Bagai Air Mengalir Kesuksesan Yoga Pratama dalam Asitektur dan Bisnis
Hingga saat ini I Putu Gede Priyoga Pratama tak menyangka, bahwa dirinya akan berprofesi sebagai arsitek, bahkan memiliki bisnis di atas kakinya sendiri. Ia ibaratkan hidupnya seperti aliran air, mengalir tanpa rencana, dan membawanya ke arah yang tak terduga yang justru menjadi bagian kesuksesannya sebagai seorang arsitek dan pengusaha.
Yoga yang lahir di Sempidi, 7 Februari 1996, belum memiliki gambaran jelas tentang kariernya di masa depan, bahkan ketika ia sudah di bangku SMA. Minatnya pada saat itu hanyalah dalam menggambar, tetapi belum mencapai tahap mempertimbangkan menjadi seorang arsitek. Melainkan menggambar layang-layang, yang membawanya meraih juara dalam lomba kreasi layang-layang di lingkungan banjarnya. Hingga suatu ketika, saat orang tuanya tak mampu membiayai kuliah, Yoga dibantu pamannya dari segi dana. Beliau yang menyaksikan bakatnya dalam menggambar dan mengingat kakeknya dahulu merupakan seorang undagi atau sebutan untuk arsitek tradisional Bali, ia disarankan untuk melanjutkan ke Teknik Arsitektur. Karena hal yang paling diminati saat itu hanyalah menggambar, sekaligus rasa berterima kasihnya kepada sang paman, ia pun setuju dan berusaha diterima menjadi mahasiswa Teknik Arsitektur, Universitas Warmadewa.
Yoga awalnya mengira bahwa arsitektur hanya seputar perhitungan dan matematika. Berjalannya kuliah, ia memahami arsitektur adalah tentang merancang bangunan yang memiliki fungsi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Di awal masa kuliah, Yoga juga sempat kaget dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya sangat banyak. Namun, ia tak menyerah dan berusaha untuk memberikan yang terbaik. Selain mengandalkan pengetahuan dari dosen, ia juga belajar secara mandiri melalui sumber-sumber lain seperti YouTube. Pada semester III, ia sudah memiliki progres yang signifikan, di mana ia sudah memiliki kemampuan dalam menggunakan perangkat lunak seperti AutoCAD dan membuat sketsa 3D.
Tantangan alumnus SMAN 1 Abiansemal ini tak sampai di sana, ia mulai membutuhkan biaya-biaya tambahan, seperti biaya mencetak gambar dan kebutuhan kertas ukuran A3 dan A2 yang cukup mahal. Priyoga tidak ingin membebani orang tuanya, jadi ia memutuskan untuk mencari sumber penghasilan tambahan. Ia membuka jasa gambar arsitektur dan 3D melalui situs TokoBagus. com yang saat itu masih gratis. Ia menawarkan jasanya dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp100 ribu per gambar. Pendekatan ini ternyata sukses dan Yoga mulai mendapatkan banyak klien. Selain itu, ia juga ikut proyek-proyek yang diajukan oleh dosen, yang membantu memperluas jaringan relasinya. Meskipun menjalani pekerjaan lepas dan tugas-tugas kuliahnya secara berbarengan, Yoga berusaha untuk mengatur waktu sebaik mungkin. Baginya, tidak ada kata lelah, karena kondisi finansialnya memaksa ia untuk terus bekerja keras demi mencapai tujuannya.
Meskipun sudah memiliki pengalaman fleksibel sebagai freelance, Yoga memiliki keingintahuan untuk bekerja di sebuah perusahaan dan menambah pengalaman. Ia sempat mencoba bekerja di perusahaan interior di Kerobokan, kantor konsultan arsitek di Batubulan, perusahaan kontraktor. Masanya bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut hanyalah dalam waktu singkat. Ia akhirnya memutuskan mengambil tantangan baru dengan mendirikan bisnisnya sendiri yang dberi nama Priyoga Arch Studio. Di awal pendiriannya, Yoga memerlukan down payment untuk memulai proyek-proyeknya yang saat itu didominasi rumah tinggal. Setelah beberapa proyek berjalan lancar, bisnisnya terus berkembang, tak hanya rumah tinggal, mulai merambah ke vila, renovasi hotel dan lain-lain. Yang portofolio lengkapnya ada di platform Instagram @cv.griyadewatapratama .
Selain bidang desain dan pembangunan, Priyoga Arch Studio telah menunjukkan keunggulannya dalam proyek pengawasan, yang kini berjalan di sebuah resort di Pantai Kelingking, Nusa Pendia. Mendapat kepercayaan dan masih mengerjakan pproyek hingga luar Bali, di masa pandemi Covid-19, Yoga sampai saat ini masih tak menyangka bahwa ia akan terjun ke arsitektur, bahkan menjadi wirausahawan. Harapannya dalam memberikan yang terbaik untuk para klien cukup sederhana. Ia tetap sehat, karena pekerjaan ini memerlukan banyak waktu dan seringkali melibatkan kerja lembur. Dengan kesehatan yang baik, ia dapat terus menjalankan proyek klien dan mengantarkan bisnisnya menuju kesuksesan.