita Bali pun dibekali oleh Gede Luhde kepada putri tercinta, agar kelak ia menikah, telah tumbuh menjadi seorang wanita yang benar-benar matang dalam mengarungi bahtera rumah tangga, khususnya sebagai wanita Bali.

Tidak pernah berpikir sekalipun wanita kelahiran Denpasar ini, untuk menikah kedua kalinya, di mana pada usia Luhde yang ke-34, ia harus mengikhlaskan kepergian sang suami karena penyakit usus buntu. Meski secara fisik, suami sudah tidak bersamanya, namun Luhde meyakini suami kini menjadi sosok spirit guide yang senantiasa menemani dan membimbing ia dan keluarga secara spiritual. Untuk tidak pernah berhenti berbagi dengan orang-orang sekitar dan apapun tantangannya, tetaplah menjadi orang baik. Agar kelak di kehidupan selanjutnya ia dapat menerima hasil dari karma baik yang telah ia lakukan di kehidupannya saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!