13 Tahun Berkarier di Negeri Singa Agung Mahardika Akhirnya Pulang untuk Mendirikan Bisnisnya Sendiri
Sejak kecil, I Gusti Putu Agung Mahardika, salah satu pendiri PT Askara Kharya Parratama, sering berpindah-pindah tempat tinggal karena ayah yang bekerja di Bank Indonesia. Sampai akhirnya menetap di Surabaya, Agung Mahardika melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar S1 di Surabaya, kemudian melanjutkan Program S2 di Bristol, UK. Sampai masanya menyelami kehidupan sebagai pekerja, ia pindah ke Singapura. Di sana ia mampu menyesuaikan etos kerja dan bertahan selama 13 tahun sebelum keluar dari zona nyamannya sebagai karyawan dan memulai usaha sendiri bersama sang istri.
Hidup terpisah dengan orang tuanya yang berdinas di Jakarta, Agung Mahardika menyelesaikan pendidikan SMA nya di Surabaya. Setelah tamat, tiba saatnya penjurusan, ayahnya pun tidak banyak terlibat dan mempercayainya sudah cukup matang dalam menentukan pilihan. Keputusannya pun jatuh pada Teknik Arsitektur di Universitas Kristen Petra, di mana ia menyelesaikan S1-nya dengan tepat waktu. “Architecture fascinates me“ itulah alasan mengapa Agung Mahardika mengambil jurusan Teknik Arsitektur.
Agung Mahardika lalu melanjutkan S2 di bidang CAAD & Construction Management di University of The West England, Bristol sambil bekerja paruh waktu sebagai pelayan restoran dan mengerjakan proyek lokal bersama dosennya. Setelah lulus, ia merantau ke Singapura pada tahun 2007 dan terlibat dalam beberapa mega proyek di Singapura seperti Marina Bay Sands dan DUO Residences. Menikah pada tahun 2009 dengan AA. Ayu Sita Rossyyawaty, mereka lalu mendapatkan status Permanent Residence di sana, kemudian melanjutkan karier dan hidupnya selama 13 tahun di Singapura.
Setahun sebelum pandemi Covid-19, Agung Mahardika dan istrinya, memutuskan untuk memberanikan diri pulang dari perantauan dan kembali ke Bali. Setibanya di Bali, mereka mulai mengelola aset milik keluarga yang terbengkalai sejak tahun 1995. Mereka memutuskan untuk merombak aset tersebut dan memulai dari nol.
Meskipun latar belakang Agung Mahardika adalah arsitek, ia memutuskan untuk merintis usaha pertamanya di bidang coffee shop dan kos-kosan. Baru dibuka selama sebulan, pandemi Covid-19 menghadirkan tantangan berat bagi bisnis kopi dan kosnya. Karyawan yang baru saja mereka pekerjakan, harus dirumahkan dan mengadaptasi penjualan menjadi secara daring agar tetap bisa bertahan.
Selepas pandemi, Agung Mahardika tak ingin melupakan kariernya di dunia arsitektur begitu saja, dengan mendirikan studio dengan naungan nama “PT Askara Kharya Parratama“ yang beralamat di Jl. Bedahulu XVI no. 2, Peguyangan, Denpasar Utara. Berkolaborasi dengan mertuanya, Agung Mahardika mulai mengembangkan perumahan yang terdiri atas 21 unit berlokasi di Ubung Kaja. Tantangan yang dihadapi dalam mengelola bisnis properti tidak hanya terbatas pada aspek kreatif, tetapi juga pada aspek administratif. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Mahardika adalah aturan pemerintah tekait perizinan yang cukup membingungkan
Proses pengurusan perizinan memerlukan pemahaman yang cukup mendalam tentang regulasi yang berlaku dan mengharuskan adanya kerja sama yang baik dengan pihak pemerintah setempat. Meskipun demikian, Agung Mahardika tetap bersemangat dan tetap fokus dalam mengembangkan bisnisnya. Ia terus meningkatkan keahliannya dalam memahami regulasi pemerintah. Selain itu, juga membuka diri untuk membantu para relasinya mewujudkan proyek-proyek mereka. Hal ini membuka peluang bisnis yang lebih luas dan dan memperkuat jaringan relasi bisnisnya. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, ia bertekad untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik bagi klien-kliennya, sebagai seorang arsitek yang berdedikasi tinggi dan berkomitmen dalam memberikan yang terbaik serta kontribusi positif bagi perkembangan industri arsitektur, properti dan masyarakat luas.