Awalnya Hanya Ikut-Ikutan, Kini Sukses sebagai Konsultan Teknik Sipil
Bekerja di teknik sipil, berarti siap dengan fokus sebagai pekerja. Meski hati Ni Nyoman Yulya Larantika sebelumnya tertuju pada bidang kedokteran. Namun ibarat “Tak kenal maka tak sayang” sepertinya cocok untuk perjalanan karier Yulya. Wanita kelahiran Gianyar, 3 Agustus 1972 ini akhirnya tertarik dengan ilmu teknik sipil, setelah perkenalan yang dilakukan oleh sang kakak, serta merta dukungan penuh dari keluarga.
Pada dasarnya Yulya memiliki karakter yang tidak bisa hanya duduk selama bekerja di kantor. Ia lebih antusias untuk bekerja di lapangan. Bahkan setelah memiliki usaha CV Dana Cipta, di sela-sela waktunya, ia masih menyempatkan untuk memiliki bisnis online dan kuliner.
Yulya sejak usia tiga tahun, hanya dibesarkan oleh ibu, sepeninggal ayah di tahun 1975. Ia dibesarkan oleh ibu bekerja sebagai penjahit, sedangkan latar belakang keluarga ayahnya adalah sebagai petani, sekaligus sebagai Ketua Subak.
Di saat akan melanjutkan sekolah tingkat SMA, Yulya beruntung memiliki ibu dengan gaya pemikirannya yang terbuka. Ia dan kakaknya diizinkan untuk melanjutkan sekolah di luar Bali, tepatnya Palembang. Setelah tamat, ia ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang dokter dan hendak melanjutkan di Fakultas Kedokteran, dengan bekal prestasi yang ia miliki, selalu memperoleh peringkat 1 di sekolah.
Namun takdir berkata lain, justru ia tidak lulus pada UMPTN yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana, Ia pun terpaksa melupakan cira-citanya tersebut dan mengiyakan ajakan kakak pertamanya IGB Surya Negara untuk beralih ke ilmu teknik sipil, di mana kakak kedua I Made Junaedi berkuliah di kampus D3 Politeknik.
Setelah lulus selama tiga tahun, Yulya ingin langsung bekerja, namun ibunya menyarankan sebagai perempuan sama pentingnya untuk melanjutkan ke jenjang S1. Ia pun menyetujui saran tersebut, untuk tetap melanjutkan kuliah teknik sipil di Universitas Sriwijya, sambil tetap bekerja di sebuah kantor konsultan.
Dukungan penuh dari keluarga, tak ingin disia-siakan oleh Yulya. Tak tanggung-tanggung ia betul-betul menyeriusi apa yang menjadi pilihannya saat itu, hingga ia berhasil menyelesaikan kuliahnya.
Setelah tamat, Yulya ingin mencari suasana baru dalam pekerjaannya tersebut, ia pun bertanya pada atasannya apakah perusaahaan tersebut memiliki cabang di kota lain. Atasannya tersebut pun mengatakan ia bisa berangkat ke Surabaya, yang sedang mengerjakan sebuah proyek.
Berangkatlah ia ke Surabaya dua tahun kemudian. Singkat cerita ada salah satu rekannya dari Palembang, hendak membuka cabang di Lombok. Diberilah Yulya kepercayaan untuk bekerja di cabang kota tersebut.
Sebagai konsultan, hampir 90% saran Yulya mendapat respons positif dari kliennya sebagai penyedia perencanaan dan pengawasan sebuah proyek konstruksi sesuai dengan keinginan owner perusahaan. Di antaranya, saat akan membeli atau menyewa hunian, untuk lebih teliti dalam memperhatikan lingkungan sekitar tempat tinggal. Apakah akses fasilitas terutama jalan utama memadai.
Selain memastikan kualitas proyek konstruksi sesuai dengan perencanaan, Yulya juga memiliki kepedulian dengan peraturan yang menyatakan minimal 20% bangunan di Bali, harus memiliki unsur gaya bangunan Bali. Tapi, nyatanya bisa dilihat kondisi saat ini, tidak sedikit yang menggunakan bahan batu-batu dari luar Bali, bukan lagi menggunakan paras Bali. Ia selalu membahas hal ini, kepada kliennya, namun kembali lagi kepada pemerintah, harus tegas dalam menangani hal ini.
Gencarnya pembangunan di Indonesia, diharapkan seiring dengan pertumbuhan minat generasi muda dalam menggeluti bidang ini. Meski sebagian besar ditekuni oleh laki-laki, mungkin hanya 13% nya terdiri atas perempuan. Bukan tidak mungkin perempuan menjadi primadona dalam usaha ini. Seperti halnya Yulya, sekitar tiga atau empat tahun lalu sukses membangun CV Dana Cipta yang berlokasi di Jalan Akasia XVI Gang Subak Buaji, No. 2 Denpasar.
Mungkin hal yang membuat generasi selanjutnya takut untuk terjun di bidang ini, apabila mereka tidak diterima bekerja di kantor konsultan dan belum siap untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Jadi Yulya berpesan kepada generasi muda, jangan takut untuk bersaing. Rezeki sudah ada yang mengatur. Jalani prosesnya dengan keuletan dan jangan lupa melibatkan kejujuran di atas segala-galanya.