Ajak Krama Bali Memiliki Usaha Sendiri dengan Menjadi Mitra JFC

Kota Singaraja yang mendapat julukan sebagai kota pendidikan ini, sepertinya tidak henti-hentinya menunjukkan para pemuda pemudinya yang telah sukses membangun usaha. Kini cerita sukses tersebut datang dari pemilik gerai ayam fried chicken lokal, yakni Jaya Fried Chicken atau yang akrab di pendengaran masyarakat Bali dengan nama JFC.“Saya tidak menyangka akan sebesar dan seluas ini bisnis saya berkembang. Awalnya hanya membantu teman yang berkeinginan untuk memiliki usaha yang sama seperti yang saya miliki. Namun ternyata Tuhan mengembalikan bantuan yang telah saya berikan, berkali-kali lipat”.

Dari sebuah niat yang baik, telah menjadi bagian dari kisah kesuksesan I Made Agus Putra Jaya. Ia berempati untuk membantu teman-temannya bekerja dengan memiliki usaha. Dari teman dekat, ke teman dekat yang lain, franchise JFC ini pun berkembang dengan begitu signifikan.

Yang spesial dari franchise JFC ini, untuk masyarakat yang berminat memiliki sebuah usaha, tidak akan dikenakan biaya sama sekali, sekaligus tidak akan dikenakan biaya sharing profit. Dengan catatan, pengembang usaha harus membeli packaging, bahan baku meliputi daging ayam, tepung dan bahan lainnya, resmi dari JFC yang bertujuan agar dapat terus mempertahankan rasa sejak awal JFC didirikan.

Selain materi keuntungan yang didapat, alumni dari SMA Pembangunan Denpasar ini memiliki kebanggaan tersendiri dapat menjadi sumber rezeki teman-temannya, terutama mengedepankan krama Bali. Doa rekannya dalam membangun usaha pun menjadi bagian dari doanya juga, untuk menjadi bagian dari mitra JFC.

Jaya mempelajari bisnisnya secara otodidak, ia mengedukasi krama Bali, mulai dari memanage karyawan, cara mengelola usaha, ia pun menambahkan hanya mencari orang-orang yang benar-benar mau fokus membangun usaha, dengan tidak hanya memperhatikan rasa dari produk yang ditawarkan, tapi juga pelayanan terbaik tidak bisa diabaikan. Bila seseorang sudah membangun suksesnya di suatu tempat, tak menutup kemungkinan membuka cabang JFC lagi, di lokasi lain.

Namun untuk saat ini, Jaya sedang melakukan penataan 200 outlet JFC yang menjangkau hingga Nusa Lembongan dan Nusa Penida, alhasil ia harus menutup selama tiga-empat bulan terhitung sejak Juli 2019 pendaftaran mitra JFC. Untuk menjaga jarak antara outlet satu dan outlet lainnya, di 9 kabupaten di Bali.

Modal dari Berjualan Teh Poci

Lahir dalam keluarga sederhana, di Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, ayah (alm) Jaya hanya bekerja sebagai sopir, sedangkan sang ibu sebagai ibu rumah tangga biasa, namun bersyukur Jaya dapat menamatkan sekolahnya hingga SMA di Denpasar. Selain bersekolah, untuk memenuhi kebutuhannya, ia juga melakoni beberapa pekerjaan. Ia pernah bekerja sebagai tukang angkat ayam dalam kurun waktu beberapa bulan, bekerja di sebuah supplier bunga, tukang cuci mobil di showroom hingga membantu pemilik showroom menjual ice cone di pameran. Dari menjual ice cone tersebut yang ia rasakan mendapatkan penghasilan yang lebih besar, Jaya pun mulai tertarik untuk memiliki usaha. Ia memulai usaha pertama dengan membuat mesin popcorn.

Pada malam hari, Jaya masih melakukan aktivitasnya menjaga stand ice cone, sedangkan di siang hari ia menjual popcorn. Selain menjual popcorn, ia juga pernah menjual lalapan, es teler, mie ayam, namun tidak ada yang sukses. Akhirnya ia pindah ke lokasi yang lebih ramai, dan berjualan teh poci.

Dari hasil penjualan teh poci, Jaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar, dimana perharinya ia bisa mendapat penghasilan 300 ribu rupiah. Ia pun semakin bersemangat membuka stand teh poci selanjutnya dan merekrut karyawan untuk memegang masing-masing stand. Ia juga mulai belajar memanage karyawan, seiring dengan jumlah stand yang terus bertambah jumlahnya.

Jaya tak pernah lupa membagi hasil dengan karyawan yang telah bekerja, penghasilan ia kumpulkan hingga terkumpul modal untuk membuka laundry dengan stand teh poci yang ada di depan laundry tersebut. Namun usaha laundry tersebut tidak berhasil karena penjualan teh poci jauh lebih laris. Ia pun beralih dengan menjual ayam tepung, awalnya ia membuka usaha tersebut pertama kali di Jalan Tukad Buaji, Panjer.

Dengan mengandeng namanya sendiri, Jaya Fried Chicken, Jaya optimis nama tersebut akan membawa kejayaan terhadap usahanya barunya. Benar saja, JFC yang mulai diminati masyarakat karena memiliki harga yang terjangkau, mulai dilirik oleh teman dekatnya yang tertarik untuk membuka usaha yang sama.

Ia kemudian mengajak rekannya tersebut untuk bersama-sama membeli resep dari Jakarta dan membantunya membangun usaha secara sendiri. Dengan modal yang dikeluarkan sebesar 200 juta yang meliputi biaya kontrak, Jaya menjelaskan krama Bali sudah dapat membangun usaha JFC di daerah tempat tinggal mereka.

Tidak lepas dari kuasa Tuhan, awalnya Jaya tidak pernah memikirkan hasil yang akan ia peroleh kedepannya. Ia hanya menunjukkan keberaniannya dalam melangkah dan mampu melewati proses tantangan-tantangan dalam membangun bisnisnya tersebut.

Rekan-rekannya pun turut bangga dengan keberhasilan yang diperoleh I Made Agus Putra Jaya, namun reaksi yang datang dari orangtua berbeda, mereka lebih bangga pada putranya yang telah banyak menyebarkan kebaikan dengan membantu orang-orang terdekat. Hingga kebaikan tersebut terus menginspirasi orang banyak, untuk terus dilanjutkan pada kebaikan-kebaikan selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!