Awalnya Bercita-Cita Tamat SMA saja, I Nengah Kardana Justru Mendapat Anugerah Lebih dari yang Ia Bayangkan
Pekerjaan orang tua yang sebagai petani, sempat membuat I Nengah Kardana ‘terbata-bata’ apakah akan menyelamatkan sekolahnya atau tidak. Sampai akhirnya ia bertekad, minimal bisa menyelesaikan sekolah sampai SMA, agar setidaknya bisa bekerja di organisasi tingkat desa, seperti Koperasi Unit Desa (KUD), BumDes (Badan Usaha Milik Desa) dan lain sebagainya.
Sebagai anak petani, ekonomi menengah bawah sudah menjadi ratapan I Nengah Kardana seharihari. Di sisi lain, melihat kerasnya orang tua bekerja, juga melahirkan rasa bangga dalam hati Kardana. Pemandangan sehari-hari tersebut pun menginisiatif dirinya ikut membantu, baik itu bekerja di sawah, maupun melibatkan diri dalam meburuh lainnya, sudah menjadi satu-kesatuan aktivitas di masa kanakkanak hingga remaja.
Setelah lulus dari SD Pererenan, Kardana kemudian melanjutkan ke SMP Widya Bhuana di Munggu. Sampai akhirnya di bangku SMA di Mengwi yang jauh dari rumah, sehingga mengharuskannya untuk ngekost. Meski sudah mulai ke arah penjurusan, Kardana belum menemukan minatnya pada cita-cita tertentu. Ia hanya fokus pada pencapaiannya yang sederhana, yakni lulus SMA.
Lepas pendidikan formal, pria yang juga terlibat sebagai Bendahara di struktur banjar ini, sempat mencoba ikut ujian pegawai negeri sipil, namun tak lolos, akhirnya ia memilih jalur pariwisata. Jika demikian, maka ia harus melanjutkan sekolahnya lagi, D1 Housekeeping di P4B Renon. Setelah setahun, ia training di Sanur Beach Hotel, berlanjut bekerja di sebuah cottage dengan lingkup pekerjaan yang padat yang ia lakoni selama dua tahun.
Kardana beralih mencari pengalaman selanjutnya, dengan bekerja di sebuah Puri yang berlokasi Petitenget selama tiga tahun. Dan terakhir, durasi bekerja yang paling lama yakni 27 tahun, ia bekerja di Hotel Four Season. Bahkan ia harus rela merintis kembali kariernya yang sudah mencapai posisi front office di pekerjaan sebelumnya, kembali ke posisi housekeeping. Berkat kesabaran dan ketangguhan bekerja di ranah dunia perhotelan, levelnya pun meningkat sebagai Chief Housekeeping.
Selama menjadi karyawan hotel, Kardana sempat mencoba-coba berwirausaha, dari membeli franchise dan yang paling signifikan progress-nya ialah bisnis rentcar. Dengan modal awal mengandalkan gaji dari hotel saja, mampu terkumpul Rp50 juta untuk membeli mobil pertamanya, Kijang Grand Extra. Seiring berjalannya waktu, bisnis terus mengalami perkembangan, armadanya pun beranak pinak sampai 10 unit yang disewakan. Namun kesuksesan yang ia dapatkan, sudah pasti sejalan dengan risiko yang harus dihadapi. Ayah dari dua orang putri ini sempat kehilangan salah satu mobilnya selama dua tahun, meski sudah melakukan pelaporan. Setahun kemudian, mobil tersebut baru berhasil ditemukan oleh driver, namun Kardana lebih memilih menjualnya saja, karena khawatir akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Bisnis selanjutnya, tepatnya tiga bulan sebelum pandemi, Kardana tertarik untuk mendirikan bisnis akomodasi penginapan, berupa guesthouse di wilayah Pererenan yang kala itu pariwisatanya belum seeksis sekarang. Modal dari bisnis sebelumnya, ia tambahkan dengan pinjaman dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan mulai membangun penginapan yang bernama “Pererenan Nengah Guest House” tersebut secara mencicil. Belum rampung secara keseluruhan, Kardana tak menyangka sambutan para tamu internasional, sudah mulai menghampiri guesthouse yang beralamat di Jl. Munduk Kedungu no. 30, Canggu tersebut.
Dan yang lebih tak diduga-duga, bahwa pandemi Covid-19 akan mengancam pariwisata Bali, membuat Karnada pun turut merasakan imbasnya. Maret 2019, guesthouse-nya mulai merasakan sepi dan sempat membuatnya stres karena ia masih menanggung beban utang yang harus dibayarkan. Untungnya hal itu tak berlangsung berlarut-larut, berbekal pengalaman bekerja di Hotel Four Season dalam memanajemen tamu, ia mampu mengatasi keadaan pelik tersebut, setidaknya membuat Pererenan Nengah Guest House masih menyisakan beberapa tamu dan tidak sampai merumahkan karyawan. Ia menyewakan mulai dari harian, tergantung permintaan tamu, alhasil ia yang dulu hanya mengidam-idamkan tamat SMA saja, justru mendapatkan sesuatu diluar targetnya. Hal itu tak lain berkat kerja keras dan keikhlasan dalam menjalani problematika hidup dan selalu melibatkan Sang Pencipta di setiap usahanya.