Arsitek Idealis Harmonisasi Alam

Setelah sukses menggapai suatu cita-cita atau profesi tertentu, kini konsistensi idealis seseorang dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu yang telah didapat. Apakah wawasan, gagasan, konsep dan skenario yang merupakan suatu rangkaian kesatuan yang berlanjut, masih menjadi dasar penting bagi arsitektur atau hanya bekerja berdasarkan penyesuaian dengan selera pasar

Berkontribusi dalam sebuah pembangunan setelah menuangkan gagasan serta diikuti keprofesionalan kerja, bagi I Ketut Adi Udayana, ST., IAI merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Hal ini menjadi alasan kuat, mengapa ia akhirnya memilih terjun pada jurusan Teknik Arsitektur, meski sempat didorong oleh orangtua untuk bekerja sebagai PNS, seperti karier yang digeluti sebagian besar keluarganya.

Lahir sebagai anak bungsu dari sebuah keluarga bisa dikatakan sederhana, Adi Udayana sama sekali tidak mendapat perlakuan yang “eksklusif” dari orangtua. Didikan ini kental berhubungan dengan budaya Bali yang menyatakan, anak laki-laki adalah generasi penerus selanjutnya dalam keluarga.

Mix & Match antara hobi dan jurusan di masa sekolahnya, kemudian mengerucutkan pilihannya pada jurusan Teknik Arsitektur di bangku kuliah. Setelah lulus dalam kurun waktu empat tahun, ia mematangkan ilmu dan pengalamannya dengan bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Selama kurang dari dua tahun, ia banyak memperoleh ilmu khususnya aplikasi konstruksi di lapangan dari PT Tunas Jaya Sanur. Ia kemudian pindah ke perusahaan konsultan ternama di Bali, untuk meneruskan cita-citanya dalam menuangkan ide-ide kreatif dalam mewujudkan suatu desain bangunan yang terpatri di dalam suatu konsep dan tema yang khas dalam koridor arsitektur.

Selama empat tahun bekerja di konsultan arsitek, Adi Udayana mencoba pengalamannya menghandle klien secara mandiri, dan bisa dikatakan ia merasa tertantang dalam kesempatan tersebut. Hingga di tahun 2012 ia resmi mundur, untuk mulai mengambil ancang-ancang membangun sebuah studio arsitek dan mulai merumuskan nama ‘Adisign Architect’ di mana hanya ia yang meng-handle kebutuhan klien dari awal hingga akhir.

Telah dirasa cukup matang, tahun 2014 Adi Udayana memulai untuk mencari partner dan ia mulai merekrut orangorang yang memiliki disiplin ilmu dan mendukung pendirian perusahaannya. Tahun 2018, dari sebuah studio arsitek, “Adisign Architect” yang beralamat di jalan Jl. Suci No.7, Dangin Puri Kaja ini, bertransformasi menjadi sebuah perusahaan dan resmi memperoleh badan hukum.

Hingga saat ini, Adisign Architect telah dipercaya oleh beberapa klien swasta maupun ekspatriat, untuk mendesain beberapa fungsi bangunan dari skala kompleksitas sedang hingga tinggi, yang tersebar di Bali, Indonesia bahkan mancanegara.

Sikap idealis yang secara terus menerus memperjuangkan kemurnian arsitektur, telah ditanamkan Adi Udayana pada seluruh timnya. Pentingnya sifat idealis bagi seorang arsitek, adalah agar tidak sampai mudah “dijerumuskan” oleh klien, tanpa memikirkan lingkungan sekitar. Sebagai arsitek yang telah bertahun-tahun mematangkan ilmu di bidangnya, kita hanya bisa menjembatani permasalahan yang ditemukan oleh klien, berharap kepuasaan akan ditemukan bersamasama, tanpa memberatkan salah satu pihak.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!